Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masjid Jami Al-Ma'mur di Cikini, Berdiri sejak 130 Tahun Lalu

KOMPAS.com - Pelukis terkenal Sjarif Boestaman atau yang dikenal dengan nama Raden Saleh memilik banyak barang yang tersimpan di daerah Cikini, Jakarta Pusat.

Salah satu peninggalan yang masih ada adalah Masjid Jami Al-Ma'mur yang terletak di Jalan Raden Saleh Raya Nomor 30, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.

Menurut Pemandu Perjalanan Wisata Kreatif Jakarta, Ira Lathief, masjid yang dibangun pada 1890 itu merupakan surau atau mushala pada masa awal pembangunannya.

"Ini awalnya surau dan akhirnya dipugar atau diperbarui," kata Ira dalam tur Jelajah Masjid oleh Wisata Kreatif Jakarta di Masjid Al-Ma'mur, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (1/4/2023).

  • Sejarah Singkat Rumah Raden Saleh di Cikini
  • 5 Tempat Jadul di Cikini Jakarta Pusat, Seolah Kembali ke Masa Lalu

Tempat berkumpulnya para tokoh

Masjid Jami Al-Ma'mur pernah menjadi tempat berkumpulnya para tokoh nasional, seperti Agus Salim, HOS Tjokroaminoto, dan KH Mas Mansyur.

Ira mengatakan, surau itu awalnya dibangun di kawasan rumah milik Raden Saleh. Namun, setelah tanahnya dijual oleh saudagar Arab Sayed Abdullah Alatas, bangunan itu dipindahkan.

Saat masih dimiliki Abdullah, masjid itu pernah bersengketa dengan yayasan Belanda bernama Yayasan Emma.

Yayasan Emma kala itu sudah membeli kawasan yang sekarang bernama Raden Saleh Raya, tempat beradanya Masjid Jami Al-Ma'mur.

Karena merasa sudah membeli lahan itu, Yayasan Emma ingin membongkar masjid tersebut.

"Ini dibilangnya tetap jadi lahannya PGI Cikini, enggak boleh ada masjid," ujar Ira.

  • Cikini Walking Tour, Menilik Bangunan Kuno di Pusat Kota Jakarta
  • Ngabuburit di Kota Tua Jakarta, Bisa Apa Saja?

Hal itu lalu ditentang oleh Agus Salim, HOS Tjokroaminoto, dan KH Mas Mansyur, Mereka pun melakukan segala macam cara untuk mempertahankan masjid milik Raden Saleh.

Setelah perlawanan yang panjang, akhirnya Masjid Al-Ma'mur tidak jadi dibongkar.

Masjid dipugar

Setelah masjid tidak jadi dibongkar, lanjut Ira, pada 1926 masyarakat daerah tersebut atau yang biasa dikenal dengan masyarakat Cikini Binatu bahu-membahu melakukan pemugaran masjid.

Masing-masing dari mereka mengumpulkan segenggam beras, kemudian menjualnya. Hasil penjualannya digunakan untuk pemugaran Masjid Al-Ma'mur.

Dilansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Jakarta, setelah beberapa kali mengalami pemugaran, Masjid Jami Al Ma'mur diresmikan oleh Agus Salim pada 1932.

Adapun masjid ini memiliki sekitar tujuh pintu utama dengan 10 jendela yang semuanya memakai kayu jati.

Daya tampung masjid ini bisa mencapai 600 hingga 700 jemaah.

Dulu, Monumen Nasional atau Monas bisa terlihat jelas dari masjid yang dibangun oleh Raden Saleh ini. Sayangnya, pembangunan gedung-gedung tinggi di sekitar membuat Monas sudah tak lagi terlihat dari sana.

Hingga Masjid Al-Ma'mur masih mempertahankan beberapa unsur keaslian dari bangunan sebelumnya.

Namun, sejak 1994 dibangun area tambahan untuk Masjid Al-Ma'mur. Jika ingin masuk ke bangunan baru, pengunjung hanya perlu membuka pintu di samping mimbar.

Nuansa di bangunan baru jauh lebih modern dibandungkan dengan bangunan sebelumnya.

Biasanya, bangunan baru ini digunakan untuk menampung jemaah shalat Jumat atau shalat tarawih pada bulan Ramadhan.

Namun, untuk shalat lima waktu, area yang digunakan hanya bangunan lama.

https://travel.kompas.com/read/2023/04/05/151200427/masjid-jami-al-mamur-di-cikini-berdiri-sejak-130-tahun-lalu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke