Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Base Genep, Bumbu khas Masakan Bali yang Dibuat Ade MasterChef Indonesia

Kompas.com - 07/03/2020, 18:15 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam tantangan pertama babak tiga besar MasterChef Indonesia Season 6 dalam episode yang tayang Sabtu (7/3/2020), salah satu kontestan Ade MasterChef Indonesia mendapat tantangan untuk membuat masakan khas Bali.

Salah satu ciri khas masakan Bali adalah menggunakan base genep. Bumbu dalam Bahasa Bali disebut "base".

Baca juga: Bersatu dalam Bumbu Genep

Masakan Bali dikenal menggunakan begitu banyak bumbu dan rempah yang membuat rasa masakannya menjadi tajam dan kompleks.

Base genep adalah bumbu pokok yang digunakan oleh masyarakat Bali. Hampir semua masakan Bali menggunakan base genep. Mulai dari lawar, sate lilit, tum, hingga ayam betutu yang juga dimasak oleh Ade Masterchef.

Base genep yang akan memberi cita rasa khas pada semua masakan Bali. Di dalamnya, terdapat 15 jenis bahan.

Termasuk bahan-bahan dasar seperti bawang merah dan putih, jahe, laos, kencur, kunyit, cabai rawit, dan kemiri. Selain itu ada juga daun salam, sereh, kemiri, jeruk limau.

Base gede

Jika bumbu dasar itu ditambah dengan basa wangi yang terdiri dari aneka rempah seperti merica, pala, jinten, kayu manis, jeruk purut, dan lempuyang maka akan tercipta base gede atau bumbu besar.

Bumbu besar ini terdiri dari 29 jenis bumbu, termasuk kemenyan yang biasanya digunakan untuk memasak hidangan.

Masyarakat Bali hampir selalu membuat masakan menggunakan base genep ini. Termasuk dalam skala rumah tangga.

Sate lilit khas Bali.KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Sate lilit khas Bali.

Sejarah base genep

Masyarakat Bali telah sejak lama mengenal base genep. Menurut Guru Besar Sejarah Universitas Udayana AA Bagus Wirawan, ia memperkirakan base genep telah ada sejak zaman Bali kuno.

“Di lontar bumbu genep tercatat dengan istilah usabe. Kalau merujuk periodisasi sejarah Bali, tradisi menulis (lontar) telah ada sejak orang Bali mengenal (sistem pertanian) Subak 2000 tahun lalu. Sebelumnya, (usabe) mungkin sudah ada, tetapi tidak tercatat,” ujar Bagus seperti dimuat dalam artikel dari Harian Kompas berjudul "Bumbu Genep Sejak Zaman Bali Kuno" yang dimuat pada tahun 2013.

Baca juga: Bumbu Genep Sejak Zaman Bali Kuno

Bali telah masuk dalam jaringan perdagangan Asia sejak abad ke-15. Para pedagang Jawa membawa beras dan garam yang kemudian ditukar dengan hasil bumi di daerah lain.

Misalnya, lada dari Sumatera, rempah dari Maluku, kayu cendana dari Timor, dan kapas dari Bali.

Hubungan perdagangan ini yang kemudian diduga memberi pengaruh pada cita rasa base gede menurut Guru Besar Antropologi Universitas Udayana I Wayan Geriya.

“Bahan bumbu berupa umbi-umbian seperti kencur, kunyit, dan laos tumbuh di Bali. Akan tetapi, rempah seperti jinten, lada, ketumbar, cengkeh, dan pala tidak tumbuh di Bali. Bahan-bahan itu kemungkinan dikenal orang Bali karena perdagangan,” ujar Geriya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga Mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com