Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Kaset di Pasar Taman Puring, Bertahan 4 Dekade

Kompas.com - 07/08/2023, 23:07 WIB
Gading Perkasa,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasar Taman Puring yang berada di Jalan Kyai Maja, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan cukup populer sebagai tempat belanja barang-barang bermerek dengan harga murah.

Pasar yang diperkirakan sudah eksis sejak tahun 1960-an, pasar ini masih bertahan hingga saat ini.

Ketika Kompas.com berkunjung ke lantai dasar Pasar Taman Puring pada Sabtu (29/7/2023), tampak suasana pasar ramai diserbu pengunjung, khususnya di area pakaian dan sepatu.

Baca juga: Bawa Rp 150.000 ke Pasar Taman Puring, Bisa Beli Apa Saja?

Namun, suasana itu sangat kontras ketika Kompas.com menaiki tangga menuju lantai dua pasar.

Di sana hanya terdapat beberapa lapak yang menawarkan jasa reparasi jam dan barang elektronik.

Adapun di lantai dua, satu lapak milik Buyung yang menjual kaset, CD, serta pemutar kaset dan piringan hitam.

Bertahan sekitar empat dekade di Pasar Taman Puring

Pasar Taman Puring, Jakarta SelatanKOMPAS.com/GADING P Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan

Lapak Buyung berada tepat di sebelah kiri tangga.

Kepada Kompas.com, ia mengaku sudah berjualan di Pasar Taman Puring sejak tahun 1980-an.

"Dari zaman saya remaja, masih belum bisa bahasa Indonesia karena cuma bisa bahasa Minang waktu itu, saya sudah jualan. Pahit getirnya saya di sini," jelas Buyung kepada Kompas.com.

Baca juga: 5 Tips Berkunjung ke Pasar Taman Puring, Bawa Uang Tunai

Sekarang, hanya Buyung pedagang generasi 1980-an yang tersisa di pasar ini.

"Generasi 80-an yang bareng saya sudah enggak ada. Sudah pada meninggal dunia," ucapnya. 

"Buyung Kaset", semikian dia biasa disapa oleh pedagang lain di Pasar Taman Puring, adalah satu-satunya pedagang yang masih menjajakan kaset di Pasar Taman Puring.

Sebab, rekan-rekannya sesama pedagang kaset yang dulu berjualan di lokasi tersebut telah pindah ke Blok M Square.

Baca juga: Cara ke Pasar Taman Puring, Naik TransJakarta, KRL, dan MRT

Menurut Buyung, alasannya karena lokasi yang lebih bersih. Namun, biaya sewa tinggi membuatnya merasa tak sanggup jika pindah lapak. 

"Karena di sana bersih, rapi, biaya sewanya jadi tinggi. Misalnya sewa kios Rp 2 juta, biaya administrasi Rp 500.000, kan jadi Rp 2,5 juta sebulan. Itu saya yang enggak sanggup," ujar laki-laki paruh baya itu.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, terkadang ia membantu berjualan di warung nasi milik keponakannya yang ada di daerah Cipete, Jakarta Selatan, pada pukul 06.00 dan 11.00-12.00 WIB pergi ke pasar. 

"Saya di warung itu bisa dapat makan dan rokok, kalau hanya ngandelin jualan di sini (Pasar Taman Puring) saya enggak bisa," imbuh Buyung.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com