KOMPAS.com - Masjid Langgar Tinggi di Pekojan, Jakarta Barat termasuk salah satu masjid tertua di Jakarta yang dibangun tahun 1829.
Pemandu Perjalanan Wisata Kreatif Jakarta Ira Latif mengatakan, masjid ini dibangun oleh seorang saudagar Arab asal Yaman Hadarmaut bernama Said Naum.
Said Naum memiliki banyak tanah. Saking banyaknya, sampai ada beberapa yang ia wakafkan untuk berbagai macam keperluan warga.
Baca juga: Tips Berkunjung ke Masjid Agung Sunda Kelapa, Pilih Waktu yang Tepat
"Dia tokoh istimewa dia punya banyak tanah di mana-mana, sampai-sampai mewakafkan tanah di TanahAbang yang sekarang jadi rumah susun," kata Ira dalam acara Jelajah Masjid di Masjid Langgar Tinggi, Pekojan, Jakarta Barat, Sabtu (1/4/2023).
Masjid ini tidak terlalu besar. Oleh karena itu, diberi nama Langgar Tinggi. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia langgar memiliki arti masjid kecil tempat mengaji dan shalat, tetapi bukan dengan banyak jemaah, seperti shalat Jumat.
Bangunan Masjid Langgar Tinggi cukup unik karena letaknya berada di lantai dua, akses untuk naiknya juga masih menggunakan tangga kayu.
Baca juga: Sejarah Masjid Luar Batang di Jakarta Utara, Berawal dari Surau
Sementara bagian lantai dasarnya digunakan untuk tempat berwudhu, toilet dan beberapa toko-toko minyak wangi milik warga setempat.
Menurut Ira, di masa lalu toko-toko tersebut digunakan sebagai penginapan.
Masjid ini juga dianggap menjadi saksi sejarah perkembangan kampung Arab yang ada di kawasan Pekojan.
Menurut Ira, Pekojan termasuk tempat berkumpulnya para orang Arab karena lokasinya dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat mereka menyandarkan kapal.
Nama daerah Pekojan diambil dari nama suatu kota di Gujarat India bernama Khoja. Pada awalnya, orang ini yang menetap di Pekojan untuk berdagang.
Namun saat India ditaklukkan oleh Inggris, perdagangan mereka berkurang dan komunitasnya semakin mengecil.
Baca juga: Cara ke Masjid Agung Sunda Kelapa di Jakarta Naik KRL dan Transjakarta
Pekojan kemudian dihuni oleh orang-orang Arab dari Hadramaut atau Yaman yang datang sekitar awal abad ke-19.
Meskipun pada mulanya orang Arab yang tinggal di Batavia hanya sekitar beberapa ratus orang, tapi kehadiran mereka sangat terasa, dilansir dari lama resmi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.