Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawasan Wisata Malino Menyimpan Pesona Tersembunyi

Kompas.com - 24/08/2014, 17:31 WIB
Kontributor Bone, Abdul Haq

Penulis

GOWA, KOMPAS.com - Menikmati akhir pekan dengan berlibur ke obyek wisata merupakan impian bagi setiap warga yang ingin melepaskan penat akibat menumpuknya pekerjaan. Salah satunya adalah berkunjung ke obyek wisata Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Malino yang berada di ketinggian 1.000 mdpl merupakan obyek wisata yang sudah melegenda sejak zaman kerajaan hingga zaman kolonial Belanda. Suasana dingin menusuk tubuh menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Malino berjarak 90 kilometer dari Kota Makassar atau ditempuh dengan jarak 2 jam perjalanan. Sejatinya kawasan ini dipopulerkan oleh kolonial Belanda sebagai tempat peristirahatan. Meski sebelumnya para bangsawan Kerajaan Gowa juga telah lama menggunakan kawasan ini sebagai tempat peristirahatan. Perjalanan ke kawasan ini pun menawarkan pemandangan yang menakjubkan.

Melewati Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa kita akan disuguhkan indahnya Waduk Bilibili yang merupakan penyuplai air utama bagi petani di seluruh petani di Kabupaten Gowa maupun Kabupaten Takalar. Melewati Waduk Bilibi wisatawan akan disuguhkan pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi. Akses jalan menyusuri Sungai Jeneberang yang merupakan sungai terpanjang di Sulawesi cukup memberi daya tarik tersendiri. Jalan menikung dengan jurang di kanan jalan sangat memicu andrenalin para pengunjung.

Sayangnya, akses jalan ini mengalami kerusakan cukup parah karena setiap hari dilalui ratusan truk bertonase melebihi kapasitas yang mengambil material bangunan di Sungai Jeneberang untuk menyuplai keburuhan properti di Makassar dan wilayah sekitarnya.

Suasana sejuk mulai terasa saat berada di Desa Pangngajian yang berjarak 15 kilometer dari Malino. Hutan pinus dan jajaran vila merupakan pemandangan pertama saat memasuki gerbang selamat datang. Setelah tiba pengunjung disuguhkan beberapa pilihan obyek wisata. Salah satunya adalah Air Terjun Takapala di Desa Bulutana yang berjarak 4 kilometer dari ibu kota kecamatan. Udara yang dingin seakan sirna saat menuruni ribuan anak tangga ke lokasi air terjun.

Takapala, demikian nama air terjun setinggi 109 meter ini. Dalam bahasa Makassar, berarti tidak tebal. Jika berada di lokasi ini, pengunjung seakan lupa waktu dan enggan beranjak. Suara gemuruh air semakin menambah nuansa natural kawasan ini. Untuk masuk ke obyek wisata ini, pengunjung hanya perlu merogeh kocek Rp 3.000 per orang.

Selain Takapala, sekitar 50 meter dari air terjun, pengunjung juga bisa menikmati permandian di air tejun kali jodoh. Di tempat ini, para pengunjung bebas menikmati dinginnya air. Puluhan pedagang lokal menjajakan berbagai macam kuliner yang mampu menghangatkan tubuh, seperti minuman khas Makassar berbahan jahe yakni Sarabba. "Asyik sekali di sini, dingin dan sejuk sekali tidak seperti di kampungku," kata Rahmi, salah seorang pengunjung asal Ternate.

Usai memanjakan diri di air terjun, obyek wisata lain menunggu, seperti hutan pinus dan hamparan kebun teh. Sebelum ke hutan pinus, umumnya warga menyempatkan diri mampir ke pasar tradisional Malino yang menyediakan beragam buah-buahan dan kuliner produk lokal seperti buah markisa, apel dan alpukat. Jarak hutan pinus dan pasar hanya 1 kilometer. Di hutan ini, tersedia petualangan menunggang kuda. Untuk sekali tunggangan, pengunjung hanya perlu merogeh kocek Rp 3.000. "Cuma tiga ribu dan sudah dipandu terserah mau kemana yang penting jangan masuk jurang," kata Daeng Mangung, salah seorang pemandu kuda sambil tertawa dengan penuh keakraban.

Umumnya, di tempat ini warga menggelar tikar dan menyantap makanan bersama keluarga di bawah rindangnya hutan pinus. "Kami hampir setiap bulan ke sini sama keluarga untuk berlibur, di samping tenang, sejuk juga murah meriah," kata Arman, salah seorang pengunjung asal Kota Makassar yang memboyong istri dan tiga anaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com