Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenun Sukarara yang Menjadi Andalan Lombok

Kompas.com - 06/10/2013, 16:07 WIB
LOMBOK seperti ingin lepas dari bayang-bayang kemasyhuran Bali dalam pariwisata. Caranya dengan menawarkan beberapa kreativitas seni dan budayanya, di antaranya melalui tenun songket. Kain tenun songket Desa Sukarara di Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan produk andalan yang masih berkembang.

Desa ini terletak sekitar 20 kilometer (km) ke arah selatan dari Mataram, ibu kota NTB. Di desa ini terdapat puluhan industri rumah tangga tenun songket. Seluruh penenun adalah kaum perempuan.

Wisatawan bisa langsung menyaksikan proses pembuatan kain tenun songket. Harga sehelai kain tenun bervariasi, tergantung dari bahan benang dan motifnya. Harga kain di Balai Kesenian Tradisional Mataram pun lumayan miring. Kain dengan motif yang cukup rumit dengan warna yang beragam, jelas lebih mahal dibandingkan motif sederhana dengan dua warna benang.

Dari waktu pembuatan, kain bermotif rumit membutuhkan waktu yang lebih lama, bisa satu bulan untuk kain berukuran lebar 60 sentimeter (cm) dan panjang 200 cm. Untuk menenun satu helai kain, rata-rata diperlukan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Harga kain hasil tenunan kaum perempuan di Balai Kesenian Tradisional ini berkisar Rp 50.000 hingga Rp 4 juta per lembar.

Berutang lebih dahulu

Usaha kain tenun songket di Mataram sebenarnya bisa lebih maju seandainya perajin tidak kesulitan modal untuk membeli benang sebagai bahan utama kain tenun. Selama ini, perajin kecil umumnya berutang lebih dahulu kepada toko penjual benang. Utang itu baru dibayar setelah kain tenun laku terjual.

Pendapatan mereka tak menentu, bergantung pada kunjungan wisatawan. Terkadang nilai transaksi dalam satu hari kurang dari Rp 100.000, tetapi di hari lain bisa jutaan rupiah.

Promosi hanya mengandalkan kedatangan wisatawan di Desa Sukarara. Berbeda dengan pemilik galeri lain yang bermodal besar, mereka bisa bekerja sama dengan agen perjalanan wisata untuk mengundang turis berkunjung ke galeri.

Perajin yang bergerak sendiri, tak mendirikan kelompok, akan sulit bertahan. Umumnya mereka kekurangan modal dan lemah dalam pemasaran. Jika bergabung ke pemodal besar, tak perlu pusing mencari modal untuk membeli benang. Ia cukup membuat kain tenun dengan bahan yang disediakan pemilik toko.

”Saya mendapat upah, jika kain tenun buatan saya dibeli pengunjung toko. Selain itu, juga kerap menerima tip dari tamu pengunjung toko yang menyaksikan saya menenun,” papar Siti Maryam, salah seorang perajin.

Siang itu, Siti mengajari kami cara menenun. Ternyata sulit juga, menghentakkan kayu kuat-kuat, agar benang-benang tersusun rapat. Selain Siti, ada enam penenun yang setiap hari membuat kain tenun songket di halaman depan toko itu. Mereka adalah penenun dari Desa Sukarara yang memilih bergabung dengan pemilik modal yang lebih besar.

Siang itu, kami juga menjumpai Rahmat, warga Surabaya, Jawa Timur, yang sedang berkunjung ke Lombok bersama rekannya. Toko dan galeri Dharma Setya, adalah salah satu tujuan yang direkomendasikan pemandu wisata mereka.

Dari nilai yang dibelanjakan wisatawan, sekitar 10 persennya untuk biro perjalanan dan pemandu wisata. Kedatangan wisatawan lokal menjadi andalan saat ini. Pasalnya, pembeli dari luar negeri, yang biasanya memborong kerajinan kayu dan kain tenun, sudah dua tahun terakhir tidak lagi datang. Krisis perekonomian global turut memukul ekonomi kreatif, seperti kerajinan tenun Lombok, kendati tidak secara langsung.

Namun, harapan tak pernah surut. Apalagi, tren kunjungan wisatawan semakin meningkat, setelah adanya Bandara Internasional Lombok. Jadi wisatawan benar-benar ke Lombok untuk berwisata, bukan hanya mampir setelah dari Bali atau sebelum ke Bali. (IDR/APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com