Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Italia Incar Turis Kantung Tebal untuk Pulihkan Industri Pariwisata

Salah satunya adalah mengizinkan beberapa negara tertentu untuk bisa masuk ke Italia.

“Pemerintah Italia ini bekerja sama dengan UNWTO (United Nations Word Tourism Organization) dengan kampanye restart tourism. Mereka pakai tagar #TravelResponsibly,” kata Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Roma R. A. Esti Andayani.

Hal tersebut ia jabarkan ketika menjadi narasumber dalam webinar Sharing Best Practices “Pemulihan Sektor Pariwisata di Negara Eropa Barat dan Selatan”, Jumat (6/11/2020).

Italia melaksanakan tiga langkah terkait pariwisata khususnya di wilayah Italia bagian selatan. Tiga langkah tersebut adalah pengembangan desa kecil, pengembangan slow tourism, dan pengembangan beauties of the country.

“Jadi memang sesuai dengan UNWTO di mana desa kecil dikembangkan. Karena di Italia itu desa-desa kecilnya selalu ada tempat bersejarah. Infrastrukturnya umumnya juga sudah ada, tinggal ditingkatkan sedikit,” jelas Esti.

Selain befokus pada pengembangan desa kecil, pemerintah Italia juga berfokus pada luxury tourism. Mereka, kata Esti, menargetkan turis-turis berkantung tebal dari luar negeri.

Pasalnya para turis berkantung tebal tersebut bisa memberikan pemasukan sampai 20 juta Euro untuk Italia pada tahun 2019.

Gelombang kedua pandemi

Pada musim panas 2020, pemerintah Italia kembali mempromosikan pariwisata domestik. Hasilnya, sekitar 34 juta warga Italia berwisata di dalam negeri.

Para turis domestik tersemut rata-rata melakukan pengeluaran sebesar 588 Euro per orang.

Walaupun geliatnya mulai terasa, tapi ternyata jumlah tersebut menurun 25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

Menurut Esti, beberapa sebabnya adalah periode liburan yang sangat singkat dan daya beli orang Italia yang sudah menurun.

Belum lagi Italia yang kehilangan 12 miliar Euro dari 16 juta turis internasional akibat pandemi ini jika dibandingkan dari tahun 2019.

“Jadi secara umum kontribusi pariwisata terhadap pereknomian tahun ini akan -5,8 persen dibandingkan +13 persen tahun lalu. Jadi bedanya banyak sekali,” jelas Esti.

Namun ternyata, Italia kemudian menghadapi gelombang kedua pandemi Covid-19. Terjadinya gelombang kedua ini dipercaya jadi akibat dari pergerakan wisatawan selama musim panas 2020.

Pasalnya sudah ada beberapa negara asing yang diizinkan masuk ke Italia. Tak itu saja, dimulainya musim penyebaran flu biasa di Italia juga dianggap jadi penyebab gelombang kedua terjadi.

Zona merah, oranye, dan kuning

Sejak 4 November 2020, pemerintah Italia menetapkan peraturan terbaru terkait protokol kesehatan selama masa gelombang kedua ini.

Italia tidak melakukan lockdown nasional tapi menetapkan protokol ketat dan penetapan tiga zona berbeda yakni zona merah, oranye, dan kuning.

“Di mana di tempat zona merah itu persis seperti lockdown nasional. Di zona oranye lebih tidak terlalu ketat. Kalau zona kuning pembatasan saja,” papar Esti.

Beberapa pembatasan di zona kuning misalnya dine-in yang hanya bisa dilakukan sampai pukul 18.00. Selain itu ada juga penetapan jam malam mulai pukul 22.00-05.00 waktu setempat.

Toko skala besar dan menengah juga ditutup pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan libur nasional. Museum, teater, dan tempat-tempat hiburan juga ditutup.

Sementara di zona merah orang-orang tidak boleh melakukan kegiatan di luar rumah jika tidak memiliki formulir tertentu.

Kota yang termasuk ke dalam zona kuning misalnya Roma. Sementara kota seperti Milan dan Florence ditetapkan sebagai zona merah sehingga mengalami lockdown mulai 5 November 2020.

https://travel.kompas.com/read/2020/11/07/183000227/italia-incar-turis-kantung-tebal-untuk-pulihkan-industri-pariwisata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke