Dubrovnik Mutiara Cantik di Tepi Adriatik

"THOSE who seek Paradise on Earth should come to see Dubrovnik". Demikian ujar George Bernard Shaw, yang rupanya begitu terpukau saat berkunjung ke kota tersebut. Selintas tentu ungkapan itu terasa berlebihan, tapi yang bicara ini bukan orang sembarangan. Dia pemenang Nobel Kesusasteraan tahun 1925, dan peraih Oscar tahun 1938 untuk naskah film Pygmalion. Maka tentulah pantas sanjungannya itu kita simak atau malah kita uji sendiri kebenarannya dengan mengunjungi langsung Dubrovnik. Letak Dubrovnik tidak banyak orang tahu. Jangankan mencapai kota kecil itu, mencari letak negaranya saja, Kroasia, di dalam peta, kita bisa "keringatan".

Negara pecahan Yugoslavia ini ternyata menyimpan segudang keunikan. Bentuk wilayahnya seperti bumerang dengan sisi panjangnya adalah tepian Laut Adriatik, laut terbersih di dunia. Laut tersebut mirip sebuah kanal selebar 175 km yang menusuk masuk ke ulu hati benua Eropa sejauh 800 km. Kalau salah satu sisi "kanal" adalah pantai Italia, maka sisi lainnya adalah Semenanjung Balkan, tempat Kroasia berada.

Garis pantai Italia relatif lurus, datar dan tanpa pulau di lepas pantainya, sebaliknya pantai Semenanjung Balkan berbukit-bukit serta berkelok-kelok indah sekali, dengan banyak sekali pulau besar kecil berjajar sepanjang dan tidak jauh dari pantai. Hal inilah yang membuat pantai semenanjung Balkan bukan saja indah, tapi juga nyaman dan aman, sehingga menarik turis berdatangan. Di ujung paling bawah boomerang-shaped Kroasia itulah terletak Dubrovnik. Kota di tepi laut Adriatik ini begitu indah. Saking cantiknya, Dubrovnik sampai dijuluki Pearl of the Adriatic.

Lift berjalan miring

Dubrovnik memang sungguh menakjubkan, berusia ratusan tahun dengan dinding benteng tinggi mengelilingi kota. Sejak tahun 1979 kota ini ditetapkan oleh Unesco sebagai world heritage karena sarat dengan gereja, biara, istana, dan air mancur bergaya Gothic, Renaissance, Baroque yang sangat terpelihara baik. Seluruh isi kota seakan menjadi monumen, ditambah dengan arsitektur dan alam yang begitu indah.

Mencapai Dubrovnik paling praktis tentu lewat udara. Ada penerbangan reguler setiap hari dari London dengan British Airways (beberapa kali seminggu dengan Kroasia Airlines). Penerbangan harian juga ada dari Zagreb, ibukota Kroasia, atau dari Dublin dengan Air Lingus. Lewat laut, bisa dengan feri internasional dari Bari (Italia).

Kami sendiri memilih jalan darat, berangkat dari Sarajevo/Bosnia pada pagi hari Sabtu 28 Oktober 2006. Kami mampir dulu ke Medjugorje dan Mostar, dan harus melalui pemeriksaan imigrasi yang cukup lama di perbatasan Bosnia dan Kroasia. Sekitar pukul 21.00 barulah bus kami tiba di restoran Komin, di Babinkuk Holiday Park, Dubrovnik.

Selesai makan malam, kami menuju President Hotel dan setelah menerima kunci kamar, dengan terkantuk-kantuk kami memasuki kotak lift, lalu tekan tombol angka 7. Tapi kami semua terperangah. Sesudah pintu lift tertutup, lantai lift bukan terangkat seperti yang kami bayangkan. Sangkar lift bergeser ke samping dan mulai miring menurun!

Astaga, ternyata hotel dibangun mengikuti kemiringan lereng bukit. Jadi, lobinya ada di atas bukit. Tingkat-tingkat lantai hotel berikutnya ada di bawahnya sampai ke tepi pantai. Bila dilihat dari kejauhan bentuk hotel tidak ubahnya terasering petak-petak sawah di lereng pegunungan. Maka sangkar lift itu pun berjalan miring di atas sebuah eskalator.

Pengalaman teman kami lebih heboh lagi, pasangan yang membawa dua anak kecil ini sampai histeris. Ia mengira kabel lift mau putus. Sambil teriak-teriak kalap, mereka berebutan memenceti seadanya tombol-tombol yang ada di dalam lift.

Esok paginya, hiruk pikuk semalam itu langsung terbayar lunas, karena saat terbangun kami mendapati pemandangan dari kamar ke arah laut yang luar biasa indahnya. Tampak laut berwarna crystalline blue. Airnya tenang sekali terlindungi oleh deretan pulau besar kecil. Saat itu kebetulan ada sebuah kapal pesiar besar warna putih sedang melintas.

Tampak cantik dan anggun sekali bak angsa putih sedang meluncur tenang di atas air membiru. Setelah makan pagi, dengan bus kami menuju tempat yang tidak kalah indah dan menawan sepanjang kunjungan ke Kroasia ini, yaitu memasuki kota lama Dubrovnik.

Dubrovnik mempunyai sejarah yang menarik. Pernah selama ratusan tahun menjadi bagian dari Republik Ragusa yang perdagangannya maju sekali. Penduduk kota ini bisa berdagang dengan banyak orang asing, mulai dari Turki sampai India di timur (dengan menempatkan seorang konsul di Goa), dan punya perwakilan perdagangan di Afrika (Cape Verde).

Selain menjadi negara yang kuat dalam perdagangan, seni dan budayanya juga maju sekali. Republik Ragusa yang mencapai zaman keemasan pada abad ke-15 dan ke-16, sangat menghormati kebebasan, termasuk dengan menyetop perdagangan budak pada tahun 1418. Dan ternyata negara pertama yang mengakui kemerdekaan Amerika Serikat adalah Republik Ragusa ini.

Belakangan perdagangan di Mediterrania meredup, kemalangan demi kemalangan menerpa. Gempa bumi dahsyat pada 1667 meluluhlantakkan Dubrovnik. Namun pukulan maut bagi Republik Ragusa bukanlah kejadian itu, tapi datang dari pasukan Napoleon pada 1806. Awalnya Napoleon hanya memblokade Dubrovnik, tapi akhirnya memasuki kota. Pada hari itu seluruh bendera di dalam kota Dubrovnik di cat hitam sebagai tanda duka yang mendalam.

Kota sarat museum