“Esu adalah nasi yang dimasak dalam periuk tanah dan Kose adalah daging yang dimasak dalam bambu atau sering disebut bua. Jadi Esu Kose adalah nasi didalam periuk tanah dan saat makan bersama dicampur dengan menu daging yang dimasak dengan bambu. Tidak boleh menu daging yang dimasak dengan periuk alumenium," katanya.
Serempak masak nasi
Mama Marselina Weni (46), tokoh perempuan Etnis Ndora menjelaskan, 1000 perempuan dari Etnis Ndora serempak memasak nasi di dalam periuk (podo awu) di lima Desa. Masing-masing Desa ada 200 perempuan yang melaksanakan parade Esu Kose di Kota Mbay, Ibukota Kabupaten Nagekeo.
“Segala persiapan seperti beras merah, sendok masak dan lain sebagainya diupacara secara adat sebelum di masak. Kami biasanya memasak Esu kalau ada orang yang sedang sakit dan juga ada ritual-ritual adat untuk mengenang para leluhur yang sudah meninggal dunia. Saat Ritual Rua Wu’lau, atau ritual mengenang leluhur yang sudah meninggal dunia maka dilaksanakan Esu Kose di dalam sub suku masing-masing di etnis Ndora,” jelasnya.
Weni menjelaskan, Bupati Nagekeo, dr Johanes Don Bosco Do memberikan kepercayaan penuh kepada kaum perempuan dari etnis Ndora untuk mempertahankan warisan leluhur dari etnis Ndora.
“Kami berterima kasih kepada Bupati Nagekeo yang membangkitkan ritual-ritual adat di Nagekeo di tengah budaya global dan digital ini,” jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.