KOMPAS.com – Provinsi Jawa Tengah punya banyak gunung yang bisa dimanfaatkan untuk wisata pendakian.
Tak hanya gunung-gunung tinggi di atas 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang cocok didaki.
Gunung-gunung yang tidak terlalu tinggi pun tetaplah indah dengan pesona alam yang tersaji di sana.
Baca juga: Rute ke Masjid Menara Kudus, Cuma 5 Menit dari Alun-alun
Salah satu gunung dengan ketinggian di bawah 2.000 mdpl di Jawa Tengah adalah Gunung Mudia.
Gunung ini berada di sisi utara Jawa Tengah, sehingga bisa disebut sebagai ubun-ubun Jawa Tengah.
Gunung Muria sebenarnya merupakan pegunungan yang memiliki banyak puncak. Beberapa yang terkenal, antara lain Natas Angin, Argopiloso, dan Songolikur (29).
Nama terakhir tersebut merupakan puncak tertinggi Gunung Muria dengan ketinggian 1.602 meter di atas permukaan laut.
Baca juga: Mengapa Idul Adha di Kudus Tidak Menyembelih Sapi? Simak Sejarahnya
Kompas.com sempat menjajal mendaki sampai Puncak Songolikur Gunung Muria pada Rabu-Kamis (9-10 Agustus 2023).
Pendakian Kompas.com lakukan sekitar pukul 14.00 WIB dari basecamp di Desa Rahtawu, Kudus yang merupakan area parkir dan beberapa warung.
Jalur awal pendakian Gunung Muria berupa jalan cor yang biasa dilalui warga menuju perkebunan. Pendaki bisa menyewa jasa ojek sampai Pertapaan Eyang Pandu.
Pendaki akan melalui beberapa pos untuk sampai Puncak Songolikur Gunung Muria. Pos 1 dan 2 berada di pinggir jalan cor. Pendaki akan melewati beberapa sungai yang airnya bisa langsung diminum.
Kemudian ada percabangan jalur Sendang Bunton dan Trenggo. Kompas.com memutuskan lewat Jalur Trenggo. Selanjutnya, ada Pos 3 yang ada di pinggir jalan cor.
Terus berjalan, Kompas.com sampai di Sendang Bunton (Pos IV). Ada aliran air yang dikeramatkan, juga warung. Pendaki bisa makan dan minum di warung ini.
Usai Sendang Bunton, ada Pos V. Terdapat bangunan dari seng yang tutup saat Kompas.com melintas.
Baca juga: Keindahan Gunung Muria Bisa Dilihat dari Gardu Pandang Ini
Selang 15 menit dari Pos V, sampailah Kompas.com di Pertapaan Eyang Pandu. Jika naik ojek, perjalanan hanya bisa sampai sini dan dilanjutkan dengan berjalan kaki.