Ruly baru turun dari Mahameru, puncak Semeru, yang berketinggian 3.676 meter, di tengah pekat kabut dan hujan lebat, demi merayakan pergantian tahun. Ia mengaku puas karena baru kali ini mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa dan berhasil mencapai puncaknya. ”Memang capek, sih, tetapi semuanya terbayar lunas karena bisa sampai puncak. Senang banget pokoknya,” ujar pria berusia 27 tahun tersebut.
Menurut Ruly, merasakan malam pergantian tahun di puncak gunung bukan sekadar sensasi. Mencapai ketinggian dengan menghabiskan waktu selama hampir 16 jam dari pos pendaftaran di Desa Ranu Pani, Kabupaten Lumajang, menjadi simbol perjuangan hidupnya selama 2013.
”Di puncak sana, saya merefleksikan perjalanan hidup saya dan bersyukur atas anugerah Tuhan selama tahun lalu. Saya juga berharap agar selalu diberikan rezeki selama tahun yang baru ini,” ucap Ruly.
Alasan Ruly memilih gunung sebagai tempat perayaan malam pergantian tahun karena ia ingin mencari suasana yang tenang dan damai. Hal tersebut tidak mungkin ia dapatkan di kota yang penuh dengan ingar-bingar.
Suasana malam Tahun Baru di Gunung Semeru memang jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Tidak ada bunyi terompet, kembang api, petasan, raungan knalpot yang bising, dan gemerlap lampu. Yang terdengar hanya bunyi gemuruh badai dan rintik hujan.
Yonas (20), pendaki lain, juga menikmati suasana malam Tahun Baru di Mahameru dengan alasan serupa. Demi mencapai puncak, dia tidak menghiraukan hujan yang tak kunjung reda, hawa dingin yang menusuk tulang, dan kabut tebal yang menyelimuti Semeru, saat berangkat dari Kalimati, Selasa (31/12/2013) pukul 23.30.
Kalimati merupakan lokasi perkemahan terakhir para pendaki, yang berjarak 2,7 kilometer dari Mahameru. Dengan pertimbangan cuaca, sebagian pendaki lain memilih menginap di lokasi yang menyisakan empat hingga enam jam perjalanan dari Mahameru tersebut.
Sebelumnya, Yonas sudah dua kali mendaki Gunung Semeru dan satu kali mencapai puncak, tetapi tidak pada momen Tahun Baru. ”Kalau sudah bisa sampai di puncak, rasanya puas meski kali ini tidak bisa menikmati sunrise (matahari terbit),” ujar Yonas dengan napas tersengal.
Yonas baru turun dari Mahameru bersama Siska (20), temannya sesama mahasiswa di Malang. Siska juga mengaku
senang bisa menikmati hari pertama tahun 2014 di Semeru. ”Tahun Baru kali ini terasa istimewa,” ucap mahasiswi semester lima yang baru pertama kali mendaki Gunung Semeru.
Medan licin
Mendaki Semeru pada musim hujan tidak mudah karena medan yang cukup terjal dan licin. Ratusan pendaki yang ingin merayakan pergantian tahun di puncak umumnya bertolak dari pos pendaftaran di Ranu Pani, Senin (30/12/2013). Mereka berjalan perlahan di bawah guyuran hujan di sepanjang jalur pendakian.
Perjalanan melelahkan yang menguras keringat dan mental tidak membuat para pendaki mengurungkan niat mereka. Saat berpapasan atau berjumpa dengan pendaki lain, biasanya mereka saling memberikan semangat.
Jarak dari titik awal pendakian, mulai dari Desa Ranu Pani hingga Ranu Kumbolo, yang menjadi salah satu lokasi perkemahan terbesar, berjarak sekitar 10,5 kilometer. Waktu tempuhnya antara empat dan enam jam berjalan kaki.