Kilas Daerah Purwakarta

Ada Berapa Jenis Sate Maranggi? Sate Ini Makin Naik Kelas...

Kompas.com - 07/12/2016, 15:07 WIB

KOMPAS.com – Coba tanya ke beberapa orang, apa yang mereka tahu tentang Purwakarta? Sebagian besar akan menjawab Sate Maranggi.

Ya, Sate Maranggi memang makanan khas Purwakarta, Jawa Barat. Di mana pun kaki melangkah di Purwakarta, pelancong akan dengan mudah menemukan penjual sate ini.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, ada lima jenis Sate Maranggi yang berkembang berdasarkan wilayah. Pertama, Maranggi Plered atau yang berkembang di Kecamatan Plered.

Ukuran daging Maranggi Plered agak kecil. Bumbu yang digunakan hanya kecap. Saat disantap, sate ini dilengkapi dengan nasi, bumbu kecap, cabai rawit, dan garam.

"Plered ini tempat pertama kali Sate Maranggi berkembang," tutur Dedi kepada Kompas.com di Purwakarta, Selasa (6/12/2016).

Kedua, Sate Maranggi Cikubang-Wanayasa. Jenisnya hampir mirip dengan Plered. Hanya, bentuk daging sate ini lebih kecil dan tidak memasukkan bagian lemak.

Sementara itu, Maranggi ketiga dan yang terkenal di mana-mana adalah Maranggi Cibungur. Ukuran sate maranggi ini lebih besar, tidak memasukkan bagian lemak.

Adapun maranggi keempat adalah Maranggi Bojong yang biasanya bisa diperoleh di tukang pikul. Berbeda dengan maranggi lain yang menggunakan nasi, Bojong menggunakan ketan bakar yang ditambah oncom.

Dok Humas Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan bahwa Sate Maranggi memiliki potensi besar. Itulah sebabnya dia membuat beberapa festival setiap tahun untuk mendekatkan sate ini dengan masyarakat, seperti Festival Kampoeng Maranggi di Plered, Purwakarta.
Satu lagi, dan ini yang terakhir, adalah Maranggi Pasawahan.

"Tiap daerah punya cita rasa tersendiri. Sate maranggi di kelima daerah ini rasanya beda, bumbu pendampingnya beda, jumlah daging yang ditusukannya pun beda. Ada yang hanya menggunakan daging, ada pula yang memasukkan bagian lemak," tutur Dedi.

Meski memiliki ciri khas, namun cara memasaknya memiliki standar yang sama. Yakni, daging segar dicampur daun pepaya agar empuk. Setelah itu dipotong, ditusuk, dibakar, dan diberi bumbu yang sederhana, namun nikmat di lidah.

"Kuncinya, daging harus segar, menggunakan daun pepaya, dan dibakar menggunakan arang. Dengan begitulah rasanya akan keluar. Kalau dagingnya dari freezer dan dibakar dengan selain arang, rasanya berubah," tuturnya.

Saat ini makanan kebanggaan Purwakarta itu sudah mendunia. Di Purwakarta sendiri, ada sekitar 1.000 pedagang Sate Maranggi.

"Kalau 1.000 pedagang ini menghidupi 10 orang, berarti ada 10.000 warga yang menggantungkan hidup dari Sate Maranggi. Itu sama dengan buruh di satu pabrik," ujar Dedi.

Jumlah tersebut belum termasuk pemasok bahan sate maranggi. Seperti daging sapi, daging kambing, daging ayam, gula, garam, tusuk bambu, cabai rawit, beras, daun pisang, dan lainnya.

"Sate Maranggi menciptakan multiplier effect, bahkan bisa dibilang sudah industri makanan," kata Dedi.

Dok Humas Pemkab Purwakarta Di Purwakarta sendiri, ada sekitar 1.000 pedagang Sate Maranggi.
Naik Kelas

Sebenarnya, sambung Dedi, Sate Maranggi tumbuh pesat beberapa tahun ini. Dia masih ingat, ketika zaman kuliah, jarang sekali ada penjual Sate Maranggi. Yang diingat adalah penjual sate saat itu ada di perempatan Cianting.

Seiring waktu, bertambahlah pedagang di Cikubang, milik Abah Ajuk. Setelah itu ada sate Maranggi Cibungur.

"Yang terkenal duluan kelapanya di Cibungur itu, baru satenya," terangnya.

Dedi melihat, Maranggi memiliki potensi besar. Itulah sebabnya dia membuat beberapa festival setiap tahun untuk mendekatkan sate ini dengan masyarakat, seperti Festival Kampoeng Maranggi di Plered, Purwakarta.

Dedi juga mendorong penjagaan kualitas dan memperkenalkan Sate Maranggi ke berbagai tempat di Indonesia, bahkan dunia.

"Sate Maranggi sudah masuk ke Istana negara hingga Amerika," katanya.

Di Amerika, konsep penjualan Sate Maranggi dalam bentuk food truck. Dari laporan yang diterimanya, penerimaan warga Amerika terbilang baik.

Setelah Sate Maranggi naik kelas, penjualnya pun menjamur, bahkan sampai di hotel. Walau demikian, Dedi mengaku tidak menjamin rasa sate Maranggi di hotel akan sama, karena Maranggi membutuhkan daging segar.

"Tidak enak kalau daging dari freezer, harus daging segar. Bahkan, biasanya dagingnya digantung," tutupnya.

RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com