Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coba Nikmati Sunset di Sisi Gunung dan Hutan Bakau Manado

Kompas.com - 02/09/2018, 21:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Wisata di Kota Manado bukan hanya kuliner ataupun wisata budayanya. Tak jauh dari pusat kota ada hutan bakau  yang disebut benteng bakau terakhir di Kota Manado.

Hutan bakau ini ialah Mangrove Park Bahowo yang berada di Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Kota Manado. Dari pusat kota, perjalanan bisa ditempuh sekitar 35 menit ke arah Tongkaina.

KompasTravel sempat berkunjung ke sana saat field trip perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) di Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).

Sesampainya di sana, wisatawan akan disambut barisan bakau yang lebat digenangi air yang amat jernih. Di sela-sela barisan hutan bakau pun terlihat ikan-ikan berenang bebas tanpa gangguan sampah.

Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).
Kawasan ini merintis pelestarian hutan mangrove baru dua tahun yang lalu, 2016. Belum terlihat banyak fasilitas wisata seperti mangrove track, atau spot-spot foto di mangrove yang kekinian.

Namun justru kawasan ini menawarkan kesegaran hutan bakau yang begitu otentik, dan terjaga secara ekosistem maupun kebersihan lingkungannya. Terdapat dermaga dengan panjang 470 meter untuk menikmati keindahannya.

Dari ujung dermaga, terlihat Gunung Manado Tua, Pulau Siladen, dan Pulau Bunaken yang paling kecil. Anda juga bisa bebas berenang di sisi dermaga dengan kedalaman sekitar 1,3 meter di sore hari.

Berdirilah di ujung dermaga ini saat matahari akan tenggelam. Anda akan disuguhkan panorama matahari terbenam di sisi gunung dan pulau yang luar biasa. Pantulan senja dan gunung terlihat harmonis diengah ombak laut pasang.

Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).
Dari pukul 10.00 - 15.00, masyarakat desa yang tergabung dalam kelompok hutan bakau siap mengantar wisatawan bertualang ke dalam hutan, melihat ekosistemnya hingga ke lokasi pembibitan.

Di lokasi pembibitan, Anda juga bisa menanam pohon bakau hanya dengan membeli bibit Rp3.500 ditambah biaya perawatan Rp 500.

"Kalau mau tanam mangrove bisa pesan pas datang, biar disiapkan dulu bibitnya. Nanti tinggal diantar ke pembibitan," kata Benyamin Loho, Kepala Lingkungan kawasan empat, Tongkena, sekaligus tokoh masyarakat di sini.

Kawasan hutan mangrove 300 hektar ini memiliki sembilan jenis mangrove, tetapi yang bisa dilakukan pembibitan baru empat jenis yaitu rizhopora, soneratia alba, soneratia marina, dan kasolaris.

Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018). KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Indahnya barisan mangrove di ekowisata Mangrove Park Bahowo di Manado, Sulawesi Utara yang dikelola oleh Kelompok Mangrove Tongkena, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (29/8/2018).
Sella salah satu fasilitator Mangrove Park Bahowo dari salah satu LSM swasta, mengatakan dua tahun yang lalu sebelum kawasan ini tertata, masih banyak pengeboman ikan, dan perusakan karang.

"Sekarang mereka yang menjaga kelestariannya, dan bisa mengambil manfaatnya lewat ekowisata dan penjualan bibit," tuturnya kepada KompasTravel.

Tiga tahun ke depan, kawasan ini diproyeksikan menuju desa ekowisata dan budaya. Potensi budaya masyarakat lokal yang merupakan suku Sangir akan turut dikembangkan menjadi wisata budaya.

"Mereka punya tarian adat, musik tradisional, sampai suvenir yang sedang kita kembangkan. Nanti akan ada panggung pertunjukannya, di tengah mangrove, sama sentra oleh-oleh suvenir yang lagi kita buat, doakan saja tiga tahun lagi sudah komplet," papar Sella.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com