Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Kapal Pesiar Terakhir di Laut saat Pandemi Corona

KOMPAS.com – Costa Deliziosa, kapal pesiar terakhir di lautan, secara resmi merapat pada 22 April 2020.

Dilukiskan sebagai “gelembung bebas virus”, kapal pesiar tersebut berlayar sebelum pandemi virus corona melanda.

Menurut Insider, Sabtu (2/5/2020), Costa Deliziosa berangkat meninggalkan Venisia, Italia pada 5 Januari 2020 untuk memulai perjalanan selama 113 hari keliling dunia. Kapal tersebut dimaksudkan untuk kembali ke Venisia pada 26 April 2020.

Kapal tersebut mengangkut sekitar 2.000 penumpang dan 900 anak buah kapal (ABK). Kendati kapal pesiar memiliki citra yang buruk di tengah pandemi virus corona, namun Costa Deliziosa dikatakan sebagai salah satu tempat teraman di Bumi.

Daily Beast menuturkan, dikutip Insider, bahwa kapal pesiar tersebut merupakan kapal penumpang terbesar di laut mana pun di dunia yang merapat setelah menyelesaikan pelayaran.

Semua baik-baik saja di atas kapal

Saat Costa Deliziosa berlayar, virus corona masih belum dinyatakan secara resmi sebagai pandemi. Pada saat itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya mengunggah informasi 59 kasus pneumonia di Wuhan, China melalui Twitter.

Pada saat itu juga masih belum tercatat adanya kematian.

“Sejak kami berlayar pada 5 Januari dari Venisia, dunia telah benar-benar berubah. Ini merupakan situasi yang aneh karena kami melihat dunia ditutup,” kata Kapten Costa Deliziosa, Nicolo Alba, kepada CNN, seperti dikutip Insider.

“Berbagai pelabuhan dan negara tidak lagi mengizinkan kedatangan orang dari luar,” lanjutnya.

Kapal tersebut melintasi Mediterania dan berhenti di beberapa pelabuhan. Mulai dari pelabuhan di Marseille, Perancis, hingga Barcelona, Spanyol sebelum akhirnya sampai di Karibia dan melanjutkan pelayaran ke Amerika Selatan dan Pasifik.

Selama perjalanan, para penumpang kapal kerap mengunggah foto-foto mereka tengah tersenyum di Facebook dan Instagram.

Mereka tidak sadar akan betapa beratnya keadaan yang terjadi di daratan.

“Kami mengikuti situasi melalui televisi di berita. Namun dampak pada kedatangan sangat luar biasa. Kami sedang berada di surga dan kami melihat bahwa dunia berubah menjadi neraka,” kata seorang penumpang bernama Carlos Paya kepada AFP News saat dia tiba di Barcelona, mengutip Daily Beast.

Sebelumnya, dalam paruh ketiga tersebut kapal pesiar memiliki pemberhentian di Jepang, Korea, Taiwan, dan Hong Kong.

“Hampir semuanya pelabuhan baru bagi saya. Saya benar-benar tidak ingin dikarantina di dalam kabin. Saya harap kasus baru mulai turun secara drastis,” kata seorang penumpang asal Texas, Dana Lindberg, dalam unggahannya di Facebook pada 22 Februari 2020.

Lima minggu tidak ada kontak dengan manusia di luar kapal

Pada 13 Maret 2020, Cruise Lines International Association yang mengawasi sebagian besar perusahaan pelayaran besar menangguhkan operasi pelayaran.

Sebagian besar kapal mulai membatalkan pelayaran mereka untuk mencoba membawa pulang penumpang mereka. Pada saat itu, Costa Deliziosa sedang ada di Australia.

Untuk memastikan keselamatan para penumpang, kapal pesiar tersebut memutuskan untuk melakukan pemberhentian hanya untuk panggilan teknis dan pengisian bahan bakar pada 14 Maret 2020.

Mereka juga tetap berada di lepas pantai.

“Itu merupakan pilihan yang tepat karena pada akhirnya, kapal terbukti menjadi tempat paling aman bagi mereka,” kata Alba kepada CNN.

Dalam lima minggu terakhir, kapal tersebut mengarungi lautan tanpa kontak manusia di luar kapal.

Namun, pada 16 Maret 2020 beberapa penumpang memutuskan untuk keluar dari kapal lebih awal dan turun di Fremantle, Australia.

Mereka yang telah memesan penerbangan pulang dari Fremantle segera diantar langsung ke bandara.

Sementara itu, Xavier mengatakan, saat berita seputar virus corona mulai menyebar di kapal, dia tetap memberitahu penumpang apa yang dia percayai.

“Costa Cruises selalu berkomitmen pada keselamatan. Kita lebih aman di sini daripada di luar,” kata Xavier.

Paya mengatakan kepada AP berada dalam keselamatan kapal saat pandemi merusak seluruh dunia merupakan sesuatu yang terkesan tidak nyata.

“Berita yang tiba dari rumah membuat kami semua merasa sangat khawatir dan sedih. Bagi kami, merupakan sebuah keberuntungan untuk berada di tempat kami berada,” kata Paya.

Penumpang mengikuti aturan jarak sosial Italia

Xavier mengatakan, karena keselamatan yang menjadi prioritas perusahaan pelayaran tersebut, maka mereka memutus kontak dengan dunia luar dengan menghindari pemberhentian.

Di atas kapal, para ABK mulai mengimplementasikan pemeriksaan demam dan menegakkan jarak sosial antar penumpang.

Kapal pesiar tersebut berada di bawah bendera Italia. AP mencatat, mereka mengikuti pedoman jarak sosial negara tersebut.

Sementara banyak kapal pesiar harus dikarantina, namun karena di Costa Deliziosa tidak ditemukan kasus virus corona, Xavier mengatakan para penumpang menikmati beragam kegiatan seperti biasa.

Kendati demikian, mereka dipaksa untuk tetap berada di kabin selama lebih kurang 36 jam setelah salah satu penumpang meninggalkan kapal di Sisilia karena alasan kesehatan.

Namun mereka diperbolehkan untuk menjelajahi kapal kembali setelah penumpang tersebut dinyatakan negatif virus corona.

“Saya membayangkan bahwa aman untuk tetap berada di dalam kapal. Kami jauh lebih aman dan terisolasi dari semua ini daripada yang lain,” kata Xavier.

“Sekelompok orang-orang ini menghabiskan hampir empat bulan waktunya bersama kami. Bahkan dengan semua ini, kami memiliki pengalaman yang menyenangkan,” lanjutnya.

Meski begitu, para penumpang pada dasarnya terjebak di dalam kapal tanpa adanya pendaratan di pelabuhan selama lima minggu penuh.

Salah seorang penumpang bernama Andy Gerber mengatakan kepada BBC, masih banyak hal yang bisa dilakukan saat berada di atas kapal.

“Gym, permainan, pertunjukan, kelas dansa. Kami memiliki dua kolam renang dan cuaca yang sempurna. Banyak yang bisa dimakan dan diminum, dan kami telah membuat banyak teman, terutama selama berhari-hari di laut,” kata Gerber.

Sementara itu, Seidler mengatakan, apa yang membantu mereka merasa lebih beruntung adalah dengan melihat apa yang terjadi di luar kapal.

“Orang-orang terkurung di apartemen dan rumah mereka sementara kami terkurung di sebuah kapal besar," kata Sediler.

"Namun saya masih memiliki pilihan untuk pergi ke atas dan memakan piza, atau tampil di panggung, atau pergi ke bar kru dan minum dengan teman saya,” tutur Seidler.

Kapal akhirnya berlabuh

Pada 20 April 2020, Costa Deliziosa akhirnya berlabuh setelah hampir 15 minggu dalam pelayarannya.

Menurut perusahaan kapal tersebut, pemberhentian pertama mereka adalah Barcelona, Spanyol, di mana para penumpang dari Spanyol dan Portugal turun.

Kapal tersebut kemudian berlayar ke Genoa, Italia, yang merupakan pemberhentian terakhirnya di mana penumpang lainnya turun pada 22 April 2020.

Walaupun mereka berharap untuk menurunkan penumpang asal Perancis di Perancis, namun negara tersebut tidak mengizinkan mereka untuk mendarat di pelabuhan.

Perusahaan kapal pesiar tersebut mengatakan, mereka telah mengatur transportasi dari Genoa ke berbagai negara tempat tinggal penumpangnya.

"Saya bangga menjadi bagian kecil dari ini. Kami bekerja sangat keras untuk menjaga tamu kami terlindungi, namun juga terhibur dan bahagia,” kata Xavier.

Setelah berbulan-bulan lamanya terisolasi sendiri dan relatif aman di atas kapal, para penumpang dan ABK kini harus kembali ke dunia yang telah terbalik dari saat mereka terakhir kali menginjakkan kaki.

Mereka harus menghadapi situasi penggunaan masker yang sudah biasa, jaga jarak, dan lockdown.

https://travel.kompas.com/read/2020/05/06/074000327/kisah-kapal-pesiar-terakhir-di-laut-saat-pandemi-corona

Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke