Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Candi Mendut, dari Makara Hingga Relief Dewa-Dewi

Kompas.com - 20/11/2019, 20:00 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


MAGELANG, KOMPAS.com - Candi Mendut yang berlokasi di Mungkid, Magelang, Jawa Tengah bisa menjadi pilihan wisata sesudah Candi Borobudur.

Jika menelusuri lebih jauh, ada banyak cerita menarik di Candi Mendut, salah satunya atap.

Tak banyak yang tahu, candi yang dulu candi yang dibangun pada 824 M ini sempat memiliki atap.

Namun, menurut tim ahli penyusun narasai legenda Borobudur Louie Buana, Candi Mendut kini kehilangan atapnya.

Baca juga: Kolaborasi dalam Roro Mendut

Konon, bentuk dari atap Candi Mendut mirip dengan stupa yang naik ke atas.

"Jadi bentuk Candi Mendut ini sebenarnya kalau kita lihat dari atas, dia itu menyerupai yang namanya bajra yang berarti genta atau lonceng," kata Louie kepada Kompas.com.

"Nah, atapnya dulu memang ada, namun tidak jadi terpasang, karena batunya kurang, ada batu yang hilang," lanjutnya.

Louie menambahkan, genta atau lonceng biasanya digunakan oleh pendeta agama Hindu di Bali. Selain itu, dalam bahasa Sansekerta bajra diartikan sebagai kilat atau petir.

Baca juga: Tips Memotret Relief Candi Borobudur untuk Dapatkan Foto Terbaik

Tak hanya itu, bajra juga digunakan sebagai senjata dari Betara Indra atau Dewa Petir.

Louie melanjutkan, uniknya nama Dewa Indra sama dengan nama raja yang mendirikan Candi Mendut yaitu Raja Indra.

Makara dan Gana Candi Mendut

Cerita lain yang menarik di Candi Mendut adalah Makara yang terletak di samping tangga menuju ke dalam. 

"Jadi Makara ini adalah hewan hybrid. Di mitologi Yunani, ada yang namanya Khimaira, kalau di kita ini namanya Makara," ujar Louie.

Arca Makara, arca paling depan di Candi Mendut ini menurut sejarahnya merupakan hewan hybrid atau mitologi. Ia berfungsi sebagai penjaga paling depan Candi Mendut.Nicholas Ryan Aditya Arca Makara, arca paling depan di Candi Mendut ini menurut sejarahnya merupakan hewan hybrid atau mitologi. Ia berfungsi sebagai penjaga paling depan Candi Mendut.
Dia melanjutkan, Makara punya belalai seperti gajah, namun mirip kudanil di bagian mulut. Lalu Makara memiliki tanduk menyerupai domba.

"Makara dipercaya sebagai kendaraannya Dewi Gangga," jelas Louie.

Louie mengatakan, fungsi dari Makara ini adalah sebagai penjaga paling depan Candi Mendut. Hal ini lebih membicarakan hal spiritual.

Baca juga: Wisata Baru di Candi Borobudur

Makara dipercaya oleh orang-orang zaman dulu telah disuwuk (bahasa Jawa) atau diberi kekuatan gaib, sehingga saat ada energi negatif yang hendak masuk Candi Mendut, maka akan terpental dengan sendirinya.

Nah, di bawah Makara terdapat sebuah arca yang mirip kurcaci dan diketahui bernama Gana.

Arca Gana, merupakan penopang dari Candi Mendut. Menurut sejarah, ia adalah anak buah Syiwa yang ditugaskan untuk menopang alam semesta.Nicholas Ryan Aditya Arca Gana, merupakan penopang dari Candi Mendut. Menurut sejarah, ia adalah anak buah Syiwa yang ditugaskan untuk menopang alam semesta.
"Tugas Gana ini memang untuk menopang bangunan candi. Mereka ini sebenarnya anak buah dari Syiwa yang memang ditugaskan untuk menopang alam semesta," lanjut Louie.

