Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Regenerasi Petani Memprihatinkan, Bango Munculkan Program Petani Muda

Kompas.com - 06/10/2019, 11:17 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama ini kita dengan tenang menyantap makanan nikmat yang tersaji. Jika ditelusuri, dari setiap komponen makanan yang tersaji di piring berasal dari orang-orang yang bekerja keras, salah satunya adalah petani.

Sayangnya, saat jumlah bahan pangan tak lagi memadai bersantap mungkin tak lagi tenang. Badan Pusat Statistik pada 2013 mengungkapkan bahwa 65 persen jumlah petani di Indonesia kini berusia 45 tahun ke atas dengan produktivitas relatif rendah.

Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengungkapkan hanya sekitar empat persen anak muda usia 15-23 tahun yang tertarik bekerja jadi petani.

Fenomena enggan jadi petani ini terjadi di pedesaan. Banyak anak muda memilih pindah ke kota bekerja di sektor informal atau industri kecil menengah, sisanya memilih bekerja di sektor produksi. Pekerjaan di sektor produksi dipandang lebih potensial menjamin kesejahteraan mendatang dibanding menjadi petani oleh anak muda.

Baca juga: Serunya Bertani di Desa Wisata Kandri Semarang

"Memang banyak yang beranggapan kalau merantau hasilnya lebih pasti, setiap bulan ada hasil. Kalau di sawah kadang panen kadang tidak, sering gagal panen, kena banjir, kena hama," kata petani asal Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta, Mukidir (43) ditemui di acara peluncuran Program Petani Muda, Bango, Cerita Rasa, Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Saat muda Mukidir bercerita ia lebih memilih bekerja di kota sebagai buruh pabrik. Hingga akhirnya ia terpanggil untuk pulang ke kampung halaman, mengolah tanah warisan orang tua dengan segala suka dan duka yang ia ceritakan.

"Akhirnya pulang, rela pulang," kata Mukidir.

Kini ia rajin membawa dua orang anaknya yang berusia empat dan 11 tahun ke sawah, sekedar memperkenalkan proses kerjanya sebagai petani. Mukidir sadar, harus ada yang meneruskan profesi petani. Sama seperti dirinya yang meneruskan profesi orang tuanya.

"Boleh anak saya jadi petani, tidak apa-apa. Kalau bukan mereka, siapa lagi yang meneruskan?" pungkas Mukidir.

Bango Dorong Regenerasi Petani

Senior Brand Manager Bango Nando Kusmanto meluncurkan Cita Mallika.Kompas.com/Silvita Agmasari Senior Brand Manager Bango Nando Kusmanto meluncurkan Cita Mallika.

Bango salah satu perusahaan swasta yang melihat kurangnya regenerasi di kalangan petani. Bekerja sama dengan The Learning Farm Indonesia, Bango meluncurkan Program Petani Muda.

"Prioritas Bango menjaga kelezatan untuk terus ada. Untuk merasakan kecap yang lezat erat hubungannya dengan petani. Bahan baku harus terus ada, untuk itu penting adanya regenerasi petani supaya tidak hilang dan menghasilkan bahan terbaik untuk makanan Indonesia lezat," jelas Senior Brand Manager Bango, Nando Kusmanto di acara peluncuran Program Petani Muda, Bango, Cerita Rasa, Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Ada 25-40 orang anak muda yang akan diberi pelatihan intensif dari The Learning Farm Indonesia selama 100 hari. Sejauh ini, anak muda yang dipilih berasal dari mitra petani kedelai hitam Mallika di Jawa Tengah.

Baca juga: Eksis sebelum Indonesia Merdeka, Ini 5 Pabrik Kecap Manis Tertua

Nando mengatakan anak muda ini bukan cuma diberi pelatihan bertani secara umum, tetapi juga program pertanian berkelanjutan.

"Petani berkelanjutan memiliki prinsip proses bertani ramah lingkungan supaya memberi dampak seminimal mungkin dan menghasilkan produksi yang efisien, produktif, dan kompetitif," jelas Nando.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com