Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung yang Tumbuh, Patah Berganti...

Kompas.com - 30/07/2013, 07:46 WIB
TREN kuliner Bandung patah tumbuh hilang berganti seperti sebuah pacuan sensasi cita rasa yang cepat memunculkan pemain baru. Dari adu baru yang tanpa putus itu, selalu ada kisah para pebisnis kuliner yang sukses mengolah ulang menu-menu klasik kudapan Sunda menjadi penganan baru.

Puluhan anak muda memenuhi dua lantai kafe di Jalan Setiabudi, Bandung. Dari pusat kota Bandung menuju Lembang, kafe ini berada di sisi kiri jalan, di sekitar Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang populer dengan nama NHI (dibaca En-hai).

Minuman ringan dan live music yang membuat tubuh bergoyang menjadi warna di tempat itu setiap malam. Namun, ada yang berbeda di kafe yang oleh pemiliknya diberi nama warung, yaitu Waroeng Setia Budi ini.

Alih-alih makanan Barat, seperti piza, nachos, atau kentang goreng, yang biasa menjadi cemilan di kafe, warung ini menyajikan menu tradisional, surabi. Ya, surabi, penganan zaman kakek moyang dulu.

Kue yang dalam bahasa Indonesia disebut serabi ini berbahan utama tepung beras dan santan, dicetak dalam wajan kecil dari tanah liat, dibakar dengan kayu atau batok kelapa. Cara memasak yang tradisional itu dipertahankan Waroeng Setia Budi. Pengunjung yang ingin melihat cara pembuatannya bisa melihatnya di bagian depan warung.

KOMPAS/PRIYOMBODO Suasana restoran Braga Permai dengan Menu khasnya seperti Beef Steak ala Braga Permai, Huzarensla, Bitter Ballen, serta es krim Winner Melange. Restoran Braga Permai merupakan restoran yang ada sejak zaman Belanda yang bertahan hingga kini dengan menyajikan masakan ala Belanda.
Bedanya dan itulah yang menjadikan Waroeng Setia Budi magnet bagi banyak orang, surabi di warung itu memiliki beragam lumuran atau topping layaknya jenis lumuran piza. Surabi bercita rasa manis punya variasi lumuran kismis, keju susu, surabi yang disiram fla durian, surabi pisang cokelat susu, dan saus jus buah- buahan. Untuk surabi bercita rasa asin, pembeli bisa memilih lumuran telur, keju, sosis, daging ayam, dan masih banyak lagi.

Buat yang ingin menerima lebih banyak kejutan, boleh memesan surabi yang disajikan dalam hotplate. Seperti penyajian steak, Surabi Ciken Stik Saos Blek Peper (namanya ditulis sesuai pelafalannya) adalah surabi yang diberi telur, bawang bombai, dan chicken katsu serta disiram saus lada hitam. Karena beralaskan piring besi panas dengan saus berwarna coklat, surabi pun mendidih ketika disajikan.

Menjebol pakem

Manajer Operasional Waroeng Setia Budi Hendra Permana tak menampik bahwa tempat yang dikelolanya bukanlah perintis surabi versi modern. Dia dan rekan bisnisnya hanya mengikuti selera anak muda Bandung yang tiba-tiba kembali menikmati santapan ”jadul” itu. Adalah Surabi Enhai yang pertama kali memodifikasi surabi sehingga kembali digilai anak muda Bandung.

”Kami mengikuti selera anak muda Bandung dengan menawarkan lebih banyak variasi rasa surabi. Kami meraih perhatian dengan lebih banyak pilihan menu surabi,” ujar Hendra.

Surabi bukan satu-satunya kudapan ”jadul” yang kembali digandrungi gara-gara kepiawaian penjaja kuliner mengutak-atik pakemnya. Rumus melabrak pakem malah sudah jadi jurus baku pebisnis kuliner sejak dulu. Tahun 1930, Bandung melahirkan kudapan baru bernama unik, colenak, hasil utak-atik peuyeum (tape) oleh Aki Murdi.

KOMPAS/PRIYOMBODO Pedagang melayani pembeli Peuyeum di kawasan Cibaduyut, Bandung, jawa Barat, Jumat (5/7/2013). Tape yang menjadi makanan khas Sunda ini telah ada sejak dulu dan tetap digemari hingga kini. Peuyeum kini diolah menjadi aneka makanan.
Colenak, nama kudapan berupa peuyeum bakar yang disantap dengan dicocolkan gula kelapa cair, lekat di kepala sebagai ringkasan dari frase dicocol enak. Hingga kini, Colenak Murdi Putra bisa didapati di lokasi awal Aki Murdi berjualan, Jalan Ahmad Yani, Bandung. Bisnis yang dijalankan Bety Nuraety (41) itu terwarisi selama tiga generasi dan setiap generasi pasti melahirkan modifikasi baru atas colenak rekaan Aki Murdi.

”Kemasannya diubah, disesuaikan dengan perkembangan zaman. Modifikasi rasa selalu dilakukan dan hingga kini kami telah memunculkan tiga rasa colenak. Aki Mardi menghadirkan colenak klasik, yang mempertahankan cita rasa peuyeum asli dibakar dan gula kelapa cair. Ibu saya, Supiah (74), menghadirkan colenak rasa durian. Saya menambahinya dengan colenak rasa nangka,” ujar Bety.

Tidak aneh jika tumbuh kembang kuliner di Bandung selalu diwarnai kocok ulang dan pendobrakan pakem aneka kudapan tradisional. ”Aneka kreasi makanan semakin bermunculan setelah krisis moneter 1997 menghasilkan ledakan pebisnis kuliner Bandung. Segala jenis makanan lama diolah ulang dan makanan asing pun bermunculan,” ujar Ibrahim, warga penggiat Komunitas Kuliner Bandung.

Cemilan dari pinggir jalan, seperti cilok (aci dicolok) dan cireng (aci digoreng), bisa jadi contoh. Kalau cilok dulunya melulu aci tanpa isi, kini cilok diberi jeroan, seperti keju, daging ayam, dan kornet. Varian lainnya adalah cimol (dari ujaran aci di-gemol alias dikulum). Cimol disantap dengan beragam perasa dan saus, meninggalkan langgam cilok yang melulu berbumbu kacang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com