Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wow! Batu Menhir Pahatan Obelix Banyak Sekali... - 2

Kompas.com - 20/10/2014, 08:29 WIB
Akhir bulan Agustus lalu, untuk mengakhiri liburan sekolah musim panas anak-anak, Dini Kusmana Massabuau bersama keluarga memilih  berlibur di daerah Lozère selama 3 malam. Ikuti pengalaman Dini dan keluarga dalam tulisan keduanya ini...

***

BANGUN pagi dengan gunung menyambut mata terbuka merupakan kemewahan bagi seseorang yang biasa hidup di kota. Dari jendela kamar, pemandangan kabut tebal yang melilit gunung, seolah ular putih yang sedang berjalan menjerat, indah sekali. Kami mendengar anak-anak pun sudah bangun, tumben si sulung sehabis shalat subuh tak kembali lagi ke kasur, meneruskan mimpi. Mungkin karena saking semangatnya meneruskan liburan hari ini. Tapi kami membiarkan mereka santai di kamar, sementara kami mulai menyiapkan sarapan pagi.

Tiba-tiba bunyi klenengan ramai sekali terdengar dari kejauhan. Bukan hanya satu klenengan, tapi puluhan. Ramai sekali. Terdengar dari luar, dengan deru langkah berderap. Membuat saya dan suami melihat dari jendela. Wooowww, ternyata segerombolan biri-biri begitu banyak sedang melewati rumah penginapan kami.

Adam dan Bazile rupanya sama terkejut. Bazile menjerit-jerit antara senang dan panik. Ia lari menuruni tangga agar bisa melihat dari jedela ruang tamu lebih dekat. Kami berteriak memintanya tidak membuka pintu, agar tak mengganggu domba berbulu tebal itu lewat.

Gembala yang membawanya ada dua, satu dengan mobil mengikuti dari belakang, satu lagi di depan berjalan kaki. Tapi yang lucu adalah melihat anjing yang jadi gembala domba. Begitu serius. Seperti dalam film. Anjing  menggonggong, lari ke sana kemari, agar para domba selalu berada dalam satu jalur.

Pagi yang menyenangkan. Belum memulai perjalanan sudah mendapat pertunjukan mengasyikkan. Hari itu kami berencana untuk piknik di pinggir sungai. Bazile penggemar Asterix, menagih janji untuk kembali melihat menhir. Tapi setelah dibujuk agar melihat menhir dilakukan esok hari saja, dan sebagai gantinya mencoba memancing ikan trout, ia langsung kegirangan.

Kang Dadang (David), memiliki alat memancing warisan dari almarhum kakeknya. Kedua anak kami, sudah lama meminta agar ayah mereka memperlihatkan cara memancing di sungai. Ikan Trout di daerah ini kabarnya yang paling banyak bisa didapatkan, dan rasanya bagi yang suka, nikmat sekali. Saya kali ini asli hanya menemai mereka memancing, sampai seusia ini, masih tak tega rasanya melihat ikan yang terpancing, terkait di bibirnya, tajamnya kail, uhhhh...  Sungai Tarn, dekat Ispagnac yang kami pilih untuk piknik dan menjerat para ikan malang.

DINI KUSMANA MASSABUAU Di Lozère beberapa menhir terlihat seolah bertebaran di padang rumput.
Menuju ke daerah Ispagnac, kami sempatkan untuk mampir ke Florac, kota yang pernah di datangi Adam ketika ia berusia 3 tahun. Dulu rasanya kota ini begitu spesial bagi kami. Namun ketika kami tiba di sana, ada rasa kecewa, kesan unik yang dulu kami ingat, tak lagi sama. Mungkin tahun 2003, belum banyak kota-kota yang kami datangi di Perancis, sehingga Florac membuat kenangan tersendiri bagi kami.

Kali ini, kesan gersang lebih terasa, bahkan sungai kecil, tempat dulu kami bertiga mengabadikan foto, menjadi sangat biasa dipandang. Tak lama akhirnya kami menghabiskan waktu di kota ini dan lebih memilih untuk melanjutkan piknik di pinggir sungai.

Jalanan menuju Sungai Ispagnac dari Florac cukup berliku, tapi pemandangan yang dijanjikan bermutu. Banyak kota kecil, dengan kastil dan rumah tua. Bukit juga sungai. Kadang kami melewati sebuah daerah hanya dengan 4 rumah di pinggir jalan. Rasanya baru saja melewati papan yang menandakan kami masuk ke kota itu, sudah tertancap lagi papan nama kota itu dicoret. Begitu singkat dan dan irit dengan isi penduduk. Entah apakah masih ada penghuninya di rumah-rumah tersebut kami tak bisa menebak.

Setelah beberapa kali, berhenti dan melihat suasana pinggir sungai, dapat juga sebuah tempat di mana kami bisa memarkirkan mobil dengan santai. Beginilah di Perancis, sebuah tempat dengan sungai bersih dan jernih, pinggiran sungai dari batu kerikil, terjaga. Seberang sungai adalah bebatuan menjulang, seperti gunung yang terbelah.

Pinggiran yang kami datangi berupa dataran yang lebar memudahkan orang yang datang untuk menikmati dengan nyaman, berleha-leha. Bila ingin berenang, dengan mudah bisa menikmati air sungai yang segar. Hanya ingin berselonjoran, dengan cahaya matahari menyapu pipi, juga bisa dilakukan dengan asik. Kami di tempat yang begitu luas hanya terdiri dari dua keluarga. Tak ada sampah. Kami mencari tempat yang enak untuk bersantai dan piknik, berusaha berada jauh dari keluarga yang sudah datang lebih dahulu, agar tak menganggu.

Musim panas, buah melon  berwarna oranye, menjadi buah musim. Rasanya yang manis dan segar, sangat enak sebagai pembuka. Setelah semua sampah kami masukan dalam kantung plastik untuk kami buang di tempat penginapan nanti, David mulai menyiapkan alat memancing. Anak-anak dengan semangat turut membantu ayahnya. Saya lebih senang, menyiapkan alas panjang untuk menikmati udara hangat, sambil membaca buku.

Setelah setengah jam mencoba memancing, tak ada satu pun ikan Trout yang kepancing. Sempat Adam mendapatkan hasil, namun sebuah ikan kecil yang ia pancing, kasihan sekali. Ikan yang pasrah dengan nasib nyawanya, kami lepaskan. Karena mulai bosan dengan hasil yang nihil. Kang Dadang dan anak-anak akhirnya memilih untuk berenang dalam sungai. Biasanya aku turut, tapi airnya lumayan dingin saat itu, sudah enak rasanya badan dihangatkan oleh matahari, jadi malas, kesiram air. Anak-anak dan ayahnya, asyik sekali mereka berenang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com