Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menerobos Rimba Manurara Pulau Sumba Mencari Air Terjun Matayangu

Setelah berkemas barang-barang di penginapan Puspas, Sumba Tengah, Senin (6/8/2018) pagi, 61 peserta lomba foto dan birdrace dari berbagai ota dan Universitas di Indonesia, tim Juri, jurnalis dan KompasTravel, serta dipandu oleh Panitia Lomba dan seluruh staf Taman Nasional MataLawa Sumba bergegas menggunakan truk dan mobil dari Kota Waibakul, ibu kota Kabupaten Sumba Tengah menuju ke bagian barat Pulau Sumba.

Laju kendaraan perlahan-lahan keluar dari Jalan Transumba. Belok kiri menuju ke perkampungan warga setempat.

Dipandu staf Polisi Kehutanan Resor Waimanu, Seksi Pengelolaan TN Wilayah 1 di Taman Nasional Matalawa Sumba, Viktor Sipangkar dengan motor trail, rombongan menuju ke lokasi Manurara, Desa Manurara, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah.

Memasuki perkampungan di kiri kanan jalan, semua mata tak terpejam melihat anak-anak dari tingkat SD sampai SMP bergegas menuju ke sekolah.

Selain itu, warga sibuk mengurusi ternak, kerbau dan sapi. Bahkan, padang savana yang terlihat dari atas kendaraan truk sejauh mata memandang melihat kuda dan kerbau yang dipelihara warga setempat di lahan-lahan milik mereka.

Laju kendaraan berhenti di pintu masuk lokasi berkemah Manurara. Terpampang tulisan “Selamat Datang Peserta Lomba Foto dan Birdrace di spot Manurara”.

Selanjutnya, barang-barang milik peserta diturunkan dari kendaraan. Panitia membagikan lokasi tenda bagi peserta. Berikutnya peserta dan tim bergegas menuju ke tenda masing-masing untuk menyimpan barang bawaannya.

Selanjutnya peserta menerima pengarahan dari tim Juri, Riza Marlon, Didi Kaspi Ibrahim dari National Geographic, Arbain Rambey fotografer Kompas dan panitia lokal. Selanjutnya makan siang dihidangkan panitia lokal.

Panitia dan staf TN MataLawa Sumba serta warga setempat terus membuat peserta, jurnalis dan KompasTravel penasaran dengan berbagai informasi keunikan-keunikan di rimba Manurara.

Salah satunya adalah Air Terjun Matayangu dan Lapopu serta goa ular yang berbentuk vertikal di tengah rimba tersebut.

Menerobos Rimba Manurara

Setelah makan siang, KompasTravel, tim juri dipandu staf TN MataLawa Sumba, Syamsul Bukhori, Safaat Nurhiyahat, Muh Indra Saputra dan Awaliah Anjani serta seorang pemandu lokal sekaligus penjaga rimba Manurara, Ngailu Ibinipiaku melintasi padang savana Manurara.

Tibalah saatnya menerobos rimba Manurara yang dipadati pohon-pohon raksasasa sebagai tempat tinggal berbagai jenis burung endemik Sumba, seperti julang sumba, kakatua jambul jingga serta berbagai jenis lainnya yang hanya terdapat di kawasan hutan Taman Nasional MataLawa Sumba.

Rombongan melintasi jalan rata di tengah rimba itu. Bagi yang sudah terbiasa ke Air Terjun Matayangu, jarak tempuh dari lokasi Manurara sekitar satu jam. Namun, bagi yang baru pertama kali pergi harus mempersiapkan diri dengan fisik yang prima.

Semangat untuk melihat langsung dan mendengarkan desiran air terjun itu membuat rombongan terus bergegas di tengah rimba tersebut.

Syamsul Bukhori, Senin (6/8/2018) kepada KompasTravel menginformasi bahwa kita akan jalan menurun terus dikelilingi pohon-pohon raksasa serta dihibur suara akustik berbagai jenis burung endemik dan burung lain di rimba Manurara.

Satu per satu rombongan menuruni jalan licin dan basah. Seluruh peserta sangat hati-hati supaya tidak terpeleset. Beruntung semua peserta dan rombongan sudah terbiasa menerobos rimba dan naik gunung sehingga menyiapkan sepatu dan pakaian yang sesuai dengan medan.

Rasa penasaran itu terwujud, di mana dari kejauhan terdengar suara aliran Sungai Matayangu. Belum terdengar desiran air terjun Matayangu karena perjalanan masih panjang. Semangat terus berkobar dalam diri agar rasa penasaran dengan berbagai cerita itu terwujud dengan melihat langsung dan merasakannya.

Setelah melewati jalan menurun, pemandu menginformasikan bahwa kita memasuki jalan tanjakan menuju ke lokasi Air Terjun Matayangu. Dalam perjalanan peserta dihibur dengan suara burung di kawasan rimba itu.

Selain itu kami melihat berbagai jenis pohon-pohon raksasa yang tumbuh di kawasan Taman Nasional MataLawa Sumba di lokasi Manurara.

Akhirnya rasa penasaran terwujud dengan melihat Air Terjun Matayangu dari kejauhan. Satu per satu rombongan mengeluarkan peralatannya seperti kamera, drone, handphone android.

Selanjutnya peserta dan rombongan mengabadikan keunikan air terjun itu dengan cara teknik masing-masing. Peserta lain sibuk memotret burung yang ada di daerah aliran Sungai Matayangu.

Batu Bulat di Tebing Matayangu

Batu bulat yang berada di tebing Sungai Matayangu sebagai spot terbaik untuk mengambil gambar Air Terjun Matayangu tersebut. Siang itu secara bergantian peserta dan jurnalis mengambil gambar dan video dengan drone.

Pemandu lokal, Ngailu Ibinipiaku kepada Kompas Travel, Senin (6/8/2018) menjelaskan, wisatawan asing dan Nusantara selalu berwisata ke air terjun Matayangu. Biasanya turis yang berwisata di air terjun ini yang berasal dari Hotel Nihiwatu dan Liliwatu di Sumba Barat.

“Saya sering memandu tamu asing dan Nusantara ke air terjun ini. Biasanya turis berenang di kolang air terjun ini. Saat ini air terjunnya keluar dari lubang gua Matayangu saat debit airnya kecil, namun, apabila saat musim tiba air terjunnya keluar dari dua tempat, dari mulut tebing Matayangu dan lubang gua. Apabila airnya keluar dari mulut tebing Matayangu maka kita tak bisa berdiri di batu bulat ini,”jelasnya.

Terpisah Syamsul Bukhori kepada KompasTravel menjelaskan, biasanya wisatawan asing dan Nusantara berwisata ke air terjun Matayangu suka berjalan kaki dari arah Timur dan Barat. Itulah jalur jalan kaki menuju ke air terjun Matayangu.

Seorang yang berpetualangan mengambil dua jalur ini, pertama melihat Air Terjun Lapopu. Jalan kaki dengan menaiki 500 anak tangga menerobos hutan rimba menuju ke Air Terjun Matayangu atau sebaliknya, pertama dari arah barat di Manurara menerobos rimba Manurara dan pulang melalui jalan kaki ke Air Terjun Lapopu.

“Jalur jalan kaki ini sudah diinformasikan kepada agen perjalanan wisata di Pulau Sumba serta di berbagai buku yang diterbitkan oleh Taman Nasional MataLawa Sumba,” jelasnya.

Air Muncul dari Lubang Goa Matayangu

Keunikan Air Terjun Matayangu adalah saat musim kering, airnya muncul dari lubang goa. Ketika daerah aliran Sungai Matayangu besar maka air muncul dari dua arah, dari mulut tebing Matayangu dan lubang goa.

Bukhori menambahkan, goa di dalam tebing Matayangu sudah diteliti oleh para pemerhati goa di Indonesia. Diperkirakan ada 30 goa di dalam tebing Matayangu.

Dulu tim penjelajah goa-goa di Indonesia sudah masuk ke dalam goa-goa tersebut dan berhasil mendokumentasi goa-goa di dalamnya. Saat itu juga merayakan keberhasilan itu dengan mengibarkan bendera Merah Putih di Kolam Matayangu.

Ngailu Ibinipiaku mengisahkan, penuturan dari berbagai tua-tua adat di Manurara bahwa kolam Matayangu sebagai tempat berkumpulnya para arwah yang sudah meninggal dunia.

Apabila seseorang meninggal dunia di sekitar perkampungan Manurara bahwa ada bunyi di goa-goa Matayangu. Jadi pemandu wisata dari luar yang memandu tamu ke Air Terjun Matayangu harus didampingi pemandu lokal.

“Saya dan warga lainnya sering mendengar suara-suara dari goa-goa Matayangu. Jika kami mendengar suara-suara lain dari Goa Matayangu berarti kami mengetahui bahwa ada warga yang meninggal dunia,” katanya.

https://travel.kompas.com/read/2018/08/21/161000627/menerobos-rimba-manurara-pulau-sumba-mencari-air-terjun-matayangu

Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke