Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Kawi Ubud Bali, Persemayaman Abadi Raja Udayana

Kompas.com - 22/01/2016, 12:25 WIB
MEMBAHAS tentang tempat wisata di Bali memang tidak akan pernah habis, karena Bali adalah surga bagi traveler tidak hanya Indonesia tetapi dunia. Memang sebagian besar wisata di Bali adalah pantai, Bali juga punya destinasi yang sejuk dan sarat budaya.

Di Ubud, Kabupaten Gianyar kita bisa banyak menikmati keindahan budaya, tidak hanya ada obyek wisata rafting, tontonan tari tradisional, taman wisata, tetapi juga situs purbakala yang bisa anda kunjungi yaitu salah satunya Gunung Kawi.

Gunung Kawi bukanlah nama sebuah gunung seperti halnya di daerah Pulau Jawa, tetapi salah satu tempat wisata cagar budaya dengan beberapa peninggalan purbakala berupa candi yang tersusun dari batu-batu yang dipahat.

Selain menikmati pemandangan sekitar obyek wisata, ada banyak nilai-nilai sejarah yang dapat kita ketahui. Berikut ini, beberapa hal terkait obyek wisata Gunung Kawi, di Bali.

Candi Gunung Kawi letaknya berada dekat sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar.

BARRY KUSUMA Candi Gunung Kawi di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Saat pertama kali menjejakkan kaki ke lokasi Gunung Kawi, suasana asri dan sejuk dapat kita rasakan karena adanya rerimbunan pohon yang tumbuh di sekitar lokasi. Aliran air sungai menambah suasana kian segar.

Terdapat anak tangga bersusun yang akan mengantarkan para pengunjung yang ingin sampai ke lokasi, tangga ini terbuat dari batu padas yang berjejer rapi, ada sekitar 315 anak
tangga saat kita melewatinya menuju wisata Gunung Kawi.

Tiba di kawasan wisata, dapat kita saksikan situs candi yang terbagi menjadi dua kelompok, uniknya kelompok candi ini dipisahkan oleh aliran Sungai Pakerisan.

Selain candi, terdapat pula kolam pemandian dan pancuran air. Bagian kelompok candi wilayah barat sungai, ada 4 buah. Sedangkan untuk kelompok satunya terletak di timur sungai ada 5 buah.

Pemandangan di Candi Gunung Kawi didominasi oleh dinding-dinding batu cadas yang dipahat berupa bentuk candi yang seakan dibingkai dengan lengkungan.

Fungsi lengkungan di sekitar candi tenyata berfungsi untuk pelindung guna mencegah erosi yang dapat menyebabkan kerusakan pada candi. Terlihat beberapa jenis tanaman lumut tumbuh di sekitar batu-batu cadas.

BARRY KUSUMA Candi Gunung Kawi di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Memasuki wilayah barat komplek candi, ada sebuah tempat pertapaan yang disebut Wihara. Bentuknya berupa sebuah ruangan yang terbuat dari batu pada tebing yang yang dipahat, ruangan Wihara tersebut tidak terlalu luas namun dilengkapi lubang kecil yang berfungsi sebagai sirkulasi udara.

Kemungkinan, pada zaman dulu tempat ini digunakan sebagai tempat meditasi. Selain pemandian, pancuran air, Wihara, komplek Candi Gunung Kawi dilengkapi pula dengan tempat
pertapaan yang bernama Geria Penanda dan juga gapura.

Suasana sekitar wisata Gunung Kawi yang tenang dan sejuk memang sangat pas dijadikan tempat rekreasi, meditasi atau sekedar bersantai melepas lelah. Tempat ini telah menjadi situs purbakala yang dilindungi, namun tetap difungsikan oleh warga setempat sebagai tempat peribadatan agama Hindu sampai saat ini.

Asal mula nama candi Gunung Kawi adalah gunung yang berarti gunung dan kawi yang berarti pahatan. Nama ini memang sesuai dengan keadaan candi yang dibuat dari batu tebing di pegunungan dengan cara dipahat.

Penemuan situs Candi Gunung Kawi pertama kali ditemukan oleh peneliti asal Belanda pada tahun 1920. Sejak saat itu, terus dilakukan penelitian terkait situs purbakala Candi Gunung Kawi.

Menurut penelitian, diketahui bahwa candi ini dibuat pada masa pemerintahan Raja Udayana hingga pemerintahan anaknya bernama Anak Wungsu, tepatnya pada abad ke-11.

BARRY KUSUMA Candi Gunung Kawi di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Raja Udayana merupakan salah satu raja yang cukup terkenal pada masanya. Raja Udayana berasal dari Dinasti Marwadewa dan kemudian menikah dengan seorang puteri dari Jawa bernama Gunapriya Dharma Patni. Dari pernikahannya tersebut, Raja Udayana memperoleh keturunan 2 orang anak yang diberi nama Erlangga dan Anak Wungsu.

Salah satu sumber yang menunjukkan Candi Gunung Kawi dibangun pada masa Raja Udayana ialah tulisan yang terpahat di pintu-semu. Dari tulisan ini, peneliti dapat menyimpulkan dan menafsirkan tentang keberadaan candi.

Candi Gunung Kawi terletak sekitar 40 km dari kota Denpasar, dapat ditempuh menggunakan mobil atau motor selama 1 jam. Namun, jika dari Gianyar hanya perlu waktu setengah jam saja untuk bisa sampai ke lokasi atau berjarak sekitar 21 km. Pilihan transportasi lainnya, anda bisa menggunakan angkutan umum seperti bus, taksi atau mobil travel. (BARRY KUSUMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com