Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Tetap Mengantar Minyak Walau Harus Memutar

Kompas.com - 29/10/2013, 15:56 WIB
advertorial

Penulis

Satu-satunya jembatan di Pulau Seram yang menghubungkan Terminal BBM Masohi dengan SPBU Desa Waypirit terputus. Jalur laut pun harus dipilih demi mengantar minyak untuk masyarakat di ujung Indonesia.

Enam mobil tangki masing-masing bermuatan 5000 liter telah sampai di pelabuhan Waypirit setelah menempuh perjalanan selama 2 jam melalui jalur laut dengan tetap mengutamakan HSE (Health, Safety, Environment). Selanjutnya, perjalanan pun dilanjutkan menuju SPBU untuk bongkar muat. Fandy, Junior Sales Executive Retail Maluku mengakui bahwa setelah selesai bongkar muat mobil-mobil tangki tersebut harus kembali ke Terminal BBM Wayame walaupun waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIT.

Terputusnya jalur darat  antara Terminal BBM Masohi dengan Desa Waypirit di Pulau Seram tidak menyurutkan laju distribusi minyak di pulau tersebut. "Kami harus mengatur pendistribusian agar SPBU Waypirit tidak kritis. Oleh karena itu, alternatif tercepat adalah mengalihkan BBM dari Terminal Wayame ke Pulau Seram melalui jalur laut." Tegas Fandy.

Tanggung jawab bagi Fandy dan kawan-kawan dalam mendistribusikan minyak di ujung negeri seperti Kepulauan Maluku  adalah hal besar dengan banyak kendala yang pasti menyertainya seperti kendala cuaca dan infrastruktur yang buruk. Namun, semuanya bukan alasan untuk berhenti menyalurkan minyak bagi masyarakat yang membutuhkannya. Luasnya wilayah dari Sabang sampai Merauke punya banyak cara untuk dijangkau baik melalui darat, laut hingga udara.

Beda Maluku, Beda Pula Papua

Sebagian wilayah Papua yang masih berupa hutan membuat wilayah tersebut hanya dapat dijangkau dengan pesawat perintis. Pesawat perintis tersebut yang hanya terbang pada jadwal tertentu belum lagi pengaruh cuaca, secara langsung mempengaruhi pengiriman BBM. Jadi, pengiriman 5000 liter BBM tersebut harus dilakukan sebanyak 5-10 kali penerbangan dengan drum berkapasitas maksimal 200 liter, Senior Executive Retail Jayapura Ferando Ginting menjelaskan.

"Jadi, ngirimnya dicicil karena ada batas kapasitas muatan penerbangan serta kita harus mengutamakan aspek HSE (Health, Safety and Environment)-nya." ujar Fernando menambahkan. Pendistribusian BBM yang dilakukan di Papua harus melewati berapa tahap, dari Terminal BBM Jayapura bahan bakar akan dibawa menuju bandara dan dipindahkan ke dalam drum agar dapat naik ke pesawat. Setibanya di bandara tujuan drum BBM tersebut akan melanjutkan perjalanan baik melalui darat, udara atau laut yang langsung menuju beberapa SPBU di kota-kota besar, APMS (Agen Premium Minyak Solar) dan agen perintis distribusi BBM ke masyarakat.

Fernando menambahkan bahwa untuk pendistribusian dari Jayapura ke Lani Jaya dan Puncak Jaya, BBM akan dibawa dari bandara Sentani ke Wamena dan terbang kembali ke Lani Jaya atau Puncak Jaya ditambah jalan darat setibanya di sana. "Cukup panjang, tetapi kami sangan salut dengan masyarakat setempat yang begitu antusiasnya menunggu kedatangan BBM dari Pertamina," ujar Fernando.

Fernando pun sempat menceritakan pengalamannya saat ditugaskan di wilayah timur Indonesia. "Kami benar-benar disambut. Jika dalam perjalanan ada kendala medannya susah, atau kendaraan tidak dapat melintas, masyarakat dengan ikhlas membantu kami. Semangat kekeluargaannya kental," jelasnya. Lebih lanjut dirinya pun menceritakan juga saat ikut mendistribusikan BBM ke Puncak Jaya dan Pegunungan Bintang. "Kuncinya komunikasi dengan pemerintah setempat, tokoh masyarakat dan tim pendukung distribusi. Medan seberat apa pun masih bisa kita lampaui untuk mengantar minyak ke wilayah terpencil." katanya panjang lebar.

Belum terpaparnya program konversi minyak tanah ke LPG membuat minyak tanah atau kerosin sangat ditunggu-tunggu karena akan digunakan sebagai kegiatan sehari-hari. Jauhnya jarak dan sulitnya medan membuat biayanya jauh lebih mahal, belum lagi tambah dengan ongkos transportasi walaupun Pertamina harus tetap menjual BBM tersebut dengan harga yang sama. Ongkos transportasi yang dibebankan kepada Pertamina sebagai produsen terkadang dihitung berdasarkan banyaknya muatan yang dibawa.

Seperti distribusi BBM di Pulau Seram yang diangkut dari Terminal BBM Masohi ke Seram Utara harus ditempuh dengan 10 jam perjalanan dan ongkosnya dihitung per liter muatan. "Jadi, kami bawa premium yang akan dijual Rp 6.500 per liter, tetapi ongkos angkutnya Rp 1.400 per liter," kata Fandy. Beda lagi dengan pesawat seperti di Papua, "Biaya angkut pesawat perintis ke Wamena Rp 7.500 per liter. ongkos bongkar muat Rp 9000 per liter. Tetapi premium tetap dijual Rp 6.500 , solar Rp 5.500," papar Fernando.

Penugasan yang dilakukan oleh Pertamina terhadap anak-anak muda tersebut di atas dianggap bukan sebagai beban, melainkan sebagai tugas dan sarana pelatihan serta belajar agar mereka mengetahui detail pendistribusian BBM agar tetap tiba di medan sesulit apa pun. (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com