Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jejak Portugis di Kampung Tugu, Ada Gereja Berusia Lebih dari 2 Abad

JAKARTA, KOMPAS.com - Penduduk Portugis di Kampung Tugu, Jakarta Utara, atau lebih dikenal dengan sebutan "orang tugu" sudah tinggal di daerah Batavia sejak lebih dari 300 tahun yang lalu.

Orang tugu ini dulunya merupakan tentara berkewarganegaraan Portugis yang diasingkan ke Batavia usai Belanda berhasil merebut kekuasaan Portugis di kawasan Malaka sekitar tahun 1648.

  • Menelusuri Sejarah Hadirnya Orang Portugis di Kampung Tugu
  • Menelusuri Kampung Tugu, Jejak Portugis di Utara Jakarta

"Pendahulu di Kampung Portugis ini tidak murni keturunan Portugis, tapi budak-budak tentara Belanda yang diambil dari Bengal, Malabar, dan India," kata pemandu Wisata Kreatif Jakarta, Yuli saat tur wisata jalan kaki rute Kampung Portugis, Rabu (27/9/2023).

Maka dari itu, kata Yuli, nenek moyang orang tugu bukanlah orang Portugis, melainkan orang India yang berkewarganegaraan Portugis.

Yuli menuturkan, hingga saat ini belum ada literatur lengkap yang menjelaskan bagaimana seorang keturunan India pada saat itu bisa menyandang identitas kewarganegaraan Portugis.

Jika datang ke Kampung Tugu, kamu akan melihat beberapa jejak sejarah Portugis yang masih terawat hingga saat ini.

  • Jejak Portugis di Kampung Tugu
  • Sejarah Gedung Joang 45, Dulunya Hotel Termewah di Batavia

Jejak sejarah Portugis di Kampung Tugu

Bukti sejarah hadirnya orang Portugis salah satunya bisa dilihat di pusat kegiatan orang tugu, yakni di Jalan Raya Tugu Semper Barat Nomor 20, Cilincing,  Jakarta Utara.

Di tempat ini, terdapat makam orang tugu dan Gereja Tugu yang menurut sejarahnya sudah didirikan pertama kali pada tahun 1676 hingga 1678.

Posisi makam berada tepat di sebelah Gereja Tugu, dan makam ini hanya dikhususkan untuk area pemakaman orang Portugis.

Menurut penjelasan Yuli, jauh sebelum pemakaman ini ada, jika ada orang Portugis yang meninggal dunia, orang-orang harus jalan kaki memakamkan jenazah ke lokasi yang jarak tempuhnya memerlukan waktu sekitar tiga hari kalau cuaca cerah.

"Kalau cuacanya tidak hujan, butuh waktu sekitar tiga hari. Sementara kalau hujan, butuh waktu sekitar tujuh sampai 10 hari perjalanan," kata Yuli.

Mengingat cara tersebut tidak efisien maka proses pemakaman orang Portugis pada saat itu diberi dua pilihan.

Di antaranya jenazah dimakamkan di samping gereja, atau pilihan lainnya jenazah dimakamkan di samping rumah duka.

Dikarenakan keterbatasan lahan pemakaman di samping gereja maka jenazah yang boleh dimakamkan di sini hanyalah jenazah yang para pendahulunya sudah pernah dimakamkan sebelumnya.

Jika jenazah memiliki pendahulu yang sudah dimakamkan sebelumya maka pendahulu tersebut akan digali dan jenazah akan ditumpuk di atasnya.

"Kalau ada yang meninggal, pasti ditanya dulu, apakah ini makam pertama kali? Kalau ini makam pertama, maka tidak boleh dimakamkan di sini dan harus cari tempat lain," katanya.

Keberadaan makam orang tugu yang ditumpuk dapat dilihat dari makam yang di atasnya terdapat lebih dari satu batu nisan.

Di antara semua makam yang ada di samping Gereja Tugu, diketahui makam tertua yaitu makam Pendeta Leimena yang sudah ada sejak tahun 1890.

Gereja Tugu

Gereja Tugu yaitu rumah ibadah orang tugu yang didirikan pertama kali pada tahun 1676-1678.  

Gereja ini sempat hancur saat peristiwa Geger Pecinan sekitar tahun 1740, kemudian dibangun kembali pada tahun 1740-1744.

Pembangunan gereja pada 1740 ini mendapat bantuan dana dari seorang tuan tanah kaya dari Batavia bernama Justinus van der Vinch.

"Bentuk bangunan Gereja Tugu ini terinspirasi dari gereja-gereja kuno yang ada di pedesaan Belanda," kata Yuli.

  • Gereja Tugu, Tempat Napak Tilas Portugis di Jakarta Utara
  • Unik, di Gereja Tugu Jakarta Ibadah Natal Diiringi Keroncong

Yuli menuturkan, seluruh ornamen yang ada di Gereja Tugu masih asli sejak pembangunan terakhir tahun 1740. Kecuali bagian lonceng gereja, mengingat lonceng tersebut sudah rapuh termakan usia.

"Salah satu bukti bahwa gereja ini ialah gereja kuno, loncengnya tidak berada di dalam gereja, melainkan di luar gereja," katanya.

Ia melanjutkan, selain difungsikan untuk memanggil orang tugu beribadah, lonceng gereja ini juga difungsikan untuk memberitahu jika ada salah satu orang tugu yang meninggal dunia.

https://travel.kompas.com/read/2023/09/27/185912427/jejak-portugis-di-kampung-tugu-ada-gereja-berusia-lebih-dari-2-abad

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke