Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Restoran Gastronomi Molekuler Jarang di Indonesia?

JAKARTA, KOMPAS.com - Mencari restoran gastronomi molekuler terbilang sulit di Indonesia. Pada dasar gastronomi molekuler adalah sub-disiplin pada sains makanan yang mengubah bentuk makanan sedemikian rupa, tetapi tetap meninggalkan rasa makanan itu sendiri.

"Kebanyakan restoran mengugunakan molecular gastronomy ini untuk garnish (penghias makanan). Ada restoran yang benar-benar menyajikan makanan molecular gastronomy, itu Namaaz Dining dari chef Andrian Ishak," kata koki Ronald Prasanto ditemui di kelas memasak Molecular Gastronomy x Duralex di Ramurasa, Jakarta, Jumat (5/4/2018).

Ronald sebelumnya terkenal sebagai penggagas gerai gelato yang memanfaatkan nitrogen cair untuk membekukan adonan es krim secara ekspres. Sekitar empat tahun lalu, gerai gelatonya sukses menarik perhatian konsumen khususnya di Jakarta.

Menurut Ronald, berbisnis restoran gastronomi molekuler terbilang menantang. Butuh proses yang sangat panjang untuk membuat hidangan dengan bentuk yang sudah berubah sepenuhnya.

Dari pandangan pribadi Ronald, ia tidak melihat restoran gastronomi molekuler sebagai binsis yang dapat bertahan lama.

Pasalnya dalam dunia kuliner, gastronomi molekuler memerlukan tiga aspek penting yakni sosial, artistik, dan teknik. Jadilah gastronomi molekuler akrab dengan atraksi atau pertunjukan yang menyenangkan.

"Ini lebih ke fun, menyenangkan. Contohnya saya akan mengajak pacar untuk mendapat pengalaman makan di restoran molecular gastronomy, tetapi kalau sudah jadi istri makan di tempat yang mengenyangkan," kata Ronald.

Namun demikian ia tidak memungkiri ada restoran gastronomi molekuler yang terkenal dan tetap bertahan di dunia. Contohnya The Fat Duck di Inggris atau Osteria Francescana di Italia.

https://travel.kompas.com/read/2019/04/08/220400027/mengapa-restoran-gastronomi-molekuler-jarang-di-indonesia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke