Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Kesunyian Jepang

Kompas.com - 24/01/2015, 09:34 WIB
KUIL dan air terjun itu terlingkung bukit dan hutan sunyi. Sejak ratusan tahun lalu, orang berziarah ke sana, mendalami laku spiritual di tengah kedamaian alam. Itulah Kumano Kodo di Perfektur Wakayama, Jepang, tempat kita bisa menikmati sisi wajah Jepang yang teduh, tenang.

Berjalan di tengah hutan sunyi, dengan pohon-pohon besar dan tinggi, khayalan melayang ke jagat fiksi. Teringat para ronin yang mengembara, terbayang sosok Musashi sampai Zatoichi. Begitulah sensasi rasa ketika kami di kuil Seiganto Ji dan air terjun Nachi No Otaki di kompleks perziarahan Kumahno Kodo, Perfektur Wakayama, Jepang.

Kumano Kodo merupakan salah satu dari dua tempat perziarahan yang masuk dalam Situs Warisan Dunia oleh UNESCO, selain Camino de Santiago di Spanyol. Nama resmi Kumano Kodo adalah Tempat Suci dan Rute Ziarah di Pegunungan Kii. Gunung, hutan, air terjun, di sekitar Pegunungan Kii oleh Pemerintah Jepang dimasukkan sebagai Lanskap Kultural.

Kuil dan air terjun itu berada di tempat yang jauh dari keriuhan. Tak ada wajah dan langkah orang bergegas seperti pemandangan Tokyo atau Osaka. Air terjun setinggi 113 meter, yang mengempaskan air lewat karang-karang tajam, itu terlihat dari berbagai sudut kompleks peziarahan Kumano Kodo. Ada dua sudut menarik untuk menikmati air terjun, yaitu dari ketinggian dan dari bawah. Tempat yang agak tinggi itu adalah dari kuil Seigato-Ji. Dari sini, air terjun itu tampak hanya sepelemparan batu. Deras airnya tampak jelas meski terpisah jarak sekitar 700 meter.

Dari bawah kita bisa menuruni bukit. Dari kuil itu kita sebenarnya bisa berjalan kaki. Namun, karena memburu waktu, Japan National Tourism Board yang mengajak kami meminta kami naik mobil mendekati lokasi titik jatuh air terjun. Cukup sekitar 10 menit bermobil berkelok menuruni bukit menempuh jarak sekitar 1,5 kilometer. Turun mobil, kita mendaki menyusuri hutan sunyi menapaki jalan berbatu, dan sampai juga kaki menapak ke depan air terjun. Percikan air menitik di wajah.

Selebaran wisata menyebut Nachi No Otaki sebagai air terjun yang mistis, wingit. Air terjun, kuil Seigato Ji, dan sejumlah kuil keramat lain dianggap sebagai bangunan suci. Bangunan itu adalah Hongu Taisha, Hayatama Taisha, dan Nachi Taisha.

Tempat-tempat tersebut menjadi tujuan ziarah, laku spiritual bagi para penganut kepercayaan Shinto sejak lebih dari seribu tahun silam. Mereka percaya, di tempat-tempat seperti air terjun serta hutan di sekitarnya bersemayam para kami atau roh serta para Dewa. Ada kepercayaan roh-roh bersemayam di gunung-gunung tinggi itu karena dekat dengan surga. Ketika seseorang meninggal, jiwanya akan mendaki gunung dalam perjalanan menuju surga.

Di salah satu tempat suci itu ada tempat mengucap doa. Mayumi Toyota, pemandu yang memandu kami di Wakayama, membimbing kami untuk memberi donasi di tempat yang disediakan di depan kuil. Terserah berapa nilai nominal koin yang kita masukkan dalam kotak itu. Tapi, disarankan koin 5 yen atau goe dalam bahasa Jepang.

KOMPAS/FRANS SARTONO Kuil Seiganto Ji dan air terjun Nachi No Otaki di kompleks peziarahan Kumano Kodo, Perfektur Wakayama, Jepang.
Setelah itu, kita diminta membunyikan bel dengan cara menarik tali tambang, lantas kita harus membungkukkan badan dua kali, dan mengucap doa. Kemudian kembali membungkuk sekali saja. Selesai sudah ritual singkat tersebut.

Senyum dan ramah

Tempat-tempat suci itu menjadikan lingkungan ekologis di sekitarnya makin terpelihara. Hutan teduh itu ditumbuhi pohon cemara, koniferus (Pinophyta) cedar, sampai ceri. Ada pohon-pohon tua yang berusia sekitar 500 tahunan. Seperti diketahui, Jepang termasuk negeri yang cukup tebal diselimuti hutan, yaitu 67 persen dari total wilayah darat. Bandingkan dengan Indonesia yang wilayah hutannya ”hanya” meliputi 46,46 persen dari kawasan daratnya.

Keragaman hayati yang menyatu dengan situs-situs arkeologis menjadi tempat ziarah bagi para penganutnya. Sekaligus menjadi tempat wisata bagi wisatawan. Sekitar 15 juta wisatawan per tahun datang ke kawasan tersebut.

Dalam selebaran wisata ada sejumlah saran bagi orang memasuki wilayah peziarahan. Selain soal menjaga lingkungan dan untuk tetap berada di jalur peziarahan, peziarah ataupun wisatawan diminta untuk ”saling menyapa dengan senyum dan ramah”.

Mungkin sikap ramah sudah menyatu antara alam dan warga Jepang. Rombongan peziarah yang antara lain terdiri atas kaum sepuh melintas berjalan dengan tongkat bambu penahan jalan mendaki atau menurun. Setiap berpapasan dengan siapa pun, mereka menyapa ramah, seramah alam hijau dan segar. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com