Wanita-wanita itu mengelilingi sebuah lingkaran. Satu per satu wanita tua turun ke lingkaran, menari mengiringi alunan lagu. Gerakannya sangat sederhana, berputar-putar dengan satu tangan di kepala dan tangan lain terlentang. Tak ada detail gerakan, hanya rancaknya tarian yang berhamoni dengan kepiluan musik, dengan denting-denting khas dunia Arab, membuat saya ikut terhanyut.
Yig'lama qiz yig'lama, To'y saniki yor-yor.
Ostonasi tillodan, Uy saniki yor-yor.
Jangan menangis, gadis, jangan menangis... pernikahan ini adalah pernikahanmu, sayang.
Rumah berpanggung emas, rumah ini adalah rumahmu, sayang.
Yor-yor, artinya kekasih, adalah lagu wajib dalam tradisi pernikahan Uzbek. Tamu-tamu menyelipkan uang kertas dua ratusan Sum ke tangan para penari, yang terus berputar-putar dalam lingkaran.
Yor-yor..., jangan menangis, gadisku.
Mengapa lagu yang sedemikian sedih harus menyertai acara pernikahan. Mengapa pernikahan harus diiringi tangisan dan lagu-lagu pilu?
Ketika kelin, mempelai wanita, yang terbungkus dalam cadar tembus pandang dan pakaian berbordir indah, menampakkan diri di ambang pintu. Wajahnya penuh kesedihan. Matanya terus menatap ke bawah. Dan tak lama setelah itu, saya melihat butir-butir air mata mengalir di pipinya.
(Bersambung)