Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Fakta Raden Saleh, Pelukis Asal Indonesia yang Pernah ke 5 Negara

KOMPAS.com - Film Mencuri Raden Saleh sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat, khususnya dari dunia perfilman Indonesia.

Film garapan rumah produksi Visinema Pictures yang telah tayang sejak Kamis (25/8/2022) tersebut hingga kini sudah disaksikan setengah juta penonton.

Ceritanya berkisah tentang pencurian yang dilakukan sekelompok anak muda terhadap sebuah lukisan bernama "Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya salah satu pelukis tersohor Indonesia, Raden Saleh.

Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film ini juga diperankan oleh deretan aktor dan aktris peran Tanah Air, antara lain Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Umay Shahab, Ari Irham, Aghniny Haque, dan Rachel Amanda.

Lantas, siapa itu Raden Saleh? Berikut Kompas.com rangkum informasi soal pelukis ini.

1. Terlahir di keluarga ningrat

Raden Saleh memiliki nama asli Raden Saleh Syarif Bustaman. Laki-laki ini lahir pada Mei 1811 di Semarang, Jawa Tengah, dalam lingkup bangsawan Arab-Jawa ningrat.

Ia mendapat darah Arab dari ayahnya yang bernama Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, sedangkan darah Jawa ia peroleh dari sang ibu, Mas Ajeng Zarip Husen.

Dikutip dari buku Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya (2018) oleh Werner Kraus, buyut Raden Saleh yaitu Sayyid Abdullah Muhammad Bustam alias Ki Bustam adalah seorang bawahan Bupati Terboyo pada Kerajaan Belanda saat itu.

Keluarga Bustaman juga berperan besar dalam bidang agama, dengan beberapa anggota keluarga menjabat sebagai penghulu atau pejabat Islam tertinggi suatu wilayah.

Sejak usia belia, Raden Saleh belajar banyak hal dari orang-orang yang ahli di bidangnya. Ia belajar menggores sketsa di bawah bimbingan Antonie A.J Paijen dan J. Th. Bik, dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Raden Saleh dibantu oleh pelukis keturunan Belgia, yaitu A.A.J. Payen, yang terkesan akan bakat Raden Saleh. Oleh sebab itu, ia mengusulkan agar Raden Saleh dapat belajar ke Eropa.

Usulan Payen didikung oleh Gurbernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang saat itu memerintah Hindia Belanda. Ia juga bersedia membiayai Raden Saleh untuk bersekolah ke Eropa, dikutip dari Kompas.com, Senin (22/8/2022).

Tahun 1829, Raden Saleh muda pergi ke Belanda menggunakan kapal Pieter en Karel. Sesampainya di negara tersebut, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan melukis panorama dari Andreas Schelfout.

Setelah dari Belanda, Raden Saleh berinisiatif untuk belajar ilmu lain di luar melukis. Ketika pemerintahan Raja Willem II, Raden Saleh mendapat dukungan untuk meneruskan studinya dan dikirim ke Dresden, Jerman.

Selama berada di Jerman, status Raden Saleh adalah tamu kehormatan Kerajaan Jerman sehingga ia bisa tinggal hingga lima tahun.

Pada 1844, Raden Saleh kembali ke Belanda dan menjadi pelukis Kerajaan Belanda. Lalu, pada tahun 1844 - 1851, Raden Saleh tinggal serta berkarya di Perancis dengan aliran romantisisme.

3. Kembali ke Hindia Belanda

Tahun 1852, Raden Saleh mengakhiri petualangannya di Eropa dan kembali ke Hindia Belanda.

Di Hindia Belanda, ia bekerja sebagai konservator untuk koleksi seni pemerintah kolonial, sambil mengerjakan sejumlah potret untuk keluarga Kerajaan Jawa dan melukis pemandangan.

Dilaporkan oleh Kompas.com, Senin, meski lama tinggal dan belajar pendidikan Barat, hal ini tidak membuat Raden Saleh menutup mata atas apa yang terjadi di negaranya. 

Ia sering mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda, dan tetap menjunjung tinggi idealisme kebebasan serta kemerdekaan.

Salah satu pemikiran beliau dalam mengkritik pemerintah Belanda digambarkan dalam lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Saat kembali, Raden Saleh membangun tempat tinggal di Cikini, Jakarta Pusat, baru kemudian menikah dan pindah ke Bogor, Jawa Barat, dikutip dari Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis ningrat keturunan Keraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja, setelah mengakhiri pernikahannya dengan istri pertama yang berkebangsaan Belanda.

Raden Saleh dikenal dengan gaya romantisisme dan dijuluki sebagai pionir pelukis modern di Indonesia.

Hasil lukisan Raden Saleh banyak menampilkan cerita yang emosional, dinamis, menyentuh perasaan, dan mengandung sindiran.

Dari hasil karyanya, terlihat banyak yang menunjukkan sifat-sifat, seperti kekejaman, dramatis, realistis, dan mencekam dengan menyindir sifat manusia yang selalu mengusik makhluk lain.

Seperti salah satunya di lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" yang menyiratkan banyak hal dari ekspresi tokoh-tokoh dalam lukisan tersebut.

Selain itu, beberapa lukisan karya Raden Saleh yang populer, antara lain "Enam Pengembara Kuda Mengejar Rusa", "Perburuan Rusa", "Sebuah Banjir di Jawa", dan "Pemandangan Jawa dengan Harimau yang Mendengarkan Suara Pengembara".

Rekam jejak Raden Saleh membuatnya memperoleh beragam penghargaan, tidak hanya sebagai pelukis, tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada sejumlah penghargaan yang tercatat pernah diterima oleh Raden Saleh. 

Di antaranya, pribumi pertama yang menjadi Anggota Kehormatan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Masyarakat Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan) pada 1866, dan anggota Kehormatan Asosiasi Planten en Dierentuin te Batavia (Kebun Botani dan Satwa di Batavia) pada 1866.

Lalu, menjadi satu-satunya orang Jawa yang memperoleh gelar "Ridder van de Witte Valk" dari Saxe-Weimar, gelar "Ridder der Kroonorde van Pruisen" dari Prussia, dan gelar "Ridder der Orde van de Eikenkoon" dari Luksemburg.

Ia juga mendapat gelar "Commandeur met de Ster der Franz Joseph Orde" dari Austria, serta Anugerah Seni sebagai "Perintis Seni Lukis di Indonesia", Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Anumerta) pada 1969.

Sejumlah penulis dan peneliti menyebutnya sebagai "manusia modern" Jawa pertama yang memiliki pola pikir ala Barat. Raden Saleh sendiri menghabiskan 25 tahun masa hidupnya di Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, Italia, Inggris) di kalangan elite aristrokat dan intelektual.

Pada Jumat, 23 April 1880 pagi, Raden Saleh jatuh sakit, disebabkan aliran darahnya terhambat karena penyumbatan di dekat jantung.

"Sang Pelukis Raja" ini kemudian wafat pada Minggu 25 April 1880 di Bogor. Ia dimakamkan di lahan yang sebenarnya semula diperuntukkan bagi makam istrinya yang saat itu sedang sakit, dikutip dari laman Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1882, istrinya meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan dengan makam Raden Saleh.

Bangunan makam beserta bangunan lainnya didirikan pada 1955 atas prakarsa Presiden Soekarno. Arsitek yang merencanakan bangunan makam adalah Ir. F. Silaban, sedangkan ukiran pada makam dibuat oleh Rd. Galuh.

https://travel.kompas.com/read/2022/08/30/200800727/6-fakta-raden-saleh-pelukis-asal-indonesia-yang-pernah-ke-5-negara

Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke