Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkah Badai di Maladewa...

Tak heran, karena negara tropis di Samudra Hindia (dibawah Sri Lanka) ini menawarkan pulau-pulau tropis dengan air biru berkilau, laguna yang menghubungkan atol (koleksi pulau), pantai pasir putih sehalus gula, dan terumbu karangnya yang luas.

Negara berslogan ‘Always Natural, Maldives’ in terdiri dari 1.190 pulau karang, 26 atol berbentuk cincin, 200 pulau berpenghuni dengan ratusan hotel dan resor mengagumkan di dalamnya.

Ini kali kedua saya mengunjungi Maladewa setelah 13 tahun lalu, sebelum badai tsunami 2004 bersama sahabat saya, Venda. Penasaran seperti apa Maladewa sekarang, saya memutuskan untuk kembali ke sana pada akhir bulan November 2017.

Kali ini, saya bersama Welah mengatur rencana liburan ke Maladewa selama 5 hari 4 malam. Dua malam pertama, kami akan menginap di penginapan yang dekat dengan bandara.

Kemudian, dua malam berikutnya kami ingin menginap di pulau pribadi yaitu Niyama Private Islands, yang berjarak waktu 45 menit terbang dengan seaplane (pesawat amfibi) dari pulau bandara.

Kami tiba di Bandara Internasional Velana di Pulau Hulhule pada siang hari. Walaupun penerbangan langsung pesawat kami dari Bangkok ke Maladewa hanya selama 3,5 jam (dari Jakarta memakan waktu sekitar 8 jam), kami cukup merasa capek. Mungkin disebabkan cuaca Maladewa yang menyambut kami siang itu sedikit mendung.

Resor Bandara Terbaik Sedunia

Sesuai rencana, kami memutuskan menginap di Hulhule Island Hotel (www.hih.com.mv), yang sering menjadi hotel transit, sebelum meneruskan perjalanan dengan pesawat domestik ataupun kapal ke tujuan pulau berikutnya.

Dengan free-shuttle yang disediakan hotel kami tiba dalam waktu singkat yaitu kurang dari 3 menit dari bandara.

Setiba di hotel, kami cukup terkesan dengan hotel ini. Menurut saya, hotel ini lebih tepat disebut sebagai ‘resor’ ketimbang hotel.

Tidak seperti hotel transit biasanya berkonsep bed and breakfast, fasilitas di sini sangat lengkap. Ada pantai pribadi, lapangan voli dan basket, mini golf, tenis, fitness-center dan spa, juga sebuah kolam renang yang besar. Ternyata, hotel ini adalah pemenang untuk predikat Resor Bandara Terbaik Sedunia tahun 2014.

Setelah makan siang, kami ditawarkan beragam opsi aktivitas dari hotel. Pilihan untuk melihat ikan lumba-lumba di sore hari, sunset di sandbank (atol berpasir putih), snorkeling dan diving, submarine tour, city tour dan lain sebagainya.

Memulai hari liburan kami di Maladewa, kami memilih bersantai di pantai sambil menunggu matahari terbenam. Sayangnya, langit ditutupi awan hingga matahari tak nampak batang hidungnya.

Snorkeling Bersama Ikan Pari

Keesokan harinya, kami bangun jam 8 pagi untuk bersiap naik kapal menuju fish-tank, nama titik snorkeling. Kami membayar 32 dollar AS per orang, sudah termasuk transportasi pulang-pergi, dua kali snorkeling beserta alat-alatnya.

Diving Bersama Ikan Hiu

Usai snorkeling pertama, saya ditantangi pemandu kami yang mengajak saya scuba diving. Diimingi bisa melihat ikan hiu, saya setuju menambah sekitar 50 dollar AS untuk menyelam. Sungguh, saya tak menyesal! Hanya di kedalaman 15 meter saya melihat lima reef sharks mondar-mandir dari arah depan, samping kiri dan di atas kepala saya! Woohoo!

Saking serunya, saya sampai tak berasa hujan deras di atas permukaan air, saya sampai menggigil kedinginan karena tidak memakai wet-suit khusus untuk menyelam.

Ketika naik ke kapal, saya dipelototin orang sekapal karena kelamaan menunggu saya, di atas kapal yang terombang-ambing ombak besar dan hujan. Duh, maaf.

"Mahal"-nya Male

Male adalah ibu kota Maladewa yang di zaman kuno disebut "Mahal", karena dianggap sebagai asal mula "Mahal Dvipa" atau "Maléldvip" atau "kepala pulau".

Bagi wisatawan Asia (khususnya Indonesia), kata "Mahal" bisa diartikan secara harfiah. Harga di negara ini memang tidak murah. Kebanyakan barang diimpor dari Thailand, Sri Lanka, membuat biaya hidup di Maladewa secara keseluruhan semakin mahal.

