Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (21)

Kompas.com - 03/04/2008, 06:41 WIB

Khurshed, komandan  tentara perbatasan, adalah seorang pria Tajik asli Pamir. Umurnya masih 25 tahun, tetapi gajinya sudah 300 Somoni, sekitar 85 dolar, jauh di atas gaji rata-rata orang Tajikistan. Anak buahnya ada 80 orang. Saya juga heran, delapan puluh orang di desa kecil seterpencil ini mau buat apa.

            "Oh, banyak sekali yang bisa mereka lakukan di sini," sanggahnya. Yang saya lihat para tentara ini kerjanya mencatat nomer semua kendaraan yang melintas, mengecek dokumen orang-orang, dan memeriksa bagasi apakah ada obat-obatan terlarang yang mau diselundupkan ke negara tetangga. Untuk pekerjaan ini dibutuhkan 80 orang tentara?

Para tentara di sini sebagian besar datang karena terpaksa – wajib militer. Mereka datang untuk bekerja tanpa menerima bayaran, atau kalau pun dibayar paling banter 1 dolar per bulan.

Karakul terletak persis di sebelah daerah sensitif perbatasan dengan China. Setiap hari mulai dari subuh yang membeku hingga malam yang menggigit terntara perbatasan harus melaksanakan patroli sepanjang pagar kayu. Suatu hari saya pernah melihat Khursid mengomandani anak buahnya untuk membersihkan jalan batu. Saya yakin, setelah para tentara muda ini menghabiskan dua tahun wajib militer di sini, mereka bakal jadi pembersih jalan yang jempolan.

Sebagian besar tentara di sini adalah pemuda Tajik yang berasal dari propinsi-propinsi lain, walaupun ada pula beberapa yang etnis Kirghiz. Khurshed si komandan sama sekali tidak bisa bahasa Kirghiz. Kalau memerintah dia menggunakan bahasa Tajik, kadang bahasa Rusia.

Semula Khurshed sangat suka bercerita kepada saya. Tetapi, lama-lama saya menangkap sebersit tatapan aneh di matanya ketika saya melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang kemiliteran Tajikistan. Dia mulai curiga bahwa saya adalah mata-mata. Di negeri ini kata spion atau mata-mata sangat sensitif. Orang sering menyebut kata itu dalam kehidupan sehari-hari diiringi tatapan mata penuh rasa curiga. Mungkin mereka masih ingin bernostalgia tentang masa lalu mereka bersama para agen KGB Uni Soviet yang mengintai setiap menit setiap detik.

Khurshed mulai berhati-hati dengan saya. Ia memeriksa setiap lembar paspor saya dengan teliti. Mula-mula ia tidak menjawab pertanyaan saya, tetapi kemudian dia lebih memilih untuk memberi informasi palsu.

            "Kamu lihat gedung itu? Itu adalah gudang amunisi kami."
            Atau kalau tidak ia menunjuk ke arah batang logam yang mirip cerobong asap, "nah, kalau yang itu... dengan cerobong itu kami bisa menembakkan rudal ke arah China!"

Tajikistan yang seujung jari mau melemparkan rudal ke negara tetangga yang raksasa itu, dari cerobong kayu tua pula, di sebuah desa mungil di tepi danau kosong ini?

Tempat Khurshed berpatroli memang strategis. Dari sini, kita bisa melihat jalan raya sejauh-jauhnya. Dua puluh lima kilometer ke utara ke arah Kyrgyzstan, sepuluh kilometer ke selatan ke arah Murghab, semua bisa terlihat dari sini. Rentang 35 kilometer ini yang ada hanya jalan. Tak ada kendaraan yang melintas. Sepi sekali.

            "Rata-rata hanya 12 kendaraan yang melintas per hari," kata Khurshed. Dan untuk tingkat kesibukan seperti ini perlu 80 tentara perbatasan?

Setidaknya para tentara yang kena wajib militer ini bukan pengangguran. Walaupun pekerjaan mereka hanya menjaga pintu gerbang di tengah kesunyian, atau pembersih jalan berbatu, setidaknya mereka bisa mengurangi angka pengangguran di negara ini.

(Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com