Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2013, 10:53 WIB
ASYIK, deh, pokoknya selama di atas,” ujar Anan Supriadi (21), wisatawan asal Bontang, Kalimantan Timur, beberapa saat setelah mendarat di tanah kosong sekitar lahan pertanian di Kelurahan Songgokerto, Batu, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Ini adalah kali pertama dia melayang-layang di udara menggunakan paralayang.

Awalnya, sebelum bergelantungan pada tali parasut yang dikendarai secara tandem, Anan mengaku sempat grogi. Bagaimana tidak, tanah tempatnya berpijak persis berada di puncak Gunung Banyak yang berketinggian 1.325 meter dari permukaan laut. Sementara sekitar 300 meter di bawahnya menghampar lahan pertanian dengan latar belakang Kota Batu.

Setelah semua peralatan siap, ia bersama sang pilot harus menunggu beberapa saat hingga kondisi angin sesuai. Proses lepas landas (take off) yang harus diulang lantaran kondisi angin cukup kencang membuat adrenalinnya makin terpacu. ”Namun, begitu mengudara rasa takut itu hilang,” ujar karyawan swasta yang datang ke Jatim dengan tiga rekannya itu sembari tersenyum.

Selama lebih dari 10 menit melayang di udara dengan paralayang, banyak pemandangan indah ia saksikan. Selain hamparan lahan pertanian yang sebagian besar ditanami sayur dan penampakan Kota Batu dan Kota Malang, wisatawan juga bisa melihat Gunung Panderman di sisi selatan dan Gunung Welirang di sisi utara yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jika cuaca mendukung, mereka juga bisa melihat kemegahan puncak Gunung Semeru dari kejauhan.

Paling lengkap

Kondisi alam indah inilah yang kemudian disebut-sebut menjadikan medan paralayang Gunung Banyak mendapat predikat bintang empat atau mewah. Di Indonesia jarang ada medan paralayang yang memiliki kondisi serupa. Ahmad Fauzi, salah satu dari 11 master tandem di tempat itu, menuturkan, di Palu, Sulawesi Tengah, terdapat medan paralayang dengan tempat lepas landas lebih tinggi, tetapi pemandangan di bawahnya hanya perkotaan.

”Di sini semuanya terpenuhi. Dari sisi pemandangan, semua menarik. Begitu pula dari sisi lokasi, mudah dijangkau. Fasilitas pendukung juga banyak, termasuk penginapan dan kendaraan umum,” ujarnya. Satu lagi yang menjadi unsur penting adalah kondisi angin. Angin di daerah pegunungan di perbatasan antara Kota Batu dan Kabupaten Malang itu umumnya bertipe laminar atau konstan.

Karena itu, pernah ada pemain yang memecahkan rekor dengan melayang hingga 4 jam 10 menit. Gunung Banyak jadi tempat pemusatan latihan bagi atlet paralayang Jatim dan sejenisnya. Semua atlet Jatim berlatih di sini. Begitu pula sejumlah penggemar paralayang asing, seperti dari Jerman dan beberapa negara Eropa lain pernah merasakan sensasi kawasan ini.

Sebenarnya Gunung Banyak menjadi wahana paralayang baru sekitar 13 tahun terakhir. Berawal dari keperluan arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XV di Jatim. Sebelumnya sempat dicoba belasan kali mengudara dari bukit Ringin Kembar yang berjarak sekitar 2 kilometer arah barat Gunung Banyak. Pernah pula dicoba lepas landas dari Cuban Rondo yang berjarak sekitar 1 kilometer di sisi selatan Gunung Banyak.

”Namun, yang paling cocok rupanya di Gunung Banyak, termasuk kondisi tempat pendaratan,” kata Ahmad yang pernah mewakili Jatim berlaga di PON XVII di Kaltim. Pergeseran tempat ternyata tidak hanya terjadi di lokasi lepas landas, tetapi juga di pendaratan. Lokasi pendaratan sempat berpindah dua kali sebelum akhirnya berada di tempat yang ada saat ini yang berjarak 350 meter dari puncak Gunung Banyak.

Dalam perkembangannya, Gunung Banyak menjadi salah satu tujuan wisata. Selain paralayang, juga ada gantole dan medan downhill sepeda gunung. Mereka yang tak memiliki nyali cukup untuk bergantung di parasut bisa merasakan wahana flying fox atau membidik sasaran dengan senapan angin dalam permainan shooting target.

Khusus paralayang, ada paket tersendiri yang diperuntukkan bagi wisatawan awam. Dengan membayar Rp 325.000, mereka sudah bisa merasakan sensasi terbang tandem, memperoleh sertifikat, dan asuransi. Mereka juga bisa mengabadikan diri dengan kamera foto atau video.

Untuk yang satu ini cukup dengan tambahan biaya Rp 125.000. Bagi orang awam yang ingin bisa bermain paralayang sendiri ada sekolah khusus dengan biaya Rp 7,5 juta. Siswa mendapatkan 40 kali terbang dan kartu lisensi yang berlaku internasional. ”Kecuali musim hujan, dipastikan setiap hari selalu ada yang main. Sejauh ini, kebanyakan mereka berasal dari Jawa Timur,” ujar Abdul, instruktur paralayang. (Defri Werdiono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com