Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Wisata Sejarah dan Budaya di Madura, Ada Tempat Nonton Karapan Sapi 

KOMPAS.com - Madura merupakan sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa yang terpisahkan dengan Selat Madura.

Dalam sejarah Nusantara, Madura mendapatkan pengaruh dari kerajaan-kerajaan Hindu dan Islam di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Mataram.

  • 10 Pantai di Madura yang Terkenal, Punya Hamparan Pasir Putih 
  • Suku Madura, Penghuni Pulau Madura yang Gemar Merantau

Oleh sebab itu, jika berkunjung ke Madura, wisatawan akan menjumpai wisata sejarah dan budaya. Tak hanya wisata budaya dan sejarah, Pulau Garam ini juga terkenal dengan wisata alam yang menawan.

Wisatawan yang hendak ke Madura  bisa menyeberang melalui Jembatan Suramadu sepanjang 5.438 meter, yang menghubungkan Surabaya dan Madura. 

Wisata sejarah dan budaya di Madura

Kompas.com merangkum wisata budaya di Madura sebagai berikut

Makam Aermata Ebhu merupakan situs pemakanan yang berada di  Jalan Raya Buduran Nomor 39, Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan.

Kompleks makam ini terletak di perbukitan pada ketinggian 19,35 mdpl, dengan luas sekitar 8.000 meter persegi, berdasarkan informasi dari website Kemendibud.

Kompleks makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi bangsawan Madura dari Wangsa Cakraningrat, beserta kerabat dan abdi dalem istana lainnya. Di lokasi ini,  terdapat sumber mata air yang dipercaya oleh masyarakat sekitar mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Masjid Agung Bangkalan merupakan salah satu masjid bersejarah di Pulau Madura. Masjid yang memiliki nama resmi, Masjid Agung Sultan Kadirun Bangkalan ini, merupakan salah satu warisan sejarah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Madura, seperti dilansir dari website Tourist Information Center.

Masjid Agung Bangkalan di bangun pada 1819, sehingga menjadi salah satu masjid tertua di Madura. Dengan luas 11.527 meter persegi, masjid ini mampu menampung hingga 5000 jemaah.

Keunikan masjid ini adalah atapnya tidak berbentuk kubah, melainkan atap rumah tradisional Jawa. Selain beribadah, wisatawan yang berkunjung bida menyaksikan arsitektur masjid yang dipenuhi ukiran seni.

Masjid Jami Sumenep atau Masjid Agung Sumenep merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Lokasinya berada di seberang Alun-alun Kabupaten Sumenep, tepatnya di Jalan Trunojoyo Nomor 184, Dalem Anyar, Bangselok, Sumenep.

Masjid Jami Sumenep didirikan pada 1779 masehi dan selesai pada 1787, seperti dikutip dari laman Indonesiana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi, usianya sekarang 244 tahun.

Masjid Jami Sumenep merupakan bentuk akulturasi budaya. Arsitektur bangunan masjid secara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan  Jawa, China, Eropa, dan Arab.

Pengaruh arsitektur Jawa tampak dari bangunan utama masjid, seperti dikutip dari laman Dunia Masjid Jakarta Islamic Center. Sementara itu, pintu gerbang masuk bercorak China yang mengingatkan pada bentuk tembok raksasa China dengan bentuk memanjang.

  • Menikmati Bubur Madura, Racikan Legit Menggoda
  • Menikmati Alam Air Terjun Toroan di Madura

4. Kota Tua Kalianget

Secara historis, kawasan Kota Tua, Sumenep didirikan oleh kongsi dagang Belanda atau VOC pada awal abad ke-18, seperti dilansir dari website Pemerintah Kabupaten Sumenep. 

VOC mulai mulai datang ke Madura pada 1705. VOC memilih kawasan Kalianget sebagai pusat kongsi dagang, lantaran letaknya yang strategis dan pelabuhan tersibuk di Selat Madura

Sejumlah bangunan di Kota Tua Kalianget seperti bekas benteng Belanda, yang dikenal sebagai  Loji Kantang, rumah-rumah bercorak Eropa, dan sebagainya. 

Jika ingin mengenal lebih dalam kebudayaan Madura, wisatawan bisa berkunjung ke Tresna Art. Lokasinya berada di Jalan Kyai Haji Mohammad Kholil, XII 29, Demangan, Bangkalan, Madura. 

Tresna Art merupakan pusat batik tulis dan suvenir khas Madura. Bangunan pusat suvenir ini cukup unik, karena berbentuk joglo khas Madura.

Tresna Art menyediakan batik tulis dari seluruh kabupaten di Madura, seperti batik Tanjung Bumi, batik Pamekasan, batik Sumenep, dan sebagainya. Selain itu, pengunjung bisa menjumpai berbagai kerajinan tangan khas Madura, antara lain, pecut, odheng, hiasan dinding, ukiran karduluk, dan sebagainya.

Kerapan sapi merupakan sebuah tradisi khas Madura yang sudah ada sejak zaman dahulu. Salah satu tempat menonton karapan sapi adalah lapangan R.P. Moch. Noer di Dusun Bajik, Kelurahan Bancaran, Kabupaten Bangkalan. 

Masyarakat setempat menyebut tempat ini sebagai daerah skeep, berdasarkan informasi dari Tourist Information Center. Namanya diambil dari nama mantan Gubernur Jawa Timur serta penggagas Jembatan Suramadu.

Wisatawan yang ingin menyaksikan karapan sapi di lapangan R.P. Moch. Noer harus lebih dulu mencari informasi mengenai jadwalnya, lantaran tidak digelar setiap hari.

Mercusuar di Pantai Sembilangan meruapakan peninggalan Belanda, berdasarkan informasi dari Tribun News Wiki. Mercusuar yang berdiri pada 1879 itu, tingginya sekitar 78 meter dan terdiri dari 17 lantai.

Mercusuar ini didirikan oleh Z.M. William III, seorang pimpinan kolonial Belanda. Fungsinya, untuk mengawasi lalu lintas di perairan Selat Madura.

Selain menjadi destinasi wisata, Mercusuar Sembilangan masih digunakan sebagai pengatur lalu lintas kapal di sekitar Selat Madura. Kawasan pantai dan mercusuar ini berada di sisi barat Pulau Madura, tepatnya di Desa Sambilangan, Kabupaten Bangkalan.

  • Sisi Lain Madura, Ladang Garam Terbesar di Asia Tenggara
  • Menikmati Alam Air Terjun Toroan di Madura

8. Museum Cakraningrat

Museum ini merupakan salah satu peninggalan Keraton Bangkalan. Lokasinya berada di pusat kota, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bangkalan.

Pengunjung bisa menyaksikan beragam koleksi benda antik peninggalan keraton, seperti gamelan, gong, alat perang, dan lain-lain. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa mendalami sejarah Kota Bangkalan dan kebudayaannya.

Museum ini dibangun sejak 1974, namun baru diresmikan dengan nama Museum Cakraningrat pada 2008 lalu. 

https://travel.kompas.com/read/2023/08/24/235841927/8-wisata-sejarah-dan-budaya-di-madura-ada-tempat-nonton-karapan-sapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke