Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Portugis, Saksi Sejarah Amurang

Kompas.com - 13/10/2013, 14:29 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

MANADO, KOMPAS.com - Benteng Portugis itu terletak di Amurang, ibukota Kabupaten Minahasa Selatan, sebuah kabupaten di bagian selatan Provinsi Sulawesi Utara. Amurang memiliki teluk yang punya jejak historis tempat singgahnya berbagai bangsa dari belahan dunia ketika itu.

Amurang berasal dari kata Amoer yang merupakan nama sebuah sungai di daerah Manchuria. Sungai itu ramai dilalui bangsa Portugis dan Spanyol saat berdagang ke Tiongkok dan menjadi jalur penting bagi perdagangan. Ketika Portugis menginjakkan kakinya di Sulawesi Utara pada sekitar tahun 1500-an, mereka melihat kekayaan alam di daerah Selatan ini berupa rempah-rempah. Dan jadilah tempat rempah-rempah itu ramai dengan kegiatan perdagangan berbagai bangsa.

Oleh bangsa Portugis, mereka menamakan daerah itu dengan sebutan Amoer. Lalu kedatangan bangsa Belanda menyebut kata Amoer dengan dialek mereka, Amoerlang dan hingga kini menjadi Amurang.

Ramainya perdagangan waktu itu membuat banyak bangsa yang mampir ke Amurang. Sehingga kini masih banyak dijumpai penduduk Amurang yang merupakan keturunan balsteran Portugis, Belanda, Spanyol, Inggris, Jerman bahkan Yahudi. Orang Belanda menyebutnya sebagai keturunan Boerger atau sekarang dikenal sebagai orang Borgo.

Benteng Pertugis di Amurang bisa dijumpai di Kelurahan Uwuran Satu, Kecamatan Amurang. Letaknya mudah sekali dijangkau, karena tepat berada di samping Pasar Amurang. Diperlukan waktu sekitar satu jam dengan kendaraan mobil dari Manado untuk mencapai lokasi benteng ini.

Saat Kompas.com berkunjung ke benteng itu, terlihat sebuah bangunan kokoh dari batu yang berbentuk huruf D setengah bulatan, setinggi kurang lebih tiga meter. Bangunan ini hanyalah sisa dari bangunan benteng secara keseluruhan yang dulunya meliputi kawasan seluas tiga hektar. Kini luas area benteng itu sendiri tersisa 25 x 50 meter yang sudah dipagari oleh pemerintah daerah Minahasa Selatan.

Portugis membangun benteng ini pada waktu itu untuk melindungi aktivitas perdagangan mereka di Amurang dari ancaman perompak. Pada tahun 1943 saat Perang Dunia II, benteng ini diserang habis-habisan oleh tentara sekutu, sehingga menyisahkan apa yang bisa dilihat sekarang.

Benteng ini semula dibangun di tepi pantai hanya untuk menampung para serdadu dan rohaniawan Portugis. Tetapi karena letaknya yang strategis, benteng ini kemudian menjadi pusat penaklukan Portugis ke wilayah Minahasa lainnya.

Ketika masih utuh, benteng ini dilengkapi dengan senjata meriam yang menghadap langsung ke arah Teluk Amurang. Terdapat pula beberapa bangunan pelengkapnya, seperti barak, gudang, fasilitas militer bahkan sebuah kapel (gereja kecil). Pada tahun 1700-an, bangsa Belanda menguasai benteng ini dan kehadiran mereka banyak mempengaruhi sejarah orang Minahasa.

Benteng Portugis di Amurang ini bisa dijadikan sebagai jejak sejarah perjalanan panjang orang Minahasa. Beberapa jejak sejarah itu, selain terlihat dari kehadiran Benteng, juga bisa ditemui dari berbagai benda peninggalan bangsa Eropa yang sering ditemui warga ketika melakukan penggalian.

Sayang beberapa meriam yang dulunya masih ada di benteng Portugis ini, kini sudah raib. Menurut keterangan penduduk yang berada di sekitar benteng, dulu ada enam meriam. Tetapi meriam-meriam itu kemudian dipindahkan oleh penguasa pada waktu itu, karena belum adanya undang-undang yang mengatur mengenai benda-benda purbakala dan sejarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com