Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Unik, Rapat Koordinasi Geopark Indonesia Digelar di dalam Goa

Deputi Koordinasi Sumberdaya Manusia, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, pertemuan di Gua yang sudah dihuni tiga generasi ini karena ingin menunjukkan secara langsung pengelolaan Gunung Sewu Unesco Global Geopark.

"Selama ini rapat di kantor, kita ubah mending langsung kelapangan untuk melihat keberhasilan pengelolaan geopark,"katanya ditemui disela Rakor Geopark Indonesia di Goa Rancang Kencono, Bleberan, Playen, Jumat (18/11/2018)

"Karena diantara global geopark yang ada yang paling maju Gunungsewu, maka Gunungsewu yang kami lihat sebagai barometer," ujarnya.

Menurut dia rakor ini diharapkan bisa menjadi bagian pengembangan geopark secara menyeluruh di Indonesia.

Saat ini sudah ada 4 Geopark di Indonesia yang diakui Unesco adapun diantaranya Geopark Batur di Bali, Gunung Sewu di tiga Propinsi yakni DIY, Jateng, dan Jatim. Geopark Rinjani, NTB, dan Geopark Ciletuh, Jawa Barat.

Untuk Geopark tingkat Nasional ada 7 yakni Geopark Marangin, Jambi; Geopark Raja Ampat, Papua; Tambora, NTB; Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan; Danau Toba, Belitung, dan Bojonegoro

Selama ini tantangan yang dialami dalam pengembangan Geopark di Indonesia. Tantangan tersebut dinilainya lebih kepada sinergitas antara pemanfaatan alam dan mengajak masyarakat untuk membantu menjaga keseimbangan alam kawasan Geopark.

"Paling banyak tantangannya ya dari kita sendiri, artinya kadang kita menerima tapi kita belum mau bersinergi dan berjalan sendiri (dalam pengelolaannya). Contoh, seperti membangun Taman Nasional dan Cagar Alam hanya tonjolkan konservasi dan tidak kepada kehidupan manusia di sekitarnya," katanya.

Klaim Pengentasan Kemiskinan

Safri mengatakan, jika dilihat dari pengembangan pariwisata di Geopark Gunung Sewu, perkembangannya cukup signifikan. Sedikit banyak membantu mengurangi angka kemiskinan.

"Kemiskinan di sini (Gunungkidul) angkanya menurun cukup signifikan,"ucapnya

Jika merujuk data Pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada 2016 diketahui angka kemiskinan 19,34 persen, kini 2018 menjadi 18,65 persen.

Pemerintah menargetkan sampai 2021 nanti di kisaran angka 15 persen. Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Asty Wijayanti mengatakan, belum ada penghitungan secara detail mengenai dampak penetapan status Gunung Sewu Unesco Global Geopark tahun 2015 lalu.

"Jika dihitung pasti belum ada, tetapi kita lihat sudah banyak kunjungan wisatawan asing ke sini. Ini kemungkinan dampak dari status itu (Gunung Sewu Unesco Global Geopark),"katanya.

Perlu diketahui, Goa Rancang Kencono di Padukuhan Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, merupakan salah satu gua yang dihuni manusia pra sejarah, hingga modern.

Diperkirakan gua yang terletak di kawasan Air Terjun Sri Getuk sudah dihuni sejak 3000 tahun lalu.

Dari buku Ragam Warisan Budaya dan Cagar budaya Gunungkidul, ditulis oleh Kepala Seksi Kepurbakalaan dan Permuseuman, Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayan Gunungkidul, Winarsih menyebutkan Arkeologi UGM Yogyakarta pada tahun 2001 sudah pernah melakukan penelitian tentang Goa Rancang Kencono.

Penelitian tersebut menyebutkan Goa Roncong Kencono sudah pernah dihuni manusia sejak 3000 tahun yang lalu dengan bukti temuan tulang manusia.

"Goa Rancang Kencana ini dimanfaatkan juga masa kemudian, yaitu pada awal adab 18 yaitu sekitar tahun 1739 digunakan oleh laskar Mataram karena Madiun telah terjadi pengusiran oleh penjajah Belanda," kata Winarsih.

Untuk menikmati keindahan goa dan Air Terjun Sri Getuk, pengunjung cukup membayar Rp 15.000, sudah bebas parkir dan toilet. Sebagian hasil retribusi digunakan untuk membayar retribusi pemkab, dan pengembangan kawasan wisata Sri Getuk.

https://travel.kompas.com/read/2018/11/17/090700927/unik-rapat-koordinasi-geopark-indonesia-digelar-di-dalam-goa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke