Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negeri yang Terus Berlari Kencang

Kompas.com - 04/10/2014, 14:52 WIB
DEKADE 1960-an, Korea Selatan masih tergolong negara agraris termiskin di dunia. Namun, dalam dua-tiga dasawarsa, negeri yang terkoyak perang saudara itu berubah menjadi negara industri baru nan sejahtera. Bagaimana bisa?

Pasca Perang Korea 1950-1953, Korsel tidak lebih dari tumpukan debu. Perang hanya menyisakan desa-desa yang compang-camping, tanah telantar, serta 48 jutaan warga miskin dan kurang makan. Begitulah sejarawan militer Amerika Serikat, Russel Gugeler, menggambarkan kondisi ”Negeri Gingseng” pada 1966 dalam buku Korea 1988: A Nation at the Crossroads (editor G Cameron Hurst III, 1988).

Hingga 1980, kondisi ekonomi Korsel lebih buruk ketimbang Indonesia yang sama-sama sedang berusaha bangkit setelah melewati masa perang kemerdekaan dan pergolakan politik. Saat itu, produk domestik bruto (PDB) Korsel hanya 64,4 miliar dollar AS, sedangkan PDB Indonesia 86,3 miliar dollar AS. Sumber daya alam Korsel juga hanya seujung kuku sumber daya alam Indonesia.

”Lahan pertanian kami sempit dan tidak akan cukup untuk memproduksi makanan untuk seluruh rakyat Korsel. Kami bahkan tidak punya minyak setetes pun,” ujar profesor Park Sang-il dari Seoul National University of Technology and Science saat ditemui wartawan Kompas, Budi Suwarna dan Hamzirwan,di ruang kerjanya di kampus, awal September.

Hanya dalam dua dasawarsa sejak program pembangunan ekonomi nasional dicanangkan pada 1960-an, Korsel bergerak untuk berubah menjadi negara industri baru. Tahun 1984, PDB Korsel mulai melewati Indonesia dan selanjutnya berlari kencang tanpa pernah bisa terkejar oleh Indonesia hingga saat ini. Pada 2014, PDB Korsel mencapai 1,308 triliun dollar AS dan berada di peringkat ke-14 dunia, sedangkan Indonesia 868,34 miliar dollar AS.

Pendapatan per kapita Korsel mencapai 25.977 dollar AS (2013), Indonesia 3.590 dollar AS. Dalam bahasa awam, pendapatan rata-rata setiap warga Korsel per tahun adalah tujuh kali lipat dari pendapatan per tahun rata-rata orang Indonesia.

Wajah Korsel berubah drastis. Desa-desa yang compang-camping dan warganya kelaparan akibat perang saudara tidak ditemukan lagi. Kami mencoba menyelami kehidupan di sebuah desa di Incheon yang berjarak hanya sepelemparan batu dari stadion Asian Games, Incheon Asiad. Kami bertemu Kim Jum-soon, seorang ibu berusia 54 tahun, yang sedang membuat berkilo-kilogram kimchi, makanan khas negeri itu yang berupa sayuran terfermentasi. Sayur-mayurnya ia tanam sendiri di lahan 1.200 meter persegi.

”Ini untuk kami konsumsi sendiri. Saya tak perlu berjualan karena gaji suami saya sebagai karyawan perusahaan listrik sudah cukup,” ujar Jum-soon, si ibu petani yang datang ke kebunnya dengan mobil sedan.

Potret Korsel yang sejahtera terlihat amat nyata tanpa perlu penjelasan lanjutan. Jembatan-jembatan kokoh dan panjang melintang di atas sungai-sungai besar, transportasi massal seperti kereta bawah tanah dan bus menghampiri stasiun dan halte setiap 3 menit sekali. Jalan-jalan di tengah kota mirip catwalk, tempat orang-orang berpakaian modis dan mahal berseliweran nyaris setiap detik. Di restoran, setiap orang makan dalam porsi besar.

”Orang Korsel makan banyak, tetapi orang di Korut belum tentu bisa makan,” ujar Oh Joo-suk, pengusaha asal Busan. Malam itu, kami makan di sebuah restoran di Gangnam salah satu pusat kehidupan urban di Seoul sambil memandangi gedung-gedung jangkung bermandikan cahaya.

Kerja keras

Bagaimana Korsel bisa melompat dari negara miskin menjadi negara sejahtera dalam waktu singkat? Sarjana dan media Barat menyebut apa yang terjadi pada Korsel sebagai ”keajaiban”. Namun, kemajuan yang diraih Negeri Ginseng tidak terjadi dalam satu malam.

Setelah perang saudara reda di awal semester kedua 1953, kata Rezky Kim Seok-gi, Direktur Pusat Kebudayaan Korea (KCC), para pemimpin Korsel menyusun rencana pembangunan lima tahunan dan mempercepat pembangunan infrastruktur. ”Rencana itu kami jalankan dengan disiplin tinggi dan kerja keras di bawah kepemimpinan kuat,” ujarnya.

Karena sumber daya alam Korsel sangat minim, lanjut Rezky, pemerintah mendorong negeri itu menjadi negara industri. Mereka menyalurkan utang luar negeri ke pengusaha lokal dalam bentuk skema pinjaman lunak, subsidi, dan insentif. Pemerintah juga memberikan perlindungan terhadap produk yang mereka hasilkan.

Di saat yang sama, pemerintah menanamkan doktrin yang tidak bisa ditawar-tawar tentang cinta produk lokal sebagai bagian dari sikap patriot. ”Kalau menggunakan produk asing, kami merasa malu karena dianggap tidak membantu negara. Inilah yang membuat perusahaan Korsel bisa hidup dan terus berkembang karena mereka punya pasar,” ujar Rezky.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

7 Wisata Sejuk di Yogyakarta, Pas Dikunjungi Saat Panas

Jalan Jalan
5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

5 Desa Wisata Penyangga Borobudur Highland di Purworejo Dapat Pelatihan dan Pendampingan

Travel Update
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas

Travel Update
Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Hidden Gem di Batam, Wisata Sambil Olahraga ke Golf Island

Jalan Jalan
Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Lokasi, Cara Beli, dan Tiket Masuk Kebun Binatang Bandung

Jalan Jalan
KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

KAI Tambah 4 Perjalanan Kereta Api pada 12-31 Mei 2024

Travel Update
Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Planetarium Jagad Raya Tenggarong di Kaltim: Lokasi dan Tiket Masuk

Travel Update
5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

5 Hotel Dekat Bandara Internasional Juanda Surabaya

Hotel Story
Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Tiket.com Beri Promo ke Singapura, Ada Diskon hingga 30 Persen

Travel Update
Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Naik, Ratusan Pendaki Gagal Gapai Atap Jawa Tengah

Travel Update
Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Rute ke Gereja Ayam Bukit Rhema, Cuma 10 Menit dari Candi Borobudur

Travel Tips
Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Kota Batu Cocok untuk Olahraga, Event Sport Tourism Akan Diperbanyak

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com