Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serunya Bertemu dengan Tasmanian Devil yang Asli

Hewan marsupial alias berkantung ini memang hewan khas Tasmania yang tak didapati di tempat lain di dunia bahkan di wilayah lain Australia.

Hewan yang ukuran tubuhnya sebesar anjing ini selain khas Tasmania merupakan hewan yang terancam punah. Sehingga kesempatan untuk melihat hewan berbulu hitam ini amat KompasTravel nantikan.

Kesempatan itu tiba ketika Dwidaya Travel dan Tourism Tasmania membawa KompasTravel ke East Coast Nature World.

Tempat reservasi hewan-hewan unik Tasmania ini terletak di kota Bicheno yang berada 185 kilometer sebelah timur laut kota Hobart.

Kepada kami, Chris menjelaskan, tempat seluas 60 hektar itu bukan sebuah kebun binatang. Tempat itu merupakan sebuah tempat rehabilitasi hewan-hewan yang bermasalah di alam liar.

Sebagian besar hewan penghuni tempat itu adalah para yatim piatu setelah induk mereka mati karena sebab alam atau tertabrak kendaraan bermotor saat menyeberang jalan.

Setelah melihat beberapa hewan unik seperti wombat, merak putih, kadal berlidah biru, serta ulah harimau tasmania, sampailah kami di kandang sang bintang.

Chris mengatakan, sebenarnya tasmanian devil merupakan hewan yang aktif di malam hari, tetapi dia akan mencoba memancing hewan-hewan itu keluar dari persembunyiannya.

Chris lalu melompati pagar setinggi dada orang dewasa yang membatasi kandang para tasmanian devil itu. Di tangannya dia membawa sebuah wadah plastik berisi daging.

"Ini adalah daging wombat dan kanguru. Jangan khawatir kami tidak membunuh mereka, kami hanya menggunakan daging dari hewan-hewan yang tertabrak di jalanan," ujar Chris.

Chris lalu mengeluarkan potongan kaki wombat yang masih memiliki bulu yang menempel itu dan mengibas-ngibaskannya.

"Mereka memiliki penciuman yang sangat tajam. Hewan ini bisa mencium bau makanan dari jarak 3-4 kilometer," ujar Chris.

Begitu Chris mengeluarkan daging dan tulang belulang wombat itu, kedua hewan tersebut menyantapnya dengan amat rakus.

"Tasmanian devil pada dasarnya adalah hewan penyendiri dan enggan berbagi makanan dengan sesamanya. Jika Anda mendengar suara dengusan itu artinya mereka mengatakan jangan ganggu makananku," papar Chris.

Lalu mengapa hewan ini, yang wajahnya sebenarnya tak menyeramkan, bisa mendapat julukan "devil" alias setan?

"Dulu para imigran dari Eropa yang datang ke Tasmania kerap mendengar suara aneh yang tak pernah mereka ketahui di tanah asal mereka. Dan, mereka menyangka suara-suara itu berasal dari sosok setan atau monster," ujar Chris.

Terancam punah

Berbagai hal menyebabkan hewan terancam kepunahan yaitu kalah bersaing dengan hewan pemangsa lain, perburuan, hingga tertabrak kendaraan bermotor di jalan raya.

Pada abad ke-19, para pemukim di Tasmania melakukan perburuan besar-besaran karena tasmanian devil dianggap sebagai pemangsa hewan ternak.

Pada Juni 1941, pemerintah Australia menerbitkan undang-undang yang melindungi tasmanian devil dalam upaya untuk meningkatkan populasi hewan ini.

Sebuah studi pada 2010 menyebut, bahwa dari sembilan spesies sejenis dan berukuran serupa, para pengemudi paling sulit dihindari para pengendara mobil, khususnya di malam hari.

Sepanjang 2001-2004 sebanyak lebih dari 3.300 ekor tasmanian devil atau hampir lima persen dari populasi hewan ini mati tertabrak kendaraan bermotor.

Bahkan kematian akibat tertabrak mobil menjadi ancaman kepunahan kedua tertinggi setelah kanker wajah atau DFTD.

Penyakit ini pertama kali diketahui pada 1996 di wilayah timur laut Tasmania dan diperkirakan menjadi penyebab utama menurunnya populasi hewan ini.

Celakanya, penyakit ini dengan cepat menular dari satu hewan ke hewan lainnya. Saat itu, obat untuk penyakit ini belum ditemukan sehingga yang bisa dilakukan adalah mengkarantina hewan yang sakit.

Namun, pada Maret 2017 dikabarkan para ilmuwan Australia untuk pertama kali berhasil menemukan obat untuk penyakit yang mematikan ini.

Para ilmuwan mencoba menyuntikkan sel kanker aktif ke tasmanian devil yang sudah sakit agar sistem kekebalan tubuh mereka mengetahui penyakit ini dan memeranginya.

Selain berbagai masalah yang membuat popuasi tasmanian devil menyusut ternyata ada hal lain yang membuat hewan ini sulit bertambah banyak.

"Tasmanian devil amat susah berkembang biak meski mereka bisa menghasilkan 30-40 ekor bayi sekali melahirkan," ujar Chris, staf East Coast Nature World.

Sebagai hewan berkantung, lanjut Chris, bayi-bayi yang dilahirkan tasmanian devil hanya berukuran maksimal sebesar ibu jari orang dewasa.

"Mereka berlomba menuju puting susu induknya. Celakanya, sang induk hanya memiliki empat puting susu sehingga hanya empat bayi yang beruntung bisa mendapatkan susu," kata Chris.

Alhasil, sebagian besar bayi tasmanian devil akan mati di hari pertama mereka dilahirkan karena tak mendapatkan asupan makanan.

"Dari empat yang bisa mendapatkan susu, rata-rata tiga di antara mereka tak pernah melewati hari ulang tahun pertama mereka," lanjut Chris.

Bagi bayi tasmanian devil yang berhasil hidup, mereka akan meninggalkan kantung induknya setelah 105 hari tetapi masih hidup bersama induknya hingga tiga bulan ke depan.

https://travel.kompas.com/read/2017/12/08/200900927/serunya-bertemu-dengan-tasmanian-devil-yang-asli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke