Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Saksi Bisu Letusan Gunung Krakatau

Kompas.com - 10/03/2015, 15:17 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

SEJAUH memandang, hanya hijau rumput dan pepohonan yang menyihir mata. Mobil tak henti-hentinya berayun-ayun menabrak lubang-lubang kecil di kawasan Tampang-Belimbing Wildlife Nature Conservation. Di ujung pandangan, tampak berdiri sebuah mercusuar yang menjulang gagah. Deburan ombak menemani sang saksi meletusnya Gunung Krakatau tahun 1883.

Dibangun oleh Raja Belanda Willem III pada tahun 1879, rasa kagum sekejap muncul. Setelah hampir 135 tahun berdiri, mercusuar tetap berdiri tegak. Namun ternyata sang mercusuar tak berdiri tegak. Dahsyatnya letusan Gunung Krakatu membuat mercusuar menjadi miring sekitar 17 derajat. Semakin dekat jarak, karat-karat coklat mulai terungkap.

Di luar kompleks mercusuar, tampak seekor rusa liar berkeliaran mencari makanan. Dua bangunan yang tak terurus hanya membujur kaku menunggu waktu. Pintu mercusuar berkarat hampir di seluruh bagian. Sang mercusuar menua. “Mercusuar di Tambling sudah tidak difungsikan saat ini, kan udah maju komunikasi sekarang,” ujar Darmo, sang pemandu di TWNC saat akan memasuki mercusuar.

Jantung berdegup kencang ketika mulai menapaki anak tangga mercusuar. Berumur hampir 137 tahun, anak tangga juga telah mulai rapuh. Jika salah berpijak, maka bersiap untuk jatuh. Tangan mencengkeram kuat teralis tangga yang tak luput dari karat. “Ini masih kuat gak ya kalo dinaikin ke atas?" gumam saya dalam hati.

Dr. Tawaluddin Haris, Dosen Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia mengatakan bahwa dahulu ketika pembangunan mercusuar di Indonesia, Pemerintah Hindia Belanda membawa bahan material dari negeri Belanda langsung menggunakan kapal laut. Ia juga menambahkan bahwa Pemerintah Hindia Belanda sangat menyadari pentingnya mercusuar untuk memantau alur pelayaran dari dan ke Teluk Semangka dan ke Teluk Lampung bagi kapal-kapal dagang yang berlayar dari Samudera Hindia.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Samudera Hindia dilihat dari dalam mercusuar Tambling.

Mercusuar di ujung barat daya Pulau Sumatera ini memiliki 17 lantai. Ketika masih digunakan, beberapa lantai di mercusuar berfungsi sebagai ruang administrasi. Terbayang saat Pemerintah Belanda masih menggunakan mercusuar ini sebagai pemantau. Namun sekarang, hanya karat yang tersisa. Jendela kaca pun telah pecah. Hanya foto yang dapat mengabadikan keadaan saat ini. "Yuk foto-foto, Bil," ucap saya kepada Nabila teman perjalanan ketika menengok pemandangan luar dari jendela kaca mercusuar di lantai 10.

Perjalanan menapaki anak tangga mercusuar kembali bergulir. Untuk mencapai puncak mercusuar diperlukan 15 menit  melangkah di anak tangga yang berkarat, Di puncak mercusuar masih terdapat lampu sorot yang digunakan untuk menerangi pinggir laut. Darmo mengatakan lampu mercusuar masih berfungsi dengan baik. Setelah diperbaiki, lampu dapat berfungsi selayaknya dulu.

Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Lampu mercusuar yang masih digunakan untuk menerangi pinggir laut.

Ombak berdebur kencang memekakkan telinga. Dari atas mercusuar, ombak bak berkejaran menyusul tak mau ketinggalan. Biru samudera bersanding dengan cakrawala. Horizon terbentang tak terhingga. Sementara angin membelai rambut dan mengeringkan peluh yang bercucuran akibat menaiki anak tangga. Memutari puncak mercusuar, landasan pacu memanjang di tengah hutan-hutan. Hijau dan biru mewarnai ujung Sumatera ini.

Jika dilihat secara geografis, mercusuar ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat. Kawasan Tambling masih bersebelahan dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Dikelola oleh oleh PT Adhiniaga Kreasi Nusa, anak perusahaan Group Artha Graha, kawasan ini memiliki luas mencapai 45.000 hektar.

Waktu demi waktu hanya saya habiskan dengan berfoto dan berbincang-bincang di puncak mercusuar. Selain itu sambil juga melihat dan membayangkan bagaimana karang-karang hitam yang siap membuat kapal karam. “Ayo turun, kita lanjut lagi wisatanya ke tempat lain,” ucap Dharmo, pria kelahiran Ambon ini kepada kami. Waktu cepat bergulir, sementara penjelajahan di TWNC ini masih harus berlanjut. Setelah ini saya akan menyusuri pantai menuju Danau Menjukut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com