Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Orang China Makan Trenggiling sampai Cula Badak, Ini Alasannya

Kompas.com - 09/02/2020, 18:55 WIB
Nabilla Ramadhian,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com Trenggiling ditambahkan dalam daftar hewan yang kemungkinan membawa wabah virus corona ke manusia. Berbeda dengan kelelawar dan ular, hewan ini dikatakan memiliki kemungkinan sebagai perantara virus tersebut.

Mengutip buku “Poached: Inside the Dark World of Wildlife Trafficking” yang ditulis oleh Rachel Love Nuwer terbitan Hachett UK, trenggiling kerap dijadikan sebagai bahan pembuatan obat tradisional di China.

Lantas, seperti apa tradisi makan trenggiling sampai cula badak dalam pengobatan tradisional China?

Baca juga: Trenggeling Diduga Penyebar Virus Corona, Mengapa Orang China Makan Trenggiling?

Perjalanan panjang obat tradisional China

Obat tradisional China sudah ada sejak kurang lebih 3.000 tahun yang lalu. Hal tersebut muncul dan dipercaya sebagai sebuah jawaban dari kebudayaan mereka atas keinginan manusia untuk tetap sehat, dapat melawan penyakit, dan menghindari kematian.

Praktik pembuatan obat tradisional terus berkembang selama bertahun-tahun hingga akhirnya dunia medis dalam pengobatan tradisional beragam. Mulai dari munculnya akupunktur, tai chi, dan pijat tradisional yang masih digunakan oleh masyarakat masa kini.

Bahkan, sebagian obat tradisional China juga mengarah pada penemuan obat-obat farmasi yang kini dikonsumsi oleh masyarakat seperti pengobatan untuk malaria dan ephedrine. Ephedrine digunakan oleh pengidap asthma untuk meringankan sesak nafas.

Penggunaan hewan liar

Pada awal pembuatan obat tradisional China, sebenarnya bahan-bahan yang digunakan adalah tumbuhan. Praktik pembuatan obat tradisional yang semakin meluas membuat bahan-bahan dasarnya merambah masuk ke spesies yang dilindungi dan terancam punah.

Beberapa bahan yang digunakan yang diambil dari hewan-hewan eksotis antara lain adalah tulang macan, cula badak, dan wewangian dari rusa kesturi yang berasal dari sekresi kelenjarnya (deer musk).

Tidak hanya itu, otak monyet dan penis macan juga digunakan karena dianggap memiliki hasil yang ajaib.

Salah satu contoh konsumsi obat tradisional China yang menggunakan hewan liar adalah obat berbahan dasar cula badak.

Cula badak dipercaya memiliki efek pendingin. Jadi, cula badak biasanya akan dianjurkan untuk dibuat sebagai obat untuk mendinginkan peredaran darah atau meringankan demam meski cula badak ilegal.

Sementara untuk trenggiling, sisiknya sangat populer untuk dikonsumsi karena dipercaya dapat mengobati rematik dan lumpuh. Bahkan, sebagian orang juga percaya bahwa sisik trenggiling dapat memperlancar ASI dan mengobati kanker.

Baca juga: Bukan Ular atau Kelelawar, Trenggiling Disebut Penyebar Virus Corona ke Manusia

Hubungan erat manusia dan hewan liar

Mengutip buku “The Tiger and the Pangolin: Nature, Culture, and Conservation in China” yang ditulis oleh Chris Coggins terbitan University of Hawaii Press, masyarakat China memiliki hubungan yang sangat erat dengan hewan liar.

Baca juga: Mengenal Trenggiling, Hewan Langka yang Dituduh Penyebar Virus Corona

Salah satu faktor yang membuat hubungan antara keduanya erat adalah pentingnya hewan liar dalam dunia pengobatan tradisional China.

Meski abad pertengahan Eropa juga memiliki kepercayaan akan penggunaan beberapa tumbuhan dan hewan tertentu dalam pembuatan obat tradisional, namun kepercayaan tersebut tidak serumit obat tradisional China.

Pengonsumsian daging, tulang, bulu, hingga organ dalam hewan liar dipercaya dapat memberi manusia kekuatan yang natural.

Bahkan, sup penis macan yang memiliki harga kurang lebih 100 dolar AS atau sekitar Rp 1.368.172 dipercaya dapat meningkatkan kesuburan hasrat seksual.

Selain itu, anggur merah yang dicampur dengan tulang macan juga dipercaya dapat mengobati rematik, tubuh yang lemah, dan kelumpuhan.

Sementara kumis macan digunakan untuk mengobati sakit gigi, mata macan untuk epilepsi, otak macan untuk rasa malas dan jerawat, dan buntut macan digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit kulit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com