Baca juga: 5 Kuliner Lezat dari Yunani, Negeri Para Dewa

Dewi Hariti dan Dewa Kuwera

Sebelum masuk ke ruangan utama candi atau Garbo Griya, wisatawan akan menemukan dua relief yang begitu unik dan sarat akan cerita inspiratif. Istimewanya, relief ini hanya terdapat di Candi Mendut.

Kedua relief ini mengisahkan dua cerita dari dewa dewi berbeda--Dewi Hariti dan Dewa Kuwera.

Louie menguraikan, cerita Dewi Hariti hanya ada di dalam tradisi agama Budha.

Baca juga: Mampir ke Candi Cetho, Candi Hindu di Lereng Gunung Lawu

Lanjutnya, sebelum menjadi seorang ibu yang baik, Hariti merupakan seorang raksasa perempuan yang jahat.

"Dia dulu suka makan anak kecil, hingga suatu hari ketika mencari anak kecil di suatu desa, ia bertemu dengan Sang Budha. Ketika bertemu, Sang Budha mengatakan bahwa Hariti jangan memakan anak kecil, melainkan makan dirinya saja," kata Louie.

"Kemudian, Hariti mencoba memakan Sang Budha, namun tak bisa, lalu tersangkutlah sang Budha di tenggorokan Hariti, dan Hariti meminta pengampunan serta berjanji tidak akan makan anak kecil lagi," lanjutnya.

Relief Dewi Hariti di Candi Mendut, menggambarkan kisah seorang raksasa perempuan yang dulu jahat dan suka memakan anak kecil, lalu bertobat menjadi penyayang anak-anak karena bertemu Sang Budha.Nicholas Ryan Aditya Relief Dewi Hariti di Candi Mendut, menggambarkan kisah seorang raksasa perempuan yang dulu jahat dan suka memakan anak kecil, lalu bertobat menjadi penyayang anak-anak karena bertemu Sang Budha.
Kemudian, dikisahkan Hariti meminta pengampunan dan meminta agar dirinya dilahirkan kembali.

Hariti meminta agar dilahirkan sebagai seorang yang menyayangi anak kecil.

Permohonan itu dikabulkan Sang Budha dan hingga kini umat Budha menjadikan Hariti sebagai media doa bagi mereka yang susah memiliki keturunan.

Baca juga: Menikmati Matahari Terbit dengan Latar Candi Borobudur Berkabut, Indahnya...

"Selain itu, dia juga sebagai lambang keharmonisan keluarga," lanjutnya.

Beralih dari cerita Dewi Hariti, relief berikutnya yang istimewa adalah relief Dewa Kuwera yang tak lain adalah suami dari Dewi Hariti.

Perbedaannya dengan Dewi Hariti, relief ini diceritakan kembali dalam tradisi Hindu. Tradisinya, Kuwera dipercaya sebagai dewa yang menjaga kekayaan dunia.

Relief Dewa Kuwera, suami Dewi Hariti di Candi Mendut, menggambarkan kisah tentang raksasa laki-laki yang dulunya jahat, namun menjadi baik setelah bertemu Budha.Nicholas Ryan Aditya Relief Dewa Kuwera, suami Dewi Hariti di Candi Mendut, menggambarkan kisah tentang raksasa laki-laki yang dulunya jahat, namun menjadi baik setelah bertemu Budha.
Namun, menurut versi agama Budha, sama seperti Dewi Hariti, Dewa Kuwera juga merupakan seorang raksasa laki-laki yang jahat.

Kemudian dia bertemu dengan Sang Budha dan minta didoakan agar dilahirkan kembali menjadi seorang bapak yang mencintai anak-anak.

Baca juga: Candi Borubudur dan Efek Domino ke Pariwisata Magelang

Louie menjelaskan, arti yang hendak disampaikan pembuat relief ini sebenarnya untuk membawa pesan bahwa sebelum masuk ke ruangan utama candi, siapa pun harus menyelesaikan kehidupan pribadi dan keluarga.

"Ini sebenarnya nilai-nilai dasar, sebelum orang menjejakkan kaki menuju ke jenjang spiritualitas yang lebih tinggi, mereka sudah harus rampung terlebih dulu dengan urusan rumah tangga dan segala macamnya," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com