Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Kudus Dijuluki Kota Kretek? Ketahui 5 Alasannya

KOMPAS.com - Jika mendengar julukan Kota Kretek, nama Kota Kudus pastinya akan terlintas di pikiran kita. Namun, mengapa Kudus dijuluki Kota Kretek? Simak ulasannya berikut ini.

Kudus merupakan sebuah kabupaten yang berada di utara Jawa Tengah berbatasan dengan Demak, Jepara, dan Pati. Selain terkenal dengan julukan Kota Kretek, Kudus juga dijuluki sebagai Kota Santri dan Kota Jenang.

  • Jadi Lokasi Syuting Gadis Kretek, Ketahui 6 Fakta Museum Kretek Kudus 
  • Museum Kretek Kudus: Harga Tiket, Jam Buka, dan Koleksi 

Kudus mempunyai sejumlah destinasi wisata populer, salah satunya adalah Masjid Menara Kudus atau Masjid Al Aqsa Menarat Qudus. Masjid ini dibangun oleh Sunan Kudus pada 1549 sehingga usianya mencapai 474 tahun, sekaligus menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia.

5 alasan Kudus dijuluki Kota Kretek 

Setidaknya, lima empat alasan mengapa Kudus dijuluki Kota Kretek. Berikut ulasannya seperti dihimpun Kompas.com.

1. Kretek lahir di Kudus 

Ternyata, kretek lahir di Kudus. Melansir dari situs Visit Jateng, asal usul nama kretek bermula dari sosok legendaris di Kudus, bernama Haji Djamhari. Ia mengidap penyakit sesak nafas.

Untuk mengobati sakitnya, Haji Djamhari mengambil minyak cengkih dan mengoleskan di dada dan tubuhnya. Setelah dioleskan, ternyata sesak nafasnya reda. 

Kemudian, Haji Djamhari meracik cengkeh yang dihaluskan, kemudian dicampur dengan tembakau. Lalu, campuran cengkeh dan tembakau itu dilinting menggunakan klobot atau kulit jagung kering, diikat dengan benang, dibakar, dan dihisap.

Nah, saat dibakar lintingan cengkeh dan tembakau itu menghasilkan bunyi kemretek atau kretek sehingga menjadi asal-usul nama kretek. 

Bagas Nurkusuma Aji, dalam tulisan Mengapa Kudus Dikenal Sebagai Kota Kretek? yang diakses melalui situs komunitaskretek.or.id, menuturkan, sosok Haji Djamhari hidup di Kudus pada akhir abad ke-18. Oleh sebab itu, kretek pun lahir di sekitar periode tersebut.

Kala itu, racikan cengkeh dan tembakau  Haji Djamhari pun menyebar luas. Banyak masyarakat yang datang untuk meminta kretek tersebut.

Peluang tersebut, ditangkap oleh Nitisemito untuk memproduksi rokok kretek dengan skala besar.

Maka, sejarah kretek di Kudus berlanjut di tangan Nitisemito, yang dijuluki Sang Raja Kretek dari Kudus, seperti dikutip dari Kompas.com (25/2/2023). Nitisemito yang lahir pada 1863 di Kudus tersebut, merupakan seorang pengusaha. 

Sempat berganti usaha, Nitisemito akhirnya memproduksi rokok kretek dengan merek Tjap Bal Tiga. Merek Tjap Bal Tiga resmi digunakan pada 1906 dan dipatenkan pada pemerintah Hindia Belanda 1908 dengan didaftarkan menjadi NV Bal Tiga Nitisemito. 

Nitisemito lalu mendirikan sebuah pabrik bernama Kretek Cigaretten Fabriek M Nitisemito Koedoes, dengan merek dagang Bal Tiga (tiga bola), serta terdaftar resmi per 18 Februari 1908.

Lambat laun, produksi rokok kretek Nitisemito terus berkembang. Tidak hanya di Kudus, produk rokok kretek Tjap Bal Tiga dipasarkan hingga seluruh Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, bahkan ke negeri Belanda.

Antara 1930-1934, produksi kretek Tjap Bal Tiga mencapai 2-3 juta batang per hari. Lonjakan tajam terjadi pada 1938 ketika pabriknya mampu menghasilkan 10 juta batang per hari, serta mempekerjakan 10.000 karyawan.

3. Banyak perusahaan rokok 

Seiring berjalannya waktu, pabrik rokok rumahan maupun skala besar lahir di Kudus. Sejumlah perusahaan rokok besar di Kudus antara lain, PT Djarum, PT Nojorono Kudus, PT Sukun, PT Gudang Garam Tbk, dan sebagainya. 

Selain perusahaan skala raksasa, terdapat usaha rokok skala menengah dan rumah tangga.

  • Mengapa Idul Adha di Kudus Tidak Menyembelih Sapi? Simak Sejarahnya
  • Rute ke Masjid Menara Kudus, Cuma 5 Menit dari Alun-alun

4. Industri rokok menopang ekonomi Kudus

Dengan keberadaan banyak perusahaan rokok di Kudus, tidak heran jika perekonomian kabupaten ini ditopang oleh industri rokok.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Kudus pada 2022 sebesar Rp 114, 66 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 90,12 triliun berasal dari industri pengolahan, yang mana di dalamnya termasuk industri rokok. Bahkan, sejumlah crazy rich Indonesia juga memiliki lini bisnis pabrik rokok di Kudus. 

Alasan terakhir adalah terdapat Museum Kretek di Kudus, yang merupakan museum rokok satu-satunya di Indonesia, berdasarkan informasi dari Asosiasi Museum Indonesia.

Museum Kretek diresmikan pada 3 Oktober 1986 oleh Gubernur Jawa Tengah kala itu, Soepardjo Rustam, berdasarkan informasi dari Visit Jateng.

Pendirian museum yang berada di atas lahan seluas 2,5 hektar ini, merupakan gagasan dari Soepardjo Rustam yang melihat potensi besar perusahaan kretek di Kudus.

Museum Kretek memiliki sebanyak 1.195 koleksi, yang berkaitan dengan sejarah kretek di wilayah ini. Misalnya, dokumentasi perjalanan Nitisemito Sang Raja Kretek Kudus.

Kemudian, pengunjung bisa menjumpai bahan dan alat produksi rokok kretek tradisional, foto para pendiri pabrik kretek, alat promosi rokok kretek di masa lalu hingga sekarang, diorama proses pembuatan rokok kretek, dan sebagainya.

https://travel.kompas.com/read/2023/11/08/204000527/mengapa-kudus-dijuluki-kota-kretek-ketahui-5-alasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke