Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soto Tangkar hingga Roti Buaya, Sekelumit Asal Usul Kuliner Betawi

Kompas.com - 06/05/2017, 12:27 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dari soto tangkar hingga roti buaya di Jakarta ternyata menyimpan beragam cerita di balik kuliner Betawi yang legendaris itu.

Berbagai pengaruh budaya dan nilai-nilai hidup masyarakat Betawi masuk ke dalam sebuah santapan yang bakal mengenyangkan perut.

Narasumber diskusi "Kuliner Betawi, Silang Budaya", Fadly Rahman mengatakan kuliner-kuliner Betawi merupakan percampuran budaya antara banyak bangsa yang datang ke Betawi. Salah satunya menjelma ke dalam soto tangkar.

"Ada beberapa ya (silang budaya) seperti ragam soto betawi dan tangkar yang mana itu notabenenya perserapan dari kebudayaan Tionghoa. Kemudian sudah melokal dan menjadi kebudayaan Betawi," ujar Fadly saat berbincang dengan KompasTravel seusai diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (4/5/2017).

(BACA: Nasi Uduk, Kuliner Persilangan Budaya Melayu dan Jawa)

Soto tangkar dan betawi sendiri juga tak hanya hasil percampuran dari budaya Tionghoa. Menurut Fadly, pengaruh India dan Arab juga masuk melalui penggunaan minyak samin dalam soto tangkar dan betawi.

"Artinya percampuran selera Betawi dan lokal, pengaruh Tionghoa, Arab dan India menyatu padan di semangkuk soto," ungkap Fadly.

KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Hangat, wangi, segar, dan terbuat dari rempah-rempah Nusantara. Itulah minuman khas Betawi, bir pletok yang dikenal berkhasiat bagi kesehatan.
Selain itu ada pula kuliner bir pletok. Fadly yang juga berprofesi sebagai peneliti makanan mengatakan bir pletok hadir dari pengaruh bangsa Eropa dan Arab.

"Bir pletok direspons oleh masyarakat Betawi dengan memanfaatkan rempah-rempah ini menunjukkan keharmonisan kuliner Betawi dengan kuliner lainnya," ujarnya.

(BACA: Minum Bir Pletok Sambil Makan Roti, seperti Orang Eropa...)

Contoh lain adalah roti buaya. Roti yang kerap disandingkan dengan lambang kesetiaan itu merupakan satu tradisi budaya Betawi yang masih lekat hingga saat ini.

"Roti buaya juga menjadi pembahasan menarik. Roti buaya sebagai lambang kesetiaan pada pasangannya. Itu (kesetiaan buaya) filosofi lokal, yang memang turun temurun budaya mereka (Betawi). Dalam kondisi apa pun senang susah, kesetiaan buaya jantan dan betina. Ketika Belanda masuk dengan rotinya, mereka (Betawi) punya kreativitas jadi dikawinkan," kata Fadly.

Pengaruh Tionghoa juga menjadi salah satu yang terkuat. Secara lanskap dan sejarah kedatangan orang Tionghoa ke Jakarta yang dulu bernama Batavia pun beranak pinak hingga saat ini.

"Pengaruh yang terkuat itu Tionghoa. Karena kehidupan Tionghoa kalau dilihat lanskapnya sangat lekat dibanding budaya yang lainnya. Mereka lebih awal masuk ke nusantara dibanding bangsa Arab dan India. Sayur babanci, lontong cap go meh itu bentuk perpaduan yang masih melekat sampai saat ini," ujarnya.

KOMPAS.COM/SILVITA AGMASARI Sayur babanci, makanan khas Betawi yang hampir punah.
Kaitan nasi uduk dengan budaya Melayu dan Jawa pun terlihat. Menurutnya makanan khas Melayu sendiri adalah nasi lemak dan orang Jawa yakni nasi gurih.

"Kebudayaan Jawa masuk juga. Tahun 1628-1629 masuk kerajaan Mataram menyerang VOC. Jadi di Betawi ada orang melayu dan orang jawa. Lalu dia menghasilkan nasi uduk," jelas narasumber diskusi lainnya, Pudentia pad kesempatan yang sama.

Dari percampuran budaya-budaya tersebut bisa terlihat keharmonisan budaya Betawi sejak dulu. Semua aspek seperti interaksi antar masyarakat Betawi dan pendatang berpadu dalam kuliner.

Diskusi "Kuliner Betawi: Silang Budaya" adalah salah satu bagian acara Pekan Budaya Betawi yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya Jakarta dari tanggal 4-6 Mei 2017. Tema yang diangkat yaitu "Mencecap Betawi, Merawat Indonesia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com