KOMPAS.com - Meski jarang melintasi kawasan Malioboro, setidaknya satu atau dua kali sebulan Linda (31) melewati kawasan yang populer dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) itu.
Itu pun, hanya jika ada perlu berkunjung. Misalnya, ke Pasar Beringharjo, mencari barang lainnya di Malioboro, atau pergi bersama keluarga.
Alasannya, lalu lintas di kawasan yang kerap jadi destinasi wisata para pelancong itu kerap macet.
"Sebagai warga lokal, aku lebih milih untuk tidak lewat Malioboro apalagi weekend, karena pasti macet banget," kata perempuan bernama lengkap Venantia Melinda itu kepada Kompas.com, Senin (07/02/2022).
Meski begitu, Linda mengaku sudah mengintip kawasan tersebut pasca PKL Malioboro direlokasi.
Seperti diketahui, mulai 1 Februari 2022, PKL Malioboro direlokasi ke tempat baru dalam rangka penataan kawasan.
Lokasi baru para PKL ada di Teras Malioboro 1 dan 2. Teras Malioboro 1 berlokasi di eks Gedung Bioskop Indra, sementara Teras Malioboro 2 berlokasi di eks Kantor Dinas Pariwisata DIY.
Baca juga:
Linda merasa kawasan lama PKL kini terasa sepi dan aura Malioboro yang khas dengan deretan PKL-nya kini sudah tak lagi terasa.
"Kemarin terakhir lewat ke sana habis relokasi, kesannya sepi. Auranya beda sama Malioboro sebelumnya," tuturnya.
Salah satu yang dirindukan perempuan yang tinggal di Jalan Kaliurang itu adalah sate gajih yang biasa ditemukan di depan Pasar Beringharjo.
"Itu kan ikut dipindah, ikut relokasi. Jadi enggak tahu kalau mau nyari sate gajih ke mana. Sama yang jual bakpia kan dipindah (juga), jadi agak susah nyarinya. Dulu kan lewat, turun, beli. (Sekarang) harus nyari tahu, belum tahu lokasinya di mana," ucap Linda.
Sementara Elise Dwi Ratnasari, yang pernah berkuliah sekitar lima tahun di Yogyakarta, juga merasa daya tarik Malioboro berkurang karena pindahnya para PKL.
Sebab, selama ini, para PKL yang menjajakan cendera mata, pernak-pernik, serta kuliner khas Yogyakarta itu adalah yang paling dicari oleh para pengunjung Malioboro, termasuk para wisatawan.
Elise merasa bakal merindukan suara para PKL yang bersahut-sahutan saat melintasi area tersebut dan dan momen tawar-menawar harga dengan pedagang.
"Saya rasa daya tarik Malioboro itu ya PKL-nya. Jalan-jalan kurang lengkap, sih, tanpa suara penjual nawarin dagangan, tawar-menawar pembeli dan penjual, terus ada yang jual makanan juga. Bisa banget buat cari pengganjal perut," katanya.
Baca juga:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.