Dibandingkan 13 tahun yang lalu, Male sekarang tak imut lagi. Banyak pembangunan di mana-mana. Walaupun banyak bagian kota yang ditambah dan diperluas, Male tetaplah sebuah pulau.

Banyak pendatang dari pulau-pulau sekitar yang bekerja dan menetap di Male, membuat pulau ini semakin sesak dan tak lagi bisa menampung penduduknya.

Salah satu situs yang kami kunjungi adalah Monumen Tsunami yang berada di sebuah taman, sebagai pengingat akan kekuatan alam yang lebih dari manusia.

Fakta tertera ada lebih dari 100 pulau lenyap berkat erosi alami dari laut dan naiknya permukaan air sisa badai Tsunami 26 Desember 2004.

Bagi banyak pulau yang tersisa, erosi pantai terus menjadi masalah besar. Jadi jangan heran melihat banyak dinding pantai yang dibangun di sekitar pulau untuk membantu memecahkan gelombang atau pompa di pantai untuk memompa pasir kembali ke daratan.

Seaplane

Saatnya kami pindah ke resort island! Tujuan kami berikutnya adalah sebuah pulau pribadi yang berlokasi di bagian selatan Maladewa. Untuk mencapai pulau ini, kami terbang dengan pesawat amfibi atau seaplane.

Pesawat baling-baling milik Maldivian Airline (ww.maldivian.aero) yang kami naiki ini berkapasitas 18 tempat duduk. Kami mendapat kursi paling depan, dibelakang kokpit.

Terus-terang, saya sedikit takut karena ukuran pesawatnya yang kecil. Saya gugup melihat kedua pilot yang masih muda, kurus dengan kaki telanjang di belakang kemudi. Kami kemudian diberikan earplug untuk menutupi suara bising saat pesawat terbang.

Namun, ternyata ketakutan saya tidak beralasan. Selain pesawat Twin Otter ini sangat aman, karena dalam keadaan darurat bisa kapan saja mendarat di air.

Bak seekor burung dari atas, kami melihat birunya air laut, hijaunya terumbu karang dan betapa putihnya pasir yang mengelilingi laguna.

Niyama Private Islands

Sekitar 40 menit kemudian, pesawat kami mulai menurun. Dari jendela kokpit, saya melihat hamparan Pulau Huluwale dan vila atas air milik Per Aquum (atau desain resor dengan konsep bawah laut) Niyama Private Islands (www.niyama.com).

Kabarnya, resor ini adalah resor terbaik nomor empat di dunia tahun ini versi Conde Nest Traveller.

Mendarat di perairan sama mulusnya dengan lepas landas. Air laut terlihat begitu jernih seperti di kolam renang. Kami disambut oleh perwakilan resor di dek pendaratan, membuat kami merasa istimewa.

Sayangnya, cuaca selama dua hari kami di sini tidak seperti yang diharapkan. Hujan dan berangin, membuat kami melewatkan beberapa aktivitas pantai.

Kami hanya beristirahat di kamar, kolam renang dan bersepeda mengelilingi pulau. Kami berandai-andai kalau saja kami bisa menambah hari liburan sehari saja di sini, dengan cuaca Maladewa yang bagus dan bersahabat.

Badai

Cuaca semakin memburuk pada hari terakhir kami di pulau ini. Jadwal keberangkatan pesawat ke bandara pun tertunda. Seharusnya kami berangkat jam 9 pagi untuk mengejar pesawat pulang ke Bangkok jam 12.35.

Perwakilan dari Niyama banyak membantu kami, mengurus bagasi dan mencari penerbangan esok hari. Baiknya lagi, kami bisa menginap di salah satu resor milik grup mereka, yaitu Naladhu Private Island (www.naladhu.anantara.com), yang berlokasi sekitar 45 menit dengan kapal cepat dari bandara. Sebuah pulau dan resor yang tak kalah indahnya.

Cuaca saat kami tiba di Naladhu berganti cerah, secerah senyuman kami. Berkat badai, doa untuk memperpanjang liburan kami di Maldives, terkabul.

Tips Pelesir ke Maladewa

1. Sebaiknya menginap di hotel dekat bandara sehari sebelum ke pulau, dan sehari sebelum keberangkatan pulang, untuk menghindari kejadian serupa yang kami alami.

3. Jika menginap di pulau pribadi, ambil paket full-board yang sudah termasuk sarapan, makan siang dan malam, karena di sana tak ada restoran selain milik resort tersebut.

4. Transportasi antar pulau di Maladewa selain Dhoni (perahu nelayan), tersedia juga speed-boat untuk jarak dekat, untuk jarak jauh bisa menggunakan seaplane atau pesawat domestik antar-pulau. (NOVA DIEN)

https://travel.kompas.com/read/2018/01/18/071500327/berkah-badai-di-maladewa-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke