Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Izin Pendakian Gunung Everest Ditangguhkan, Sherpa Tidak Punya Pendapatan

KOMPAS.com - Kebijakan lockdown karena pandemi virus corona bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi kualitas lingkungan membaik, tetapi di sisi lain ekonomi masyarakat terancam. 

Hal ini yang terjadi dengan para sherpa, sebutan bagi pemandu dan porter Gunung Everest yang tak memiliki pendapatan. 

Dikutip dari News.com.au, saat ini, kota di bukit Pegunungan Himalaya bernama Khumjung seharusnya ramai menjelang musim pendakian Gunung Everest. 

Namun aktivitas pendakian Himalaya ditutup sementara waktu. Didukung dengan oleh penutupan perbatasan negara dan perjalanan udara.

Salah satu pintu masuk Gunung Everest, Nepal menangguhkan izinan untuk seluruh ekspedisi gunung pada 12 Maret 2020.

Para sherpa mengatakan mereka menghadapi masalah yang ruit, yakni menghidupi keluarga mereka. 

“Kami pergi ke gunung bukan karena kami mau, namun karena itu adalah pilihan satu-satunya bagi kami untuk bekerja,” kata seorang sherpa kepada AFP dikutip dari News.com.au.

Musim pendakian Gunung Everest yang dimulai pada awal April hingga akhir Mei, merupakan waktu sherpa mencari nafkah.

Dari hasil kerja dua bulan tersebut, mereka mampu memberi makan keluarga sepanjang tahun.

Para pemandu biasanya mendapatkan penghasilan antara 5.000 – 10.000 dollar AS setara Rp 79-160 juta sepanjang musim pendakian Gunung Everest.

Sherpa berusia 31 tahun ini merupakan seorang ayah dengan putra berusia enam tahun. Dia telah mencapai puncak Gunung Everest delapan kali.

Selama ini dia bertugas membantu puluhan pendaki mencapai puncak gung tertinggi di dunia tersebut.

“Saya rasa semua orang menderita dari hal yang sama,” katanya.

Dia juga menambahkan bahwa biasanya saat ini dia berada di Everet base camp dan bersiap-bersama ratusan pendaki gunung untuk menunggu cuaca yang tepat menujuke Puncak Everest.

Virus corona telah membuat Everest base camp menjadi terbengkalai. Namche Bazaar sebagai kota terakhir sebelum mencapai markas tersebut juga terlihat kosong.

Para pemandu, kuli angkut, juru masak, dan staf pendukung lainnya harus kembali ke rumah dengan tangan kosong.

“Dengan batalnya musim, tidak ada orang yang mendapatkan pekerjaan. Mulai dari penerbangan, pertokoan, hingga kuli angkut. Benar-benar tidak ada pekerjaan,” katanya.

Sementara itu, Damian Benegas yang pernah memandu beberapa tim di Everest selama hampir dua dekade mengatakan bahwa terdapat beberapa pekerja yang paling terpukul.

Adapun pekerja yang dimaksud Benegas adalah para kuli angkut dan juru masak yang membuat ekspedisi tetap berjalan.

“Mereka tidak memiliki penghasilan cadangan atau kontrak apapun yang harus dijaga oleh para penyelenggara ekspedisi,” kata Benegas.

Akibat penangguhan pendakian Gunung Everest tersebut setidaknya ada potensi kehilangan 4 juta dollar AS atau setara dengan Rp 63,8 miliyar. Uang tersebut berasal dari pendapatan izin pendakian.

Izin untuk mendaki Gunung Everest dikenakan 11.000 dolar AS atau setara dengan Rp 175 juta per satu orang pendaki. Nilai tersebut belum termasuk perputaran ekonomi karena para pendaki.

Virus corona berdampak pada pendapatan masyarakta Nepal

Tidak hanya para Sherpa yang tengah terluka. Pariwisata menyumbang hampir 8 persen dari pendapatan domestik bruto Nepal.

Menurut World Travel and Tourism Council, industri pariwsata juga menyumbang lebih dari 1 juta pekerjaan di Nepal.

Nepal yang masih berusaha pulih dari gempa bumi besar pada tahun 2015 berharap dapat menarik 2 juta wisatawan pada tahun 2020. Namun, rencana tersebut kini hancur berantakan.

Meski begitu, penduduk wilayah Everest setuju dengan keputusan pemerintah. Risiko dari infeksi virus corona nyata.

Musim semi mengundang ratusan pendaki mancanegara. Mereka juga melewati desa-desa penduduk setempat.

Sementara itu, di Everest base camp para pendaki dan staf pendukung dari Nepal harus tinggal dalam jarak yang dekat.

Seorang sherpa terkenal bernama Phurba Tashi mengatakan bahwa virus corona mampu mendatangkan malapetaka jika virus tersebut memasuk desa-desa setempat.

Tashi merupakan pendaki yang telah mendaki gunung Everest sebanyak 21 kali.

“Itu membuat kami kehilangan pekerjaan, namun itu adalah keputusan yang tepat. Di Khumjung, kami memiliki satu rumah sakit kecil dan sumber daya yang tidak mencukupi," kata Tashi.

"Bayangkan saja jika orang-orang di sini mulai sakit,” lanjutnya.

“Jika penyakit tersebut tiba, maka uang tidak bisa melakukan apapun. Bahkan orang-orang di negara berkembang pun tengah sekarat, bagaimana jadinya kalau itu terjadi pada kami di Nepal?” kata Phurba Namgyal.

Saat ini terdapat seruan bagi pemerintah untuk memberikan paket bantuan ekonomi.

Presiden untuk Nepal Mountaineering Association, Santa Bir Lama, mengatakan bahwa pemerintah perlu mencari cara untuk mendukung orang-orang yang masih belum mendapatkan pekerjaan.

“Tidak hanya di gunung, namun juga di sektor lain,” kata Lama.

https://travel.kompas.com/read/2020/04/09/230200827/izin-pendakian-gunung-everest-ditangguhkan-sherpa-tidak-punya-pendapatan

Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke