KOMPAS.com - Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) di Jakarta Barat menghadirkan tiga pameran baru hingga Oktober 2023.
Salah satunya pameran bertajuk 'di sini, d.l.l.' telah berlangsung dari 3 Juni 2023 hingga 8 Oktober 2023 mendatang. Pameran 'di sini, d.l.l.' berisi karya dari koleksi Museum MACAN.
"Pameran 'di sini, d.l.l.', menampilkan karya yang mengeksplorasi kompleksitas sejarah Indonesia dan narasi mengenai lokasi, dari koleksi milik museum," ujar Asisten Kurator Museum MACAN Aditya Lingga kepada Kompas.com, Selasa (4/7/2023).
Judul pameran ini merujuk pada sebuah kalimat dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh presiden pertama Republik Indonesia Soekarno di pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.
"Penggunaan "d.l.l." yang merupakan kepanjangan dari "dan lain-lain" itu mengacu kepada arti hal serupa lainnya," imbuh Lingga.
Dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia, istilah tersebut menjadi referensi terkait peralihan kekuasaan.
Namun, perumusan naskah proklamasi yang disusun pada kekosongan kekuasaan menuju akhir Perang Dunia II dan meninggalkan beberapa detail yang tidak ditetapkan secara baku oleh para penggagas gerakan kemerdekaan.
"Di pameran ini, istilah 'd.l.l' menjadi titik awal menuju hal kompleks, yang muncul saat kita berpikir tentang manifestasi kekuasaan di ranah publik dan hubungannya dengan bentang alam dan daerah Indonesia," terang dia.
Karya penuh makna di pameran 'di sini, d.l.l.'
Pameran ini menampilkan lukisan-lukisan utama dari koleksi museum yang umumnya menggambarkan bentang alam dan daerah di Indonesia.
Di antaranya terdapat dua lukisan karya Raden Saleh, Indische Lansdchaap (1853) dan Javanese Mail Station (1879) yang menggambarkan era kolonial.
Lingga mengatakan, Raden Saleh menciptakan dua karya ini saat kembali ke Jawa setelah tinggal di Eropa selama lebih dari 20 tahun.
"Pada abad 19, melukis pemandangan ladang dan gunung itu populer di Eropa, disebut lukisan bentang alam. Para perupa saat itu melukis bentang alam untuk mengingatkan hubungan penting antara manusia dan alam," terang dia.
Indische Lansdchaap (1853) menunjukkan air terjun megah dengan gunung menjulang pada latarnya.
Sedangkan lukisan satu lagi, terlihat jalanan yang membelah hutan lebat. Jalan ini adalah bagian dari Jalan Raya Pos, jalur bersejarah yang membentang menghubungkan Pulau Jawa, dari Anyer di sebelah barat hingga Panarukan di sebelah Timur.
"Lukisan ini menunjukkan sebagian dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan," ungkap Lingga.
Agak kontras dengan karya Walter Spies berjudul View across the Sawahs to Gunung Agung (1939), yang menggambarkan imajinasi orang Eropa mengenai Bali yang mistis, sensual, dan sinematik.
Selain itu, ada banyak karya perupa Indonesia lainnya yang bisa ditemukan. Karya-karya S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Itji Tarmizi, Sudjana Kerton, dan perupa Indonesia lainnya hadir pada masa kemerdekaan Indonesia dari zaman penjajahan.
Hal ini menandai sejumlah cara yang dilakukan oleh para perupa untuk merepresentasikan rakyat jelata dalam bentuk seni lukis.
"Menjadi cara juga untuk mendefinisikan identitas nasional yang merefleksikan pengalaman sosial dan budaya setempat," kata Lingga.
Deretan lukisan dari pelukis perempuan asal Tabanan, Bali, bernama I Gusti Ayu Kadek Murniasih yang terlihat unik sekaligus erotis juga bisa ditemukan.
Pada karya Murni, tema seksualitas perempuan menjadi sangat dominan. Hal ini ternyata sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup personalnya.
"Beliau perempuan pertama yang jadi perupa di Bali, karena pasa saat itu belum ada, tahun 90-an. Karya-karyanya mayoritas soal seksualitas perempuan," terang Lingga.
Selain pameran 'di sini, d.l.l.', tiket masuk Museum MACAN saat ini bisa untuk berkunjung ke dua pameran lainnya.
Ada presentasi istimewa dari koleksi Museum MACAN, berjudul Ai Weiwei: 'Baby Formula'. Karya instalasi Ai Weiwei dari Tiongkok berupa cetakan foto dan sekitar 1.000 kaleng susu formula bayi.
Ada juga pameran ''Somewhere, Elsewhere, Nowhere' karya pasangan perupa asal Filipina, Isabel dan Alfredo Aquilizan, yang menampilkan karya-karya instalasi tentang identitas individu, sejarah, perjalanan, dan migrasi.
https://travel.kompas.com/read/2023/07/12/120900227/pameran-di-sini-d.l.l.-di-museum-macan-ada-lukisan-raden-saleh