Si ibu polisi langsung tertawa terbahak-bahak.
“Bukan kamu yang mestinya bilang begitu. Soal denda itu urusan saya.” Saya yang gemetaran sejak tadi ikut tertawa juga.
Perjalanan dari Ngari ke Kailash ini sungguh menegangkan. Bukan hanya karena harus bermain sandiwara dan teknik tipu-tipu dengan ibu polisi yang awas ini, kami juga harus melintasi jalan-jalan berbatu di tepi gunung. Air sungai luberan salju meruah, mengalir deras, menyapu jalan. Sudah berapa kali jip yang kami tumpangi dengan nekad menyeberangi sungai deras tanpa jembatan. Hingga pada sungai yang kelima, mobil kami tersangkut di tengah sungai deras yang setinggi pinggang.
Orang-orang mulai panik. Air sungai sudah masuk mobil, sedangkan sopir juga hampir putus asa karena ban selip. Tangan saya sudah kelu memanggul kaca dari berangkat tadi, apalagi jalan bergerlombang dan kepala terbentur-bentur. Sekarang ditambah lagi gemuruh air sungai yang menelan kepanikan kami, dan kerikil yang terbawa air menghantam ke arah mobil.
Mobil bergeming, di tengah derasnya sungai yang menggelegak marah.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!