Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum ke Pangkal Pinang kalau Belum Naik Bus Ini...

Kompas.com - 23/03/2018, 17:57 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi masyarakat Bangka era 1970-an hingga 1990 mungkin sangat familiar dengan wujud bus ini. Bus beroda enam ini disebut Oto Pownis, yang sering mengantar masyarakat di trayek Pangkal Pinang - Sungai Liat.

"Bagi orang Bangka yang lihat ini pasti teringat penuh cerita, kendaraan ini dulu jadi satu-satunya yang ada di Bangka," ujar Muhammad Taufik, Kepala Museum Timah Indonesia pada KompasTravel, saat pameran Indonesia Classic N Unique Bus (Incubus) 2018 di Hall B JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (23/3/2018).

Pownis sendiri singkatan dari Persatuan Oto Warga Negara Indonesia Sungai Liat, nama salah satu operator angkutan umum yang eksis di Pulau Bangka pada masa lalu.

Ia menceritakan kisah-kisah perjalanan bus dengan interior kayu ini sejak 48 tahun yang lalu. Menurutnya dahulu warga sudah mengantre sejak pagi untuk bepergian ke kota Pangkal Pinang dengan mobil ini.

Bus atau Oto Pownis yang merupakan alat transportasi masal era 1970an di Bangka, saat dipamerkan dalam ajang pameran otomotif INAPA 2018 di JIExpo, Jakarta, (22/3/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Bus atau Oto Pownis yang merupakan alat transportasi masal era 1970an di Bangka, saat dipamerkan dalam ajang pameran otomotif INAPA 2018 di JIExpo, Jakarta, (22/3/2018).
"Mereka bawa ternak, hasil kebun, dan lain-lain, rame lah sampai ke atas-atas (atap bus)," ungkap Taufik, pada KompasTravel.

Untuk bagasi penumpang, terletak di atas mobil, dengan tangga naik di bagian belakang. Pada saat ramai penumpang, kadang kondektur berada di tangga atau barang diikat di tangga.

Ternyata, pada tahun 1970 mobil ini juga kerap disewa untuk kegiatan wisata di Bangka. Seperti wisata perusahaan atau kelompok masal lainnya ke pantai-pantai di daerah Bangka.

Ia mengatakan mobil ini dibentuk bus oleh tukang-tukang di Pulau Bangka, mesinnya menggunakan merek Mitsubishi, Daihatsu, dan GMC. Untuk bahan bakar bus ini menggunakan solar dan bensin.

Secara umum, hampir 80 persen interior bus ini menggunakan kayu, baik body dalam, tempat duduk, maupun pintu jendela. Taufik mengatakan kayu yang digunakan ialah kayu ubak, yang tahan panas dan tidak lapuk terkena air.

Interior depan bus atau oto Pownis yang merupakan alat transportasi masal era 1970an di Bangka, saat dipamerkan dalam ajang pameran otomotif INAPA 2018 di JIExpo, Jakarta, (22/3/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Interior depan bus atau oto Pownis yang merupakan alat transportasi masal era 1970an di Bangka, saat dipamerkan dalam ajang pameran otomotif INAPA 2018 di JIExpo, Jakarta, (22/3/2018).

"Selain kayu ubak, bisa juga kayu bangka yang lain, seperti kayu medang, kayu mentangor, dan kayu menggris," jelas Taufik pada KompasTravel.

Saat ini bus tersebut digunakan untuk wisatawan yang ingin lebih mengenal kota Bangka, melalui city tour. Anda bisa mencoba naik bus berbahan kayu ini dari PT Timah Indonesia Pangkal Pinang secara gratis.

"Sekarang ada dua unit yang masih dilestarikan PT Timah dengan Museum Timahnya, untuk wisatawan city tour. Jadi sebagai bentuk CSR PT Timah," ungkap Taufik.

Ia mengajak kota-kota lain untuk melestarikan bus-bus atau alat transportasi klasiknya untuk keperluan wisata. Sehingga generasi mendatang bisa kenal bagaimana mobilisasi kakek neneknya dahulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com