Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Situs di Pulau Wangi-wangi di Wakatobi, Ada Mercusuar Kuno

Kompas.com - 10/06/2024, 11:29 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Pulau Wangi-wangi di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, tidak hanya menyimpan daya tarik alam dan biota bawah laut, tetapi juga beberapa situs budaya. Mulai dari benteng hingga mercusuar peninggalan zaman penjajahan Belanda.

Penting diketahui bahwa tidak semua situs bisa dijangkau langsung dengan kendaraan. Ada pula yang harus ditempuh dengan jalan kaki sehingga siapkan fisik sebelum berkunjung.

Baca juga: Di Mana Letak Pulau Wangi-wangi?

Selain itu, ada pula aturan berpakaian yang wajib dipatuhi oleh wisatawan sebelum masuk ke situs tersebut.

Berikut beberapa situs di Pulau Wangi-wangi yang Kompas.com rangkum dari buku panduan resmi wisata Wakatobi.

Baca juga:

Situs budaya di Pulau Wangi-Wangi

1. Benteng Liya Togo 

Pemakaman di balik dinding benteng Liya di Desa Liya Togo di Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.KOMPAS.com/NABILLA TASHANDRA Pemakaman di balik dinding benteng Liya di Desa Liya Togo di Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Benteng Liya termasuk benteng yang menjadi saksi bisu kebesaran Masyarakat Adat Kadie Liya. 

Benteng ini memiliki luas 52 hektar, dengan tiga pembagian wilayah yaitu pusat benteng, kawasan penyangga, dan bagian luar bentang.

Di pusat benteng, terdapat beberapa situs yaitu Masjid Tua, Kamali, Lapangan Posepa’a.

Sementara itu, kawasan penyangga adalah perkampungan warga dengan sebagian rumah tradisional yang unik dan khas. 

Adapun bagian terluar dari Benteng merupakan kawasan bekas perkampungan masyarakat yang menyimpan beberapa situs, seperti mata air Moori, Tamba’a, Kohonda’o. 

Untuk berkunjung ke Benteng Liya, akan lebih menarik jika datang pada musim lebaran Idul Fitri dan Idul Adha karena ada atraksi budaya yang disebut Posapa’e. 

Atraksi Posepa’a dilaksanakan di Lapangan antara Masjid dan Baruga sebagai ruang latihan ketangkasan bagi anak-anak muda. Melalui atraksi ini wisatawan dapat berinteraksi setelah memahami tata aturan mainnya.

Dari Ibukota Kabupaten, Benteng Liya hanya berjarak kurang lebih sembilan kilometer, dan dapat ditempuh dengan mobil atau sepeda motor sekitar 10 sampai 15 menit.

2. Benteng Tindoi

Benteng Tindoi terbuat dari batu-batu karang berbentuk lingkaran dengan dua lapis pertahanan.

Benteng ini memiliki dua pintu rahasia di sebelah utara, bentuk pintunya terbuka, dan belahan batunya membentuk tanjakan. 

Benteng Tindoi merupakan jejak peradaban tertua di Pulau Wangi-wangi. Ada beberapa situs sejarah yang ada di benteng Tindoi yaitu Kuburan Samburaka dan Kuburan Wa Ode Rio. 

Jika memasuki benteng dari arah Barat Daya maka, setelah memasuki benteng, kamu akan menemukan beberapa kuburan tua yang tidak dikenal. 

Namun, jika kamu masuk dari arah timur laut, atau dari arah Wuta Mohute, maka setelah masuk hutan akan menemukan Kuburan Bhonto.

Situs Benteng Tindoi banyak dikunjungi masyarakat setempat sebagai tempat ritual, terutama di kuburan La Samburaka dan Wa Ode Rio.

Penting diingat bahwa saat masuk ke Benteng Tindoi, tidak boleh mengenakan pakaian berwarna merah. Serta, tidak boleh memetik dan mematahkan daun.

Alasannya, benteng ini dipercaya sebagai benteng keramat, jika larangan dilanggar maka akan berdampak pada wisatawan dan juga masyarakat sekitar. 

Masyarakat setempat juga percaya bahwa jika ada kayu yang patah di Benteng Tindoi, akan berdampak pada kematian warga Tindoi Raya.

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com