Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Bau Nyale 2024 di Lombok Jatuh pada 29 Februari dan 1 Maret

Kompas.com - 15/01/2024, 13:01 WIB
Idham Khalid,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Peringatan tradisi Bau Nyale 2024 di pantai selatan Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan jatuh pada 29 Februari dan 1 Maret.

Penentuan tanggal tersebut setelah melalui sangkep warige (musyawarah) yang dihadiri para tokoh adat, agama dan pemerintah yang berlangsung di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Minggu (14/1/2024).

Diketahui, sangkep warige sendiri merupakan musyawarah penentuan tanggal Bau Nyale dalam  penanggalan Bulan Rowot masyarakat Sasak yang berlangsung pada tanggal 20 bulan 10.

Baca juga: Alasan Masyarakat Antusias Ikuti Tradisi Bau Nyale, Bisa Datangkan Kesejahteraan

"Sangkep warige ini di hadiri pemangku adat dari 8 penjuru angin, tokoh budayawan, agama tokoh masyarakat, pemerintahan," kata Ketua Musyawarah sangkep warige Agus Fathurahman.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Ia melanjutkan, sangkep warige tahun 2024 ini secara mufakat memutuskan dan menetapkan, hari pelaksanaan Bau Nyale tahun 2024 jatuh pada tanggal 19 dan 20 bulan Sakban 1445 Hijriah, atau bertepatan pada 29 Februari 1 Maret 2024.

Perayaan Bau Nyale

Agus menyampaikan bahwa perayaan Bau Nyale merupakan adat tradisi kebudayaan masyarakat Pujut dan pro Pujut. Adat ini sudah turun temurun dengan mewariskan ilmu pengetahuan astronomi yang saat ini banyak dikaji dalam dunia akademisi.

"Tradiasi ini (Bau Nyale) memiliki khasanah ilmu pengetahuan Astronomi yang sekarang Alhamdulillah di UIN Mataram itu ada jurusan ilmu falaq. Sekarang, teman-teman di jurusan falaq ini ini banyak mengkaji sistem penanggalan masyarakat sasak," kata Agus.

Baca juga: Asal-usul Tradisi Bau Nyale, Putri Cantik yang Berubah Jadi Cacing Laut

Agus berpesan masyarakat Pujut harus tetap melestarikan tradisi Bau Nyale ini dengan tetap merawat alam yang telah ada.

"Kalau kita ingin memelihara Putri Mandalika ini, mari kita pelihara adat tradisi kita, memelihara alam kita, memelihara laut kita," kata Agus.

Menurut Agus, alam ini harus terjaga agar keberadaan nyale (cacing laut) di pantai laut selatan Lombok tetap ada.

Penampakan nyale atau cacing laut yang ditangkap di Pantai Pondok Dende, Lombok Tengah, dan dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, Selasa (22/2/2022). Tradisi Bau Nyale digelar tiap tahun oleh masyarakat Suku Sasak di sepanjang pantai selatan Pulau Lombok pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Suku Sasak, yang tahun ini jatuh pada 22 Februari 2022.KOMPAS.com/FITRI RACHMAWATI Penampakan nyale atau cacing laut yang ditangkap di Pantai Pondok Dende, Lombok Tengah, dan dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, Selasa (22/2/2022). Tradisi Bau Nyale digelar tiap tahun oleh masyarakat Suku Sasak di sepanjang pantai selatan Pulau Lombok pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Suku Sasak, yang tahun ini jatuh pada 22 Februari 2022.

"Kalau alam kita ini kita rusak, maka terjadi erosi, banyak air tawar masuk ke lautan menyebabkan  kondisi laut berubah. Kondisi air laut ini juga akan menyebabkan nyale-nya pergi," kata Agus.

Diketahui tradisi Bau Nyale. acara tangkap cacing laut yang diyakini sebagai jelmaan legendaris si cantik Putri Mandalika.

Baca juga: 4 Fakta Tradisi Bau Nyale di Lombok, Berawal dari Putri Mandalika

Tradisi tersebut dilaksanakan setiap tahun di Pantai Seger Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, NTB.

Acara itu juga menjadi daya pikat para wisatawan yang ikut berbaur dengan masyarakat setempat untuk mengikuti proses menangkap nyale. Ribuan masyarakat tumpah ruah turun ke laut mencari nyale menggunakan sorok atau jaring.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com