Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kaki-kaki Suci Baduy Jelajahi Ibu Kota...

Kompas.com - 27/08/2014, 12:18 WIB
EMPAT warga Baduy turun gunung berjalan kaki tanpa alas dari kampung mereka di Baduy Dalam, Desa Kenekes, Kabupaten Lebak, Banten, menuju Jakarta. Mereka sama sekali tidak naik kendaraan bermotor. Alat transportasinya adalah kaki-kaki mereka sendiri. Butuh waktu 2 hari untuk sampai di Jakarta.

Kang Herman, Idong, Naldi dan Juli, harus menyusuri jalan berlumpur, medan berbatu, dan menghadapi sengatan matahari di siang bolong, serta hujan yang membasahi tubuh mereka. Mereka ke Ibu Kota untuk menjual barang dagangan berupa madu dan aneka kerajinan seperti pakaian, kain tenun, tas kulit kayu khas Baduy.

Tradisi menggembara warga Baduy menjelajahi Jakarta, menarik perhatian tim program Explore Indonesia yang tayang di Kompas TV. Host Explore Indonesia, Belda Zando, mencoba mengikuti perjalanan mereka dengan ikut berjalan kaki.

Dari keempat warga, hanya Juli, 19 tahun, yang belum pernah jalan kaki ke Jakarta. Sementara yang lainnya sudah puluhan kali. “Saya sudah ingin dari dulu, tapi baru kali ini ke Jakarta. Saya ingin lihat gedung-gedung tinggi,” kata Juli, yang terhitung masih pengantin baru.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Host Explore Indonesia, Belda, mengikuti warga Baduy menyeberangi sungai menuju Jakarta.
Masing-masing meninggalkan rumah hanya berbekal uang Rp 300.000 untuk berkelana selama 2 minggu. Ketika jam makan siang, mereka mampir di warung pinggir jalan.

Menjelang sore, mereka mandi di sungai di daerah Sajira. Setelah menyegarkan badan, mereka kembali melangkahkan kaki-kaki telanjangnya.

Ketika malam tiba, di kawasan Jasinga, Bogor, Kang Herman dan ketiga rekannya memilih beristirahat. Mereka meringkuk lelap di gubuk tengah sawah.

Setelah menyeberang sungai, susuri pematang sawah, lintasi perkampungan dan menapaki kerasnya jalanan aspal, akhirnya mereka tiba di Bundaran HI Jakarta, pada hari Minggu tepat saat acara car free day.

Biasanya mereka ke Jakarta setelah musim panen, karena saat itu tak banyak kegiatan di ladang. Barang dagangan berupa madu dan kerajinan yang mereka bawa, dijual kepada orang-orang yang sudah mereka kenal. Umumnya adalah warga kota yang pernah berwisata dan menginap di rumah warga Baduy.

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Kang Herman dan kawan-kawan makan malam dan menginap di gubuk tengah sawah.
Selama di Jakarta, warga Baduy ini menumpang menginap di rumah-rumah kenalannya itu yang bersedia memberikan tumpangan. Dengan karakter apa adanya, polos dan jujur, ternyata tak sedikit warga kota yang respek kepada warga Baduy.

“Di jalan mungkin banyak orang yang memandang kami dengan tatapan aneh, bahkan kadang ada yang menganggap kami orang gila. Tapi ya nggak apa-apa, karena mereka kan tidak tahu, jadi kami  cuek saja,” kata Kang Herman.

Suku Baduy adalah suku yg memegang teguh keyakinan Sunda Wiwitan. Adat mereka melarang masuknya modernisasi dan mereka memilih hidup bersahaja apa adanya. Warga Baduy dilarang sekolah, tidak menggunakan listrik dan barang elektronik serta tak boleh naik kendaraan bermotor.

Ada petuah leluhur yg menjadi pedoman hidup suku Baduy:
“Gunung tak boleh dihancurkan, lembah tak boleh dirusak
larangan tak boleh dilanggar, buyut tak boleh diubah
panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung
yang bukan harus ditiadakan, yang jangan harus dinafikan
yang benar harus dibenarkan...”

KOMPAS TV/ANJAS PRAWIOKO Warga Baduy menumpang menginap di rumah kenalannya selama berada di Jakarta.
Ketika warga Jakarta hanya bisa jalan kaki dan berolahraga selama 5 jam dalam seminggu saat car free day, orang-orang Baduy berjalan kaki setiap hari seumur hidupnya.

Banyak kisah menarik di balik perjalanan 4 warga Baduy ini. Saksikan mereka di acara Explore Indonesia dalam episode "Kaki-Kaki Suci Baduy" di Kompas TV, Rabu, 27 Agustus 2014 pukul 20.00 WIB. (Anjas Prawioko)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Travel Update
5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

Jalan Jalan
4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com