YOGJAKARTA, KOMPAS.com – Pada Wonderful Noon yang diselenggarakan di Abhayagiri Sumberwatu Heritage Resort Yogyakarta, Kamis (4/5/2017), para blogger, vlogger dan selebgram menyaksikan tari kontemporer yang dibalut warna warni cahaya yang menyala dalam kegelapan.
Tarian kontemporer itu merupakan kerja sama Kementerian Pariwisata dengan penari profesional Ayudhea Ulfandari Tjokrosisosro.
Saat tampil, dara yang biasa dipanggil dipanggil Dhea Fandari itu tampil dengan dominasi warna biru. Sekilas, tampilannya mirip Mystique, mutan berwarna biru yang tampil di film Box Office X-Men Apocalyse.
Bedanya, di Sumberwatu Heritage Resort, tak hanya dominasi warna biru saja yang terlihat. Ada juga oranye, hijau, ungu dan merah yang ikut membungkus tubuhnya.
(BACA: Bus Wonderful Indonesia Mondar-mandir di Paris)
Depan, belakang, muka, bahkan sampai bulu mata, semua dibungkus warna warni yang menyala dalam kegelapan.
Siaran pers Kemenpar kepada KompasTravel menyebutkan, gerak gerik badan penari seirama dengan alunan musik yang sedikit menghentak. Penonton diam. Semua fokus menyimak. Sambil menunggu, apa, dimana, kapan, sensasi yang paling memukau bakal ditonjolkan dari show mono dance itu.
Di tengah guyuran hujan, tak ada yang beranjak dari area situs asli Sumberwatu area ini selain mempunyai situs asli dilengkapi pendopo yang sudah berusia 300 tahun. “Saya pakai cat glow in the dark sehingga bisa menyala dalam kegelapan,” ungkap Dhea.
(BACA: Dampak Positif Wonderful Indonesia di London)
Ada lima motif nusantara yang membalut Dhea Fandari saat pentas. Pertama, ada motif kawung, sebuah kebudayaan Jawa yang melambangkan ajaran tentang terjadinya kehidupan manusia.
Berikutnya, ada motif mega mendung yang bermakna Selalu membawa sejuk dan kedamaian. “Nomor tiganya motif Tumpal. Setelah itu sekar jagad yang filosofinya memperlihatkan keindahan dunia. Terakhir Mentawai. Semua motif Nusantara,” ucapnya.
Soal ini, anak ketiga dari tiga bersaudara ini menjawab bahwa saat tampil, dirinya ingin memberikan pesan bahwa budaya Nusantara itu indah. Penuh kesejukan dan kedamaian.
“Di Chengdu China, Singapura, dan Makau saya selalu begitu. Meski dengan tim, tak sendirian, saya selalu mengedepankan unsur budaya Nusantara,” ungkapnya.
Penonton yang terdiri dari unsur pemerintah, kalangan bisnis, komunitas dan media yang menyaksikan ikut tersenyum. Semuanya betah berlama-lama menonton dan mengabadikan pertunjukan dengan kamera ponsel.