Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lilin Kreasi Wihara Tua di Bandung

Kompas.com - 25/02/2015, 21:03 WIB
Rachmat Ogie Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com – Sebuah wihara yang sudah berdiri sejak sekitar tahun 1952 ini tak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah. Tetapi juga tempat bagi beragam kegiatan, seperti kelompok kesenian barongsai, tempat percetakan lilin untuk wihara, dan tentunya tempat perayaan tahun baru Imlek setiap tahunnya.

Wihara bernama Vihara Dharma Ramsi itu merupakan salah satu wihara tertua di Bandung. Lokasinya berada di Jalan Cibadak, Bandung.

“Wihara ini sudah berdiri sejak lama, dan kita pun turun-temurun dalam menjaga dan mengurus wihara ini,” ungkap Yen-yen Yoana sebagai Sha Locu di Vihara Dharma Ramsi, Bandung, saat ditemui KompasTravel, Kamis (19/2/15) lalu.

Dilihat dari arsitekturnya, tidak berbeda dengan wihara lainnya, Vihara Dharma Ramsi ini masih kental akan corak kebudayaan Tiongkok. Setiap tekstur bangunan masih terdiri dari corak-corak bangunan tradisional Tiongkok. Warna dominan adalah merah  dan diselingi warna lain seperti kuning dan hijau.
 
“Baju merah itu tanda kebahagiaan, peruntungan. Merah lebih cerah, kalau pergantian tahun baru harus cerah biar lebih seger. Untuk lilin atau ornamen dalam adat imlek itu memang harus merah, karena maknanya kebahagiaan, keceriaan,” ujar Yoana.

Kompas.com/Rachmat Ogie Kurniawan Umat tengah berdoa di Vihara Dharma Ramsi, Bandung.
Di kanan kiri gerbang terdapat dua pagoda yang dibangun tinggi. Pagoda ini menandakan penghormatan kepada biksu yang telah membangun dan menjaga wihara tersebut.

“Di dalam pagoda ada diletakkan foto-foto biksu yang membangun wihara ini yang biasanya juga didoakan oleh orang yang datang. Itu bukti penghormatan kita kepada biksu yang dari awal sudah ada di wihara ini,” tutur Yoana.

Ada pula beberapa patung dewa yang diberi nomor pada setiap nama dan urutannya. Seperti dewi Kwan Im, dewa tanah, hingga dewa jodoh.

Untuk fasilitas lain pendukung kegiatan sembahyang, di belakang bangunan juga terdapat sambungan bangunan yang berfungsi sebagai dapur dan tempat makan umat. Di sana makanan disediakan untuk umat yang selesai berdoa dan sembahyang kepada dewa-dewa.

“Perayaan Imlek kita lakukan dengan seksama dengan berbagai persiapan yang matang, seperti menghidupkan lilin dengan jumlah yang banyak. Selain itu setiap orang yang datang akan langsung mengambil lidi pembakaran untuk langsung berdoa kepada dewa-dewa," tambah Yoana.

Uniknya seiring waktu dengan pertambahan umat wihara, bangunan ini sudah mengalami banyak perbaikan dan ekstensi. Secara berkala, ada penambahan beberapa fasilitas lainnya untuk mendukung kegiatan beribadah.

Menurut Yoana, ada sekitar 30-an pengurus. Mereka terus konsisten dalam menjaga dan mengurus wihara ini. Sebagian dari pekerja wihara adalah umat Muslim, sebuah bentuk toleransi yang telah lama dijaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com