Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Karmawibhangga, Dawai Kuno yang Tampil di Festival Kawitan Banyuwangi

Tidak banyak yang mengenal alat musik jenis dawai tersebut. Ali, pemuda asal Situbondo tersebut kepada Kompas.com mejelaskan jika Karmawibhangga adalah rekonstruksi alat musik yang ada di relief Karmawibhangga yang terukir di kaki Candi Borobudur.

"Saya mempelajarinya selama berbulan-bulan. Tidak ada media rekam yang saya lakukan adalah eksplorasi visual. Clue-nya adalah wajah yang memegang alat musik tersebut direlief. Wajah yang tenang, rohani dan wajah orang beribadah," kata Ali.

(BACA: Menpar: Gunung Ijen Lebih Dikenal Dibandingkan Banyuwangi)

Ia mempelajari relief tersebut saat Borobudur Cultural Feast pada Desember 2016 ketika Ali bermain musik di komposisi Sound of Borobudur. Itupun tidak langsung karena relief Karmawibhangga berada di bagian bawah dan sudah ditutup dengan susunan batu penyangga.

"Saya mempelajarinya hanya dari foto saja, lalu saya buat prototipe dan saya bayangkan saya adalah orang yang memegang alat musik di relief tersebut. Saya bayangkan suara yang dihasilkan dari wajah yang saya lihat. Wajah yang tenang seperti berdoa," katanya.

(BACA: Liburan di Banyuwangi, Bisa Mampir ke Hutan Lord of The Rings)

Alat musik tersebut ia buat dari kayu jati dan dipahat sendiri secara manual termasuk saat membuat lubang resonansi. Ada tiga dawai yang Ali buat yaitu Gasona, Gasola dan Solawa.

Yang membedakan dari ketiga dawai tersebut adalah ukuran panjang dan lebar resonansi serta dawai string yang digunakan. "Yang memberi nama ketiga dawai tersebut musisi Dewa Budjana yang tampil juga di Borobudur Cultural Feast," katanya.

"Banyuwangi bukan tempat baru bagi saya. Apalagi rumah saya di Situbondo berbatasan dengan Banyuwangi Utara," kata laki-laki yang berprofesi sebagai guru musik tersebut.

(BACA: Seblang, Ritual Tari Mistis Berusia Ratusan Tahun di Banyuwangi)

Dia mengatakan ingin mengenalkan alat musik dawai tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia karena banyak generasi muda yang tidak mengenalnya dan lebih bangga saat bermain musik modern.

Ia mencontohkan beberapa alat musik dawai asli Indonesia seperti kecapi, tehyan, rebab, sholawa, sinter, genggong, sawungan. "Bagi saya dawai tidak hanya ritme tapi juga membangun suasana," ungkapnya.

Pada Festival Kawitan, juga tampil musik jazz patrol, yakni alat musik yang terbuat dari bambu berpadu apik dengan alat musik modern. Aron Djembe Fola, musisi asal Amerika Serikat juga memainkan seruling.

Lagu daerah Banyuwangi seperti Kelangan, Langit Lan Bumi, Lir Pedhote Banyu dimainkan dengan nuansa yang berbeda.

Tidak hanya Jazz Patrol, warga Temenggungan juga menampilkan drama teatrikal Sritanjung dan Sidopekso yang merupakan legenda Asal mula Banyuwangi.

Pendopo Kabupaten Banyuwangi Sabha Swagata Blambangan yang menjadi bagian Kampung Temenggungan dulunya adalah Keraton Kadipaten Blambangan dan menjadi tempat tinggal bagi para pejabat pemerintahan maupun pengurus rumah tangga pendopo kabupaten.

"Kami sangat bangga warga Temenggungan bisa menggelar festival yang mengangkat potensi lokalnya. Semoga Temenggungan akan menjadi destinasi wisata yang semakin dikenal apalagi lokasinya di kota sangat cocok untuk jadi bagian wisata city tour di Kota Banyuwangi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

https://travel.kompas.com/read/2017/09/21/072400427/karmawibhangga-dawai-kuno-yang-tampil-di-festival-kawitan-banyuwangi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke