Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bendera Pusaka di Istana Merdeka

Kompas.com - 17/08/2020, 10:05 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Bendera pusaka Indonesia pertama kali dikibarkan pada 17 Agustus 1945 yang jadi penanda kemerdekaan Republik Indonesia bersamaan dengan proklamasi yang dibacakan Presiden pertama Indonesia Soekarno.

Hingga kini, bendera pusaka masih disimpan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Untuk melihat bendera pusaka, kamu bisa berwisata ke Istana Merdeka secara gratis setelah pandemi Covid-19 ini berakhir.

Kamu bisa langsung datang dan mendaftar di pos pendaftaran. Wisata Istana akan dibuka pada Sabtu dan Minggu mulai pukul 09.00–16.00 WIB.

Menurut laman resmi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, pendaftaran untuk wisata akan ditutup pukul 15.00 WIB.

Baca juga: Cerita Bendera Pusaka yang Batal Disimpan dan Dipamerkan di Monas

Pemandu wisata sudah disiapkan di sana dan dididik secara khusus untuk memandu pengunjung. Mereka direkrut dari Kowad, Kowal, Wara, dan Polwan, sejumlah 18 orang.

Seharusnya, bendera pusaka disimpan di dalam Tugu Monas. Namun karena alasan keamanan dan bendera pusaka yang sudah berusia sangat tua, hal itu tidak memungkinkan.

Meski begitu, jelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia setiap tahunnya, bendera pusaka akan dipindahkan ke Ruang Kemerdekaan di Tugu Monas.

“Ruang Kemerdekaan di Tugu Monas steril pada 17 Agustus. Tandanya, bendera pusaka sedang datang ke Monas,” kata Kepala Seksi Pelayanan Unit Pengelola Kawasan (UPK) Monas Endrati Fariani.

Sejarah Bendera Pusaka

Bendera pusaka disebut juga sebagai Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih, Sang Merah Putih, Merah Putih, atau Sang Dwi Warna (dua warna). Bendera merah putih itu berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2 per 3 dari panjang.

Penaikan bendera pusaka sesudah dibatjakan teks proklamasi, 17 Agustus 1945. Arsip KOMPAS Penaikan bendera pusaka sesudah dibatjakan teks proklamasi, 17 Agustus 1945.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), dalam artikel yang terbit di Kompas.com, Senin (23/12/2019), bendera dengan warna merah putih sudah digunakan sejak zaman kerajaan.

Kerajaan majapahit yang berpusat di Jawa Timur menjadikan bendera merah putih sebagai lambang kebesarannya pada abad ke-13 hingga ke-16.

Bahkan, konon Kerajaan Kediri yang berdiri sebelum Majapahit sudah menggunakan warna merah putih sebagai panji kerajaan. Bendera perang Sisingamangaraja IX dari Batak pun memakai warna serupa.

Baca juga: Bendera Merah Putih: Arti, Sejarah dan Maknanya

Barulah pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda, para pelajar dan kaum nasionalis menggunakan bendera yang dinamakan Sang Merah Putih.

Bendera Sang Saka Merah Putih pertama kali dikibarkan pada 17 Agustus 1945 bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Pembuatan Bendera Pusaka

Bendera pusaka dibuat langsung oleh istri Presiden Soekarno, yakni Fatmawati. Jelang kemerdekaan Indonesia, Fatmawati mendapatkan tugas menjahit bendera Merah Putih.

Ibu Fatmawati ketika sedang menjahit bendera Merah-Putih yang akhirnya menjadi Bendera Pusaka, bulan Oktober 1944Arsip Kompas Ibu Fatmawati ketika sedang menjahit bendera Merah-Putih yang akhirnya menjadi Bendera Pusaka, bulan Oktober 1944

Dilansir dari Kompas.com, Kamis (6/2/2020), sejumlah kutipan Fatmawati yang cukup heroik ditulis Bondan Winarno (2003) dalam bukunya Berkibarlah Benderaku.

"Berulang kali saya menumpahkan air mata di atas bendera yang sedang saya jahit itu,” kenang Fatmawati.

Baca juga: Kisah Fatmawati Teteskan Air Mata Saat Menjahit Merah Putih

Hal tersebut ia ungkapkan karena Fatmawati sedang hamil tua dan sudah bulannnya untuk melahirkan putra sulung Bung Karno dan Fatmawati, Guntur Soekarnoputra.

Ia menjahit bendera itu di ruang makan dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja. Pasalnya, dokter melarang ia untuk menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit.

Fatmawati baru menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih itu dalam waktu dua hari.

Filosofi Bendera Merah Putih

Bendera merah putih punya makna yang khusus. Warna merah melambangkan berani dan putih berarti suci.

Ibaratnya, merah melambangkan tubuh manusia sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan.

Bendera merah putih yang jadi simbol negara, penggunaannya pun diatur Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lembaga Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Pada pasal 1, ayat (1) dijelaskan pula bentuk Bendera Negara Republik Indonesia. Untuk ukurannya tertera dalam Pasal 4 ayat (3), untuk ukuran penggunaan di lapangan Istana Kepresidenan, yakni 200 x 300 sentimeter.

Baca juga: Bendera Merah Putih Indonesia Mirip Monako, Bagaimana Penjelasannya?

Uniknya, bendera merah putih Indonesia juga sama dengan milik negara Monako. Perbedaannya terletak pada rasio bendera. Jika bendera Indonesia memiliki perbandingan lebar dan panjang 2:3, bendera Monako punya rasio 4:5. Makna kedua bendera pun berbeda.

Setelah sempat tak setuju dan tidak mengakui Bendera Indonesia, akhirnya Monako dan Indonesia sepakat untuk tetap memakai bendera warna merah putih. Perbedaan ditetapkan pada rasio ukuran bendera saